“Senja mana ya?” Ali bergumam pada dirinya sendiri. Ia menelepon berkali-kali, tapi Senja tak juga muncul. Ia tentu heran. Tadi pagi, Senja tampak ceria. Sekarang ia ke mana? Ia sudah menunggu di lobi sejak setengah jam lalu. Berkali-kali ia mencoba menelepon, namun panggilannya tak diangkat. Ali mulai merasa gelisah. Senja bukan tipe orang yang suka menghilang tanpa kabar. Ia bukan orang yang mudah melupakan janji, terutama jika itu menyangkut sesuatu yang sudah mereka rencanakan. Akhirnya, Ali berjalan menuju lift. Ia masuk ke dalamnya, menekan tombol lantai tempat kantor Senja berada. Dalam perjalanan ke atas, pikirannya terus dipenuhi tanda tanya. Apakah Senja sedang sibuk hingga tak bisa menjawab telepon? Apakah ponselnya mati? Ataukah terjadi sesuatu? Setibanya di lantai tujuan,

