3 - Deadline Vs Mager

2122 Words
Banyak yang bilang,bekerja sebagai penulis adalah pekerjaan yang sangat gampang. Para penulis hanya perlu memaparkan imajinasinya tanpa perlu bergerak kesana kemari. Para penulis hanya perlu memainkan tangannya diatas keyboard tanpa harus panas-panasan dibawah terik matahari. Anin membenci pemikiran begitu,seorang Anin sangat membencinya. Kenapa? Ya,Anin yaitu aku tidak akan menjelaskannya secara rinci karena setiap pekerjaan mempunyai pemikirannya masing-masing,mempunyai kesulitan bukan menganggapnya enteng. Suara pantai yang sangat jelas terdengar menjadi penenang diantara keramaian,siapa bilang penulis hanya akan mendekam didalam kamarnya seharian? Siapa bilang penulis hanya akan selalu memamerkan suasana kamar mereka? Buktinya Anin yaitu aku sendiri,sedang duduk disalah satu meja restoran outdoor tepi pantai,berada diantara keramaian yang sangat padat. Memainkan jemarinya diatas keyboard membuat alunan yang kadang memuakkan. Alga yang cintanya tidak terbalas sudah kuminta pergi,seharusnya ku tawarkan duduk dulu tapi malah ku pinta pergi. “Pergi!” hanya lima huruf dan satu tanda seru,dengan senyuman memuakkannya Bersama kata-kata ungkapannya dia berlalu. Kini aku menuju bab 4,dimana perempuan miskin Bersama pangeran gila perempuannya sedang bercanda gurau menganggap hubungan keduanya adalah hal biasa. Aku menyukai dunia lakilaki yang kujadikan tokoh jahat,sehingga bisa menarik pembacaku untuk mengerti. Bahwasanya cinta hanyalah perasaan yang akan membuatmu jatuh sendirian,cinta hanya akan membuat kalian sekaumku tersakiti dengan sedemikian hebatnya. Lalu kamu mau punya pacar lagi? Ketikku di lembaran putih layer,dimana si perempuan sedang menanyakannya. Yang kubayangkan mereka sedang duduk ditepi pantai,perempuan miskin menanyakannya dengan ekspresi biasa saja. Apa aku harus mempunyai pacar kedua lagi? Kamu tidak ada cemburunya ya? Padahal kita sudah lama Bersama, Hahaha,basi tau engga! Kamu tau sendiri kenapa aku bertahan. Aku tau aku salah,telah membuat perempuan sepertimu menjadi seperti ini. Tapi jangan pergi, Aku tidak akan pergi selama kamu tetap menuruti keinginanku dan membiayai semua keperluanku, Aku mendengus kesal melihat kebodohan kedua tokoh yang kuciptkan sendiri,tanpa menyimpannya lebih dulu. Aku mematikan laptop dan menatap sekeliling yang semakin ramai. Aku menyukai dan suka melihat dua orang yang berjalan dimana mereka memang saling mencintai. Keberuntungan mereka sangatlah menyenangkan sekali. “Bingung juga mau ngapain,” gumamku,”mana mungkin pulang kan?” menggeleng,Anin kadang bosan kalau pulang cepat. Sampai rumah pun hanya akan melihat piring yang mulai menumpuk meminta di cuci,atau pakaian yang berserakan meminta dirapikan,sangat membosankan hidup sendirian tapi aku juga tidak mau mempunyai partner hidup. Anin membenci lakilaki dan segala perasaan yang mereka tawarkan padanya. “Kak Anin,” dengan malas aku membalasnya,dengan gumaman. “Pasti kakak engga ingat namaku kan?” sekali lagi kubalas dengan gumaman. “Tadi aku ketemu kak Alga didepan,udah agak lama cuman baru bisa kesini soalnya pengunjung banyak. Kak Alga minta aku cerita sama kakak,” Alga ya? Tidak bisakah sehari saja lepas darinya. “Kakak tau engga,cowok yang kemarin kejar aku sekarang udah punya pacar malahan sengaja bawa pacarnya kesini. Tapi katanya,kalau aku mau jadi pacarnya dia mau memutuskannya.” Wajahnya cantic tapi karena Alga yang menyarankannya kemari,atau mungkin memang kemarin-kemarin sering cerita denganku maka aku menyarankannya sesuatu. “Jangan mau,lakilaki tidak akan pernah cukup dengan satu perempuan. Terutama lakilaki yang ngejar kamu itu,yang setia memang ada tapi langka.” Senyumnya ada,tapi aku tidak suka. “Iya kak,tidak akan. Kakak belum ingat nama aku ya?” “Belum.” “Kakak pernah jatuh cinta engga sih?” pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling tidak aku sukai. Aku membencinya dan membenci kenyatannya. “Salah ya? Kakak kapan mau ke pinggir pantai? Nanti aku temenin.” “Nanti,kamu balik kerja aja. Nanti aku penggil,walaupun aku engga ingat nama kamu,tapi aku hapal muka kamu.” “Kerja dulu kak.” Keramaian memang tidak kusuka sangat. Tapi jika menyangkut pantai maka aku sangat menyukainya,apapun yang bersangkutan dengan lautan akan selalu menjadi kegemaran seorang Anin. Meninggalkan laptop begitu saja,menghampiri penjual es kelapa. “Ehh Mba Anin,esnya jangan banyak kan?” apa aku terlalu sering kemari makanya orang-orang begitu hapal dengan wajahku? Atau wajahku yang sangat pasaran? “Mba Anin kapan atuh hapal nama saya? Masa hampir 2 tahunan jadi langganan masih aja heran tiap kali saya panggil Namanya,” sedang aku? Bingung mau mengatakan apa. “Untung Mas Alga sudah menjelaskan bagaimana Mba Anin yang sebenarnya. Suka engga pedulian sama sekitar,saking Sukanya menulis ya Mba?” kubayar es kelapanya cepat dan hanya memberinya senyuman. Kenapa semua orang mengenalku dengan sangat baik? Sedang aku tidak mengenalnya,mengingatnya saja tidak. Melirik laptop yang tertutup membuatku gundah kembali,siapa bilang menjadi penulis sangatlah gampang? Sulit. Apalagi dalam mode malas seperti sekarang ini sedangkan Mba Jena sudah sangat menginginkan novel ini selesai. Mengetik bab 4 saja belum cukup setengah lembar,bagaimana caranya dan momen apalagi yang akan kujelaskan pada cerita itu hingga bisa mencapai seribu kata lebih. “Hayoo! Mba Anin lagi mikirin apa?” ish! Siapa lagi ini? “Kamu disuruh Alga lagi untuk menyapa makanya kemari? Kerja aja sana.” Padahal akum au dia tersinggung dan kapok dekat denganku tapi dia malah tertawa,tapi cantic juga. “Mba cantic loh,aku aja minder duduk dekat Mba Anin. Aku kerja disana,disamping resto ini. Kerjaku sebagai penjual kok,cuman akrab sama anak sini makanya boleh kesana sini. Padahal kemarin aku nyapa Mba Anin,sekarang lupa lagi,” ceritanya hampir sama dengan cerita yang baru saja k****a semalam. Tentang seseorang yang suka jualan tapi akrab dengan orang sekitar,suka menyapa juga,periang tapi miskin. Bukan miskin sebenarnya tapi kehidupan yang dijalaninya sangat sederhana sekali tapi membahagiakan dan orangtuanya pasti hangat sekali. “Kamu tinggal di tempat sederhana ya?” “Eh,iya Mba,” “Berarti kamu berhasil membuat aku iri,kamu bahagia kan? Mau makanan sesederhana pun aku sangat terasa lezat sekali karena memakannya Bersama keluarga yang hangat.” Tadinya perempuan berpakaian lusuh itu berdiri,kini duduk dikursi. “Aku juga iri dengan Mba Anin.” “Kenapa?” apa yang orang irikan dengan keseharianku yang membosankan? “Karena Mba Anin bisa melakukan apa yang Mba mau,terserah Mba mau kemana dan makan apa. Yang Mba pikirkan mau kemana hari ini? Bukan uangku cukup engga ya makan hari ini? Atau Mba hanya akan bilang mau tidur aja bukan Bisa engga ya tidur dulu dan tidak menjual? Tapi kalau tidak menjual,tidak akan makan dong?” Manusia ya begini? “Aku kesana dulu Mba,ada pembeli.” Aku tidak memandangnya pergi,melainkan aku membuka laptopku kembali. Mau semalas apapun,sekesal apapun aku pada dua tokoh yang kuciptakan sendiri tapi aku harus tetap melanjutkan kisah mereka, mau happy ending maupun sad ending. Aku tetap harus memberikan kisah akhir untuk mereka. Saat aku mengawali sesuatu maka aku harus dengan berani mengakhirinya,bukan karena keterpaksaan tapi keharusan dan memang sudah sepantasnya ku lakukan. Seorang penulis yang katanya pekerjaannya sangat mudah dan menyenangkan,akan terasa Lelah ketika mereka akhirnya mengalami kekurangan istirahat. Tubuh yang kurang istirahat akan tidak bisa melakukan apapun. Tanganku bergerak bermain diatas keyboard.karena bosan dengan pembahasan mereka aku mengalihkannya dengan datangnya mentan si lelaki kemarin. Membuat mereka menjadi pusat perhatian di tepi pantai. Kamu itu dimanfaatin sama perempuan miskin ini? Memangnya kenapa? Aku sama dia sudah kenal lama,sedang sama kamu itu baru beberapa waktu, jangan baperan deh jadi cewek. Kan laki-laki masih banyak,kamu cantic pasti banyak yang mau. Lalu kenapa aku? Banyak perempuan yang bisa kamu jadiin target,kenapa aku? Karena aku tertarik sama kamu,aku penasaran sama kamu dan pengen tau kamu gimana. Tapi karena kamu minta aku pilih antara kamu sana Aydira,pastinya aku lebih pilih Aydira. Perempuan yang selalu dan akan selalu mengerti aku. Kalian pasangan gila. Disini,aku menggambarkan perempuan miskinnya bernama Aydira. Judul novel ini adalah Dunia Aydira, menggambarkan dunia perempuan miskin yang rela melakukan apapun demi kenyamanannya bahkan mengorbankan hatinya. Namanya Aydira,anak jalanan yang untungnya cantic dan mempunyai kecerdasan yang sangat normal. Bertemu dengan si kaya karena sering bertemu di lampu merah. Pertemuan yang hampir sama dengan cerita lainnya tetapi penggambarannya yang tidak sama. Kamu engga papa Ay? Memangnya aku kenapa? Ditampar dan dipermalukan didepan umum bukan yang pertama kalinya kali,santai aja. Kita ke mall aja,aku beliin baju baru. Kalau itu tidak akan aku tolak. Hahha,kamu tidak akan pernah aku lepaskan Aydira. Merasa bosan kembali,alias malas. Kini matahari semakin terik,pertanda akan masuk siang. Karena tidak mau terkena matahari terlalu lama,kuputuskan untuk pulang segera. Dan juga tak mau menggunakan taksi untuk pulang,mending menelpon Alga, “Kenapa Nin? Mau dijemput? Tapi hari ini aku pake motor bukan mobil,harus kerumah dulu ganti. Hm kamu tunggu ya,aku pinjam mobil staff aja,” dan tanpa menjawabnya kumatikan sambungan telepon,memilih duduk kembali dan menunggu Alga datang. *** “Aku tadi mampir beliin kamu cemilan,soalnya sampai sore aku harus ke suatu tempat. Untuk makan malam,biar aku yang minta bibi bawain ke kamu,tapi kalau sempat aku yang bawa. Kamu jangan keseringan makan makanan luar,takutnya malah engga sengaja pesan makanan yang ternyata alergi kamu,” “Iya.” “Nin,jangan banyak mikir,istirahat.” “Iya,” “Tadi ada yang nemenin kamu kan? Hari ini pengennya nemenin kamu tapi jadwal moto banyak banget. Mereka baik kan?” “Iya. Makan?” “Hahah,aku senang diperhatiin gini. Belum sih,tadi waktunya makan cuman kamu minta dijemput makanya aku tunda. Makannya pas abis anter kamu aja,kapan lagi coba kamu yang minta sendiri bukan aku yang nawarin.” Dari apa yang mataku tangkap,ada beberapa warung yang kami lalui. Sepanjang yang aku ingat meskipun agak samar. Alga suka makan ikan bakar,”Mampir disana,” tunjukku pada warung dipinggir jalan. “Itu dominan ikan,kamu kan engga suka ikan,Nin.” “Bukan aku,tapi kamu.” “Oh aku,haha aku tersanjung banget. Kamu mau turun nemenin makan atau mau tunggu dimobil aja? Takutnya kalau turun malah rishi kayaknya disana rame deh.” Kuperhatikan warung diluar sana,memang ramai dan sesak. Tapi Alga akan buru-buru makannya kalau aku memilih menunggunya disini. Atau bahkan Alga memilih membungkusnya dan tetap menunda makannya. Ayo Anin,kamu tidak boleh menjadi penyebab seseorang terlambat makan apalagi orang itu sampai sakit. Ada baiknya kali ini kamu memberikan kebaikan. “Rambutnya diikat,aku aja yang pesen.” Lebih dulu turun dan menghampiri penjualnya yang untungnya perempuan. Setelah memesan,aku menghampiri Alga,duduk dihadapannya dan dia terus tersenyum menatapku. Jangan pikir aku akan membalas senyumnya atau jantungku berdetak sangat cepat. Kenyatannya sangat biasa saja,kudengar bisik-bisik orang tentang kami yang juga tidak kupedulikan sama sekali. Memangnya kenapa? Aku tidak membuat kesalahan sama sekali. Tapi setidaknya,untuk menyetor bukti bahwasanya aku tidak malas sudah ada,Mba Jena tidak akan mengomel mengenai kemalasanku yang tiada tara. Sembari menunggu Alga makan,kupilih membuka laptop dan membuka media social. Semalam,aku memang memposting kata-kata yang sangat mencintai pasangannya. Sayangnya itu hanya khayalan semata. Karena faktanya aku sedang tidak mencintai siapapun. “Nin,semalam aku kepikiran dengan postingan kamu. Kerasa nyata banget dan kerasa aku yang ditujuin.” “Kamu tau jawabanku,Alga.” Dia malah tertawa dan melanjutkan acara makannya,Alga termasuk tipikal orang yang akan makan apapun yang ada didepannya,sekalipun hanya nasi maka dia akan memakannya. Entahlah,padahal dia anak orang berada tetapi malah sederhana sekali. “Aku sangat merindukanmu,sangat. Maka dari itu cepatlah pulang kekasih dan dekap rinduku yang begitu ingin membingkai wajahmu dengan jemariku.” Aku sontak menatap Alga,dia mengatakannya tanpa menatapku sama sekali. “Saking sering mengulangnya,aku sampai menghapalnya. Kadang aku merasa akulah yang paling kamu puja disetiap postinganmu,Nin. Tapi disisi lain aku tau,dan sangat tau.” Dia tertawa,menertawakan kemalangan perasaannya yang tidak terbalas sama sekali. “Kamu kenapa tidak mencoba,Nin?” “Jangan memulai,Alga.” “Okay.” Alga menurut,sibuk makan. @antagh jadi pasangannya kak Ombak bagus banget,dibucin dan dijadikan tokoh utama lagi. @jhgan hebat ya,bisa sebucin ini sama seseorang. @lkhab pengen mencintai tapi tak terbalas. @sanjk sayangnya kamu telah menghilang,Bersama hari-hari yang telah berlalu. Kamu mencintai yang baru sedang yang lama kamu tinggalkan tanpa kabar sama sekali, @zanmn ada beberapa hal yang perlu dimaklumi dalam merindukan,yaitu apakah nantinya akan terbalas ataukah terus mengambang dan menghilang di udara. Ini adalah dunia cinta,tempat dimana sebagian perempuan kehilangan dirinya sendiri. Mereka melupakan tingginya ia demi sebuah rasa penghilang duka. “Kamu senyum,Nin?” Aku tersentak,menatap Alga. “Kamu senyum? Ya,kamu senyum, liat apa?” Kubiarkan Alga melihat apa yang sedang aku baca sejak tadi,dia ikut tertawa dan segera meninggalkan tempatnya,ternyata makanannya sudah abis. Kumatikan laptopku dengan cepat dan menentengnya. “Kamu suka membalas kata seperti itu? Apa aku perlu belajar sastra agar bisa membuatmu tersenyum seperti tadi?” aku menatapnya aneh,segera masuk kedalam mobil yang katanya ia pinjam ini. “Aku serius,Nin,” katanya lagi saat sudah duduk dibalik kemudi. “Jangan aneh-aneh,jalan.” Dia tertawa lagi,mulai melajukan mobilnya meninggalkan Kawasan warung. “Aku pengen wisata tapi tidak mau sendiri.” “Iya,aku temenin. Nanti aku cari referensi ma uke wisata mana, aku paling tau kamu mau wisata kemana. Jangan ladenin mamaku ya,Nin. Mamaku memang gitu,jangan dimasukin kedalam hati.” “Hm.” Alga terus yang berbicara sedang sesekali akan aku tanggapi dengan gumaman atau hanya anggukan malas hingga aku sampai dirumah tersayangku. Dia tak lupa mengelus rambutku dan membawa mobil pinjamannya pergi. Dia pernah melupakan ucapannya setiap kali akan meninggalkanku,bukan meninggalkan tetapi pulang ke tempatnya. Karena aku tau,sangat tau. Alga tidaka akan pernah mau melepaskan tangannya dariku,akulah rumah yang dia pilih. “I Love You More,Nin.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD