Nayla turun dari mobil, berjalan cepat-cepat masuk rumah menuju kamarnya. Ia menghempaskan tubuh dengan posisi tertelungkup. Di belakangnya, Hadi mengikuti dengan perasaan cemas sekaligus bertanya-tanya apa benar yang dikatakan Nayla saat di klinik tadi. “Nay,” panggil Hadi, “aku butuh penjelasan.” Pria itu duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh kaki Nayla. Nayla menangis sejadi-jadinya. Menyembunyikan wajah di balik bantal. Kedua tangannya mengepal memukul-mukul kasur. “Nayla?” Willona muncul di ambang pintu kamar, dilihatnya Hadi yang memasang tampang kebingungan. “Nayla kenapa? Katanya tadi mau ke studio, kok, balik?” Pertanyaan-pertanyaan Willona membuat Hadi menarik tangan Willona dan mengajak gadis itu keluar kamar. Pelan-pelan Hadi menutup pintu kamar setelah mereka kelua