Yamhullahu ma yasau, wa yusbit, wa indahu ummul kitab"
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab.
__________
Hari ini adalah hari menegangkan bagi Niswa, beberapa menit lagi ia akan sah menjadi istri Hafidz yang tak lain adalah dosennya sendir, hal ini sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, pernikahan yang terjadi akibat perjodohan, sempat terjadi insiden pembatalan, dan kini setelah menempuh banyak hal, ia telah sah menjadi istri dari seorang Hafidz.
Tok! Tok! Tok!
Lamunan Niswah buyar ketika seseorang dengan wajah teduh guratan keriput telah tampak di wajahnya masuk, senyuman lembut itu menyapa Niswah ketika ia menatap wajah Ummi-nya.
"Anak ummi lagi dag dig dug, ya?" Niswah hanya tersenyum lembut menatap sang ummi yang akan ia tinggalkan. Setelah ini, ia akan menjalani kehidupan rumah tangganya sendiri, tanpa ada Ummi yang menyambutnya setiap pagi, Abi yang siap sedia mengantarkannya menuju kampus. Sekarang ia harus hidup dengan sosok baru yang menjabat sebagai suaminya.
"Ummi ditinggal dong, Kak Naufal bakal balik ke Bogor."
"Ummi." Niswah memeluk sang ummi yang kini sedang menangis, ia akan melepaskan sang putri yang dulunya masih manja.
"Jangan nangis, sayang, make up kamu luntur di bawah sudah ada Hafidz."
Suara ijab qabul menggema mengisi setiap sudut rumah, tangan Niswah bergetar beriring dengan gemuruh didada kian membuncah, tak lama pintu kamar Niswah kembali terbuka, menampilkan wajah sang sahabat yang tersenyum cerah, Nabila.
"Ya, Ananda Hafidz Maulana, saya nikahan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Niswah Wardani, dengan mahar emas seberat 10gram serta yang tunai senilai 50 juta, dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Niswah Wardani binti Arif Abdullah dengan mahar tersebut, dibayar tunai," ucap Hafidz dengan lantang, alunan kata Alhamdulilah menggelegar mengalun dengan lembut sampai ke telinga Niswah yang berada di dalam kamar lantai dua.
"Alhamdulillah." Hafidz sangat lancar mengucapkan ijab qabul tanpa hambatan sedikitpun, Nabila langsung memeluk tubuh Niswah dengan sayang, ia begitu bahagia melihat sang sahabat telah resmi menjadi istri orang, sedangan Niswah sendiri,, tubuhnya emakin bergetar ketika ummi dan Nabila menuntunnya menuruni anak tangga.
dengan dibalut kebaya putih dengan body yang tidak terlalu ketat menambah kesan anggun Niswah dalam balutan hijabnya. Orang - orang sanak saudara yang hadir dalam nuansa syahdu tersebut takjub melihat kecantikan Niswah yang semakin terlihat setelah di poles dengan make up natural.
Sedangkan Di bawah sana Hafidz hanya terdiam menatap Niswah yang anggun dan bertambah cantik dalam balutan busananya, sangat pas dengan Hafidz yang memakai kemeja putih dilengkapi jas hitam, menambah kesan macho dalam dirinya.
"Tak usah segitunya Hafidz, Istrimu memang cantik." itu adalah suara Lukman yang disambut gelak tawa Rian.
"Hafidz Hafidz kemarin menolak sekarang? Aduhai seperti orang linglung."
Hafidz tidak peduli, ia hanya peduli terhadap Niswah seorang gadis yang telah sah menjadi istrinya, yang kini tengah berjalan menghampiri dengan wajah tertunduk. Ia sedikit geli, mengingat ia menikahi mahasiswi nya sendiri, dan melihat sang istri yang tampak malu-malu malah membuat ia ingin tertawa dengan keras, Niswah merupakan mahasiswi yang terkenal dengan aktif dikelas, dan melihatnya malu-malu seperti ini malah terlihat lucu.
"Mas di depan sayang bukan di bawah." Sambutan pertama dari Hafidz untuk sang istri, serasa ada yang lucu dengan sebutan itu, terasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan dalam perut Niswah, Hafidz pun heran entah apa yang membuatnya mudah mengucapkan itu.
Karna gemas melihat Niswah yang tetap menunduk, ia pegang dagu nya dengan lembut mengarahkan pandangan Niswah agar menatapnya, mata yang indah batin Hafidz.
اللهم بارك لي في أهلي وبارك لأهلي في
"Ya Allah berkahilah istriku untukku dan berkahilah aku untuk istriku."
Niswah hanya memejamkan mata seraya mengucapkan Amiin dikala Hafidz mencium keningnya lama dan membacakan sebait doa. Rasa hangat menjulur ketubuh Niswah, Hafidz kini menatapnya lekat menikmati setiap inci wajah istri kecilnya.
"Cantik." Niswah hanya tersipu malu, rasanya ini benar-benar manis.
"Jangan tersenyum!"
"kenapa?"
"Karna di sini banyak orang, mulai sekarang hanya aku yang boleh melihat senyummu." bisik Hafidz yang sukses membuat Lukman dan Rian merasa geli, bisa-bisa nya Hafidz menggoda Niswah di tengah keramaian. Hafidz sendiri menyadari, ia sangat senang menggoda Niswah, meski awalnya ia menolak, tapi ketika sudah sah begini, kenapa jiwa jahilnya malah tumbuh untuk sang istri.
Jangan tanya bagaimana wajah Niswah sekarang, dia menundukkan wajah malu jika Hafidz melihat semburat merah di pipinya.
"Tuh pipi kenapa?"
Mungkin akan terlihat konyol jika Niswah berkata sejujurnya tapi Hafidz bukan orang bodoh mengingat ia merupakan seorang dosen pasti ia tahu alasan semburat merah di pipi Niswah.
"Pembiasan cahaya."
"Masa?" Hafidz menaik turun kan alisnya menggoda Niswah yang mulai gugup dan jengkel.
"Mas biasa aja alisnya."
"Alis Mas biasa aja kok?"
"Itu jangan di gerak-gerakin."
"Gerak sendiri."
Niswah memilih diam dari pada para tamu menatapnya aneh melihat pasangan suami istri tengah berdebat di acara resepsi pernikahannya.
"Marah?"
"Gak Mas, kata rasulullah gak baik marah kepada suami."
Hafidz tersenyum baru beberapa jam yang lalu dia sah menjadikan Niswah istrinya sudah bahagia meliputi hatinya. Namun tiba-tiba pandangannya menatap sesosok bayangan yang sangat ia kenali. Hafidz menggelengkan kepalanya menepis objek yang membuat perhatiannya buyar seketika, mungkin dia parno pikirnya.