Lukman memasuki kamar yang sudah 3 hari ini di isi oleh seorang wanita yang mungkin sudah ia anggap sebagai adik. Ketika ia masuk, disana sudah ada Niswah yang tengah melamun dan menatap keluar jendela, Lukman sangat tidak tega melihat wanita yang dulunya sangat diberi limpahan kasih sayang, kini harus terdiam membisu karena terluka oleh penghianatan. "Apa kabar, Niswah? Sudah merasa sehat?" "Ah, sudah, Mas, kira-kira kapan Niswah boleh pulang?" Lukman tampak berfikir, jika Niswah pulang maka ada kemungkinan Hafidz akan membuat Niswah terbebani dengan kelakuannya yang belum bisa lepas dari masa lalu. Tapi jika Niswah tidak segera pulang, maka Hafidz juga akan curiga. "Baiklah, kamu boleh pulang, tapi tetap harus memantau kesehatan seminggu sekali. Dan pengobatan sebulan sekali." "Ok

