bab 2

671 Words
“Assalamualaikum” sapa Dian sari pintu depan rumah kontrakan  3 kamar tidur yang disewanya sejak 1tahun yang lalu.   “Waalaikumussalam, malam sekali nak baru pulang” jawab ibu Dian sambil membuka pintu.   “Iya biasa bu malam minggu ramai tamunya. Koq ibu belum tidur? Ibu gak usah tunggu Dian pulang. Kan Dian bawa kunci rumah” ujar Dian khawatir sambil beranjak duduk. “Ibu kan harus cukup istirahat, jangan terlalu capek bu” kata Dian mengingatkan.   “gak sayang. Ibu terbangun mau ke kamar mandi. Balik dari WC, eh denger suara kamu baru pulang ya sekalian ibu bukain pintu” jelas ibu Dian sambil duduk di samping menemani anak pertama sekaligus putri satu-satunya yang dia miliki.   “owh........ Raka dan Dimas sudah tidur bu?” ujar Dian menanyakan tentang kedua adiknya.   “Sudah sejak sore tadi. Mungkin kecapean juga. Hari ini kan jadwal Raka ngajar karate, sedang Dimas juga kan ngajar les privat anaknya bu Ratna tadi” jelas Ibu.   Memang kedua adik Dian sudah belajar mandiri mencari penghasilan dengan keterampilan yang mereka punya dalam usia dini. Hal ini pula yang membuat Dian bersyukur dengan kekurangan yang mereka miliki, adik-adiknya terbentuk menjadi pribadi yang kuat, tegar, mandiri dan tidak manja.   “Cape nak?” tanya Ibu melihat khawatir putrinya yang sedang duduk sambil memijat pundaknya sendiri.   “Sedikit bu, namanya juga orang kerja. Tapi tidak apa-apa koq kan sudah biasa. Besok juga sudah segar kembali koq. He...he...he.....” senyum Dian agar sang Ibu tidak khawatir. “Bu, ini gaji Dian bulan ini. Alhamdullilah, Dian juga dapat bonus” ujar Dian sambil membuka tas untuk mengambil amplop dan menyerahkannya kepada sang Ibu.   “Maaf ya, nak. Karena kondisi Ibu, kamu jadi susah. Andai Ayah masih ada, pasti sekarang kamu sudah wisuda mengejar gelar yang kamu impikan” lirih Ibu dengan mata berkaca-kaca melihat putrinya yang berusaha menyembunyikan lelah dan penatnya dari sang Ibu.   “Ibu bicara apa sih. Ini sudah tugas dan kewajiban Dian” ujar Dian sambil merangkul manja leher Ibu. “Ibu, Raka sama Dimas itu sudah jadi tanggungjawab Dian. Lagipula Dian ikhlas koq ngelakuin semua ini. Sudah ah kita istirahat. Ini sudah pagi. Besok kan Dian mesti kerja lagi. Dian masuk kamar dulu ya bu. Mau ganti baju lalu bobo cantik” canda Dian sambil mencium pipi Ibu yang dilanjutkan pergi menuju kamarnya.   “Cuci muka jangan lupa sayang” ujar ibu sambil mengusap sudut matanya yang berair melihat putri nya yang berlalu masuk kamar.   “Eh.....mau ibu siapin sarapan apa nak?” tanya ibu   “nasi goreng spesial ala bunda Lestari. He...he...he.......” Canda Dian sambil senyum menyebutkan nama ibunya.   ____________________ “Terima kasih pak Adit. Saya yakin bapak tidak akan menyesal membeli usaha ini” ujar pak Nugroho sambil menatap sedih surat perjanjian jual beli usaha cafe yang sudah 20tahun dia miliki. Jika bukan karena ingin menikmati masa tua bersama sang istri tercinta, tidak mungkin Ia lepaskan usaha tersebut yang telah memiliki banyak kenangan dan perjuangannya. Ditambah anak-anaknya sudah mempunyai usaha sendiri yang telah mapan. Hingga ditetapkanlah untuk dijual saja.   “Sama-sama pak Nugroho” balas Aditya.   “Bapak nikmati saja dengan tenang masa pensiunnya. Saya pastikan usaha ini tetap berjalan dengan keasliannya yang ada. Walau mungkin ada beberapa modifikasi yang pasti saya lakukan” jelas Aditya menenangkan sang pemilik lama dari salah satu cafe ternama di Jakarta yang memiliki rasa sentimental yang tinggi atas sejarah cafe tersebut.   Hal ini pula lah yang membuat alotnya proses jual beli hingga memakan waktu 1bulan lamanya. Aditya bahkan harus menambahkan poin-poin yang diinginkan sang pemilik lama guna menarik hatinya hingga rela cafe tersebut dilepaskan kepada Aditya.   “heuh............baiklah saya rela dan ikhlaskan anak saya di tangan bapak” hela pak Nugroho sambil tersenyum simpul.   Ya, cafe tersebut bukan hanya sekedar tanah, gedung dan usaha bagi pak nugroho. Itu menyimpan banyak kenangan yang tak terhingga baginya. Kini dia lepaskan kepada sang pemilik baru yang berjanji untuk merawat dan menjaganya tanpa diubah menjadi jenis usaha yang lain.   “Pasti pak. Terimakasih banyak” ujar Aditya sambil menyalami lelaki paruh baya tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD