Athaya duduk di hadapan ibunya, berusaha menata pikirannya sebelum mengajukan pertanyaan yang sudah lama mengusik hatinya. Ia tidak ingin terdengar seperti sedang menggugat keputusan ibunya, tetapi keingintahuan itu terlalu besar untuk diabaikan begitu saja. Selama berbulan-bulan, pertanyaan itu berputar di kepalanya tanpa menemukan jawaban yang memuaskan. Setiap kali ia memikirkannya, selalu ada rasa tak tenang yang mengikutinya. Ia sudah mencoba menepisnya berkali-kali, mencoba meyakinkan dirinya bahwa keputusan ini pasti sudah dipikirkan dengan matang oleh ibunya. Namun, tetap saja, hatinya menginginkan kepastian. Maka, begitu ia kembali ke Malaysia, Athaya langsung mencari kesempatan untuk berbicara dengan ibunya. Ia tahu bahwa hanya ibunya yang bisa memberinya jawaban. Bukan ora

