"Gak ada katanya. Lo aja yang terlalu khawatir, Li. Ciyeee...." Fasha meledek dengan nada menggoda, membuat Ali mendengus pelan. Ia menghela napas dan memijit keningnya, mencoba meredakan ketegangan yang sedari tadi bersarang di kepalanya. Mungkin benar kata Fasha. Mungkin ia memang terlalu khawatir. Tapi bagaimana bisa ia tidak merasa was-was ketika sejak awal firasatnya sudah tidak enak? Ali bukan tipe orang yang mudah curiga tanpa alasan. Ia tahu Senja. Meski mereka belum lama bertemu lagi. Ia mengenal cara Senja menghadapi masalah. Senja bukan tipe orang yang suka mengeluh, bukan tipe yang akan menangis di hadapan orang lain jika tidak benar-benar terdesak. Ia lebih memilih menyimpan segalanya sendiri, menelan kepahitannya diam-diam, hingga akhirnya terlambat bagi siapa pun untuk

