Ardi menatap Shenzy dengan sorot mata yang sulit diartikan—campuran antara kecewa, sedih, dan sesuatu yang lebih dalam yang bahkan ia sendiri tak yakin bagaimana mendeskripsikannya. Tawaran itu membuatnya ingin tertawa miris, tapi di saat yang sama, ia juga merasa sakit. "Friend with benefit?" ulang Ardi, suaranya terdengar datar, nyaris seperti gumaman. "Kamu pikir itu yang aku mau?" Shenzy menggigit bibirnya, tidak berani menatap mata Ardi terlalu lama. "Aku cuma nggak mau kita berantakan, Ardi. Aku nggak mau kehilangan kamu, tapi aku juga nggak bisa ninggalin Athaya." Ardi mengusap wajahnya dengan kasar, menarik napas panjang untuk menahan gejolak emosinya. "Dengar, Shen. Aku bukan Leonel. Aku bukan cowok yang cuma mau tubuh kamu. Kalau aku mau itu, aku udah bisa aja pergi sete

