"Tolonglah. Aku berjanji akan memperbaiki diriku," ujar Indri memelas. "Buktikan dulu. Kau pantas apa tidak, itu nanti terserah aku." Dengan langkah gontai, Indri keluar dari ruangan CEO. Kepalanya terasa pusing. Apa alasan yang bisa dikatakannya pada Bramasta?! Ia amat takut ditinggal oleh laki-laki idamannya itu. "Semoga Bram mengerti. Aku akan mengajaknya bicara. Ini hanya soal waktu," lirih Indri menguatkan langkahnya. Di dalam mobil grab, Indri menghubungi kekasih gelapnya itu. Tadi, dia sengaja meminta Suparman tak perlu menunggunya. "Hallo sayang. Tentang itu, nanti kita bicara. Bisa kita ketemu? Di hotel. Iya, nanti aku share lock." Perasaan Indri berdebar-debar. Namun tak ada pilihan, ia harus menyampaikan berita itu pada Bram. Tak butuh waktu lama, Bram mengetuk pintu k

