Bellova merasa hatinya berat saat mendengar suara ibunya yang lelah di ujung telepon. Suara itu, yang selalu terdengar penuh semangat meskipun sebenarnya penuh kelelahan, kini menggelayuti pikirannya. Bellova tahu betul betapa keras ibunya berjuang untuk membiayai hidup mereka berdua, meskipun Bellova merasa tak cukup berdaya untuk meringankan beban itu. Belum lagi ketakutan yang masih membelenggu dirinya, ketakutan yang tak kunjung hilang, terutama ketika harus berhadapan dengan laki-laki. Namun, suara ibunya yang penuh harapan memaksanya untuk berpikir ulang tentang masa depan. "Ya, Nak. Mama sudah berhasil kumpulin uang kuliah buat kamu. Belum terlambat kalau masih mau. Kamu belajar lalu ikut ujian paket C, Nak. Lalu kuliah online saja bagaimana?" kata ibunya, terdengar sedikit lega, t

