Bayu duduk di kursi kantornya, tangan terlipat di atas meja, matanya kosong menatap keluar jendela. Lalu lintas di depan kantor terlihat sibuk, namun pikirannya sama sekali tidak berada di sana. Ia terus terjebak dalam pikirannya sendiri—antara keinginan untuk menyelesaikan permasalahan di hadapannya dan keraguan yang terus menghantuinya. Relasi yang dijanjikan untuk datang dan mendiskusikan investasi ke perusahaan yang hendak membuka bank Islam belum juga muncul. Bayu merasa semakin gelisah, mencoba untuk mengalihkan pikirannya ke pekerjaan. Tapi semua yang ada di benaknya saat itu hanyalah Senja. Wajahnya yang lembut, senyum yang selalu bisa membuatnya merasa tenang, dan rasa kehilangan yang kini menggerogoti hatinya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba fokus pada file yang ada di m

