Chapter 1 : Target Utama

1575 Words
Namanya Mike steven Gerald. Anak dari pemilik Gerald Company dan juga seorang dokter di Gerald Hospital. Umurnya masih dua puluh delapan tahun. Masih jomblo tentunya. Itulah sedikit  informasi yang Angel tangkap dari pembicaraannya dengan Amanda di kantin kampus tadi siang. Data sang dokter. Ya Tuhaaan. Amanda benar-benar serius meminta Angel menjalankan hukumannya. Ini mustahil dan sangat mustahil. Bagaimana mungkin kalian bisa dengan mudahnya mengajak pacaran dengan seseorang? Terlebih lagi Angel adalah seorang gadis yang menjunjung tinggi motto hidup 'tidak ada pacaran sebelum menikah'. Jadi mana mungkin Angel melakukan hal gila seperti itu. Tapi bayaran jika ia menolak begitu sadis, yaitu mobilnya Iqbal. Bisa digantung dirinya oleh sepupu tampannya tersebut. Mana mobil itu hadiah ulang tahun orangtua Iqbal lagi. Bisa dibunuh langsung Angel saat itu. "Haaaah! Bagaimana iniii.." desah Angel gusar. Ia sudah mengacak rambutnya puluhan kali. Bahkan sampai kusut. "Apa gue pura-pura jadi babunya dia aja ya." pikir Angel. Namun setelahnya ia menolak opininya sendiri. Kan banyak tu,  cerita babu yang akhirnya jadian dengan majikannya...  Pikir Angel sembari tertawa setan, namun sedetik kemudian ia seperti tertampar. "Nggak mungkin lah. Lo gila aja Angel." "Trus gimana dong?" "Masa datang gitu aja dan sodorin niat? Big Nooooo.! Gue masih waras kalau untuk yang satu itu." AAAAAA!!!! Angel berteriak sekeras mungkin di dalam kamar apartemennya. Ia frustasi hebat gara-gara memikirkan cara guna mendekati sang dokter. Setan dalam hatinya meminta Angel berubah menjadi wanita pemangsa, namun malaikat di kanan tubuhnya meminta Angel untuk tak lakukan itu karena akan berdosa. Jangan Angel. Ingat moto hidupmu. Tak ada pacaran sebelum menikah. Bujuk malaikan di sayap kanan Angel. "Bunuh aja gue baaang bunuuuh." teriak Angel lagi. Angel melirik jam dinding di kamarnya. Sudah mendekati jam sebelas malam, namun ia belum juga tidur. Padahal besok misi pertamanya akan dimulai. "Angel. Sebaiknya Lo tidur dulu. Siapa tahu pas tidur, ada ilham yang masuk buat ide lo esok hari. Oke!" titahnya pada dirinya sendiri. Angel berbaring dan menarik selimut hingga menutup lehernya. Setelah merapalkan doa tidur, Angel memejamkan mata berharap nanti ide itu akan muncul. ***** Angel sudah bolak-balik ke kamar mandi pagi ini. Saat bangun tidur mendadak perutnya sakit dan mengharuskan dia bolak-balik toilet. "Siaaall. Pagi-pagi udah diare. Mana nanti mau jalanin misi. Ya Tuhaaan. Salah apa Angel Ya Tuhan." seru gadis itu lirih. Angel memakai jaketnya dan meraih kunci mobil. Tak bisa begini, ia harus ke rumah sakit. Walaupun saat itu ada atau nggak ada misi, ia tetap harus ke rumah sakit. 'Diare itu menyiksa ding. Nggak kuat aku tu'- seloroh Angel dalam hatinya. Dengan cepat Angel berlari menuju parkiran dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat dari apartemennya. Cukup sepuluh menit Angel sudah memasuki pekarangan dan segera mendaftar untuk pasien baru. Mulai dari mendaftar sampai menunggu dipanggil, Angel sudah ke kamar mandi tiga kali. Tubuhnya pucat dan melemah. Dia sungguh kekurangan cairan tubuh. "Selamat pagi menjelang siang. Bisa saya tahu keluhannya apa?" tanya dokter jaga yang memeriksa pasien pagi ini. "Saya diare dok. Perut saya tak normal dari bangun tidur tadi. Kepala saya juga pusing." ungkap Angel jujur. Memang kepalanya sangat pusing. Rasanya seperti mau jatuh saja. "Ya sudah kamu berbaring saja dulu. Dipe--" "Maaf dokter saya terlambat.!" Suara seseorang dari pintu mengintrupsi Angel dan dokter yang akan memeriksa Angel. "Oh dokter Mike. Kau sudah datang? Bagaimana mobilmu?" Mike? Mike? Dokter Mike? Jangan-jangan... Angel memutar tubuhnya kebelakang dan betapa terkejutnya dia, Mike yang dimaksud dokter tadi adalah dokter Mike yang menjadi--menjadi--targetnya? 'WHAT?  Ya Tuhaaan. Apa ini jawaban dari doa-doaku samalam? Terima kasih Tuhan. Engkau sungguh baik.' -- Angel bersorak kegirangan dalam hatinya. Tak perlu menemui Mike ke apartemennya, Mike sendiri yang datang padanya. Oh mudah sekali. "Ya sudah. Saya tinggal ya. Kamu lanjutkan. Siang ini saya ada operasi, jadi kamu yang jaga disini dulu." "Baik dokter." "Angel, saya tinggal ya. Sebenarnya dokter yang jaga hari ini adalah si tampan di depanmu ini. Semoga cepat sembuh. Apalagi yang obati setampan ini" ucap si dokter menggoda Angel sebelum ia keluar dari ruangan. Ada rona merah menguar di pipi Angel. Namum dengan cepat ia menggeleng. Angel mengangguk tenang. Padahal hatinya sudah bersorak seperti gila. "Maaf Mbak, ada yang bisa saya bantu?" Angel masih sibuk dengan hayalannya sampai-sampai tak memperhatikan Mike bertanya. "Hallo? Mbak? MBAK?" teriak Mike keras. "Ah iya dokter. Maaf." kaget Angel. Gadis itu langsung tertunduk malu. "Tak apa." jawabnya, "Ada yang bisa saya bantu? Keluhan mbak apa?" tanya Mike sopan. "Dapetin hati dokter." bisik Angel tanpa sadar. "Ya?" "Eh. Nggak dok. Saya--saya diare dok. Dari tadi pagi nggak berhenti. Kepala saya sakit dokter." Sumpah. Jika saat ini ada Manda, mungkin ia akan menendang Angel keras karena gaya bicara Angel yang berubah menjijikkan. "Oh Diare. Silahkan berbaring dulu mbak. Saya periksa." Angel menurut. Ia segera berjalan menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya di sana. Sudut matanya tak lupa menangkap tubuh Mike yang atletis dan sangat tampan. "Ya Tuhaaan. Tampannya ini dokter." "Maaf ya Mbak. Saya periksa dulu." Angel mengangguk. Setelahnya "Boleh dokter. Periksa sampe ke hati saya pun boleh dokter. Siapa tahu nemuin cinta buat dokter.." seloroh Angel tak tahu malu. Ia seperti kehilangan motto hidupnya. No boyfriend Before married Dokter Mike hanya geleng-geleng kepala.  Ia kembali melanjutkan pemeriksaan. Ia menekan perut Angel pelan namun berhasil membuat Angel mengaduh sakit. "Anda ada gejala magh?" "Nggak dokter." "Sejak pagi anda sudah makan apa saja?" "Angel nggak makan apa-apa dokter. Selera makan Angel menghilang dok." Mati saja kau Angel. Alhamdulillah beruntung di sini tak ada Amanda. Bisa meledak tawa sahabatnya itu jika ia melihat tingkah konyol Angel. "Lambung anda sedang kosong. Setelah menebus obat, makanlah sedikit namun usahakan yang lunak seperti bubur." Angel mengangguk namun tatapannya tak lepas dari wajah Mike. Sebenarnya ditatap seperti itu membuat Mike tak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi, Mike seorang dokter dan ditatap seperti itu oleh pasien sudah jadi makanan hariannya. "Saya akan buatkan resepnya. Obatnya harus dihabiskan, jika belum juga sembuh, anda balik lagi ke sini." ucap Mike berwibawa. Mike hendak kembali duduk di kursinya, namun lengan pria itu ditahan oleh Angel. "Ada apa?" tanya Mike yang mulai risih. "Bilang Angel. Bilang mau lo apaan. Bilang." "Egheem.  Dokter saya...saya--" Angel menyumpai dirinya sendiri yang mendadak kelu. "Iya? Anda apa? Apa ada yang sakit?" "Tidak dokter, tak ada." "Lalu.?" "Saya mau....mau." "Mbak?" "Dokter mau jadi pacar saya?" Deg! Ruangan mendadak sunyi. Tak ada yang berani buka suara setelahnya. Baik Mike maupun Angel sama-sama terdiam. Angel sudah menunduk takut sedangkan Mike kini menatap Angel penuh selidik. "Sa--saya--" "Maaf saya tidak bisa." tolak Mike tegas memutus ucapan Angel.  Angel mendongak menatap tepat dimata Mike. "Kenapa? Aku cantik." ucap Angel tak terima. "Maaf. Masih ada pasien lain yang menunggu." tolak Mike halus. "Aku nggak akan keluar sebelum kamu jawab." "Saya sudah jawab barusan. Saya tidak bisa." "Kenapa? Kamu punya pacar?" "Bukan urusan anda." "Nggak punya kan? Karena itu maukan jadi pacar Angel?" Mike menekan tombol interkom di meja. "Pasien selanjutnya." panggil Mike sedikit kesal. Angel menatap Mike dalam. Entah keberanian dari mana, Angel berlari maju mendekati Mike dan menarik tengkuk pria tersebut. Dengan cepat Angel menempelkan bibirnya dengan bibir Mike, mengecupnya sebentar dan kabur setelahnya. Tepat dua detik sebelum pasien yang baru, datang ke ruangan. Mike termenung terdiam dan terkejut. Semuanya bercampur menjadi satu. Ia masih shock dengan kejadian yang mendatanginya barusan. Apa tadi? Ciuman?. Mike menyentuh bibirnya, tepat dibagian bibir bawah yang sempat Angel gigit tadi sedikit. Ya Tuhan, Mike meremang. Tubuhnya bereaksi lain. "Dokter?" panggil pasien wanita tersebut, namun tak bisa menyadarkan lamunam gilanya Mike. "Dokter?" panggilnya lagi, kali ini sambil menoel-noel pundak Mike. Dan untuk yang kedua ini, Mike langsung tersadar. "Ah maaf. Sudah lama masuk?" "Baru saja dokter. Dokter baik-baik saja?" "Oh iya. Saya baik-baik saja. Silahkan duduk. Ada keluhan apa.?" Mike melirik ke arah pintu masuk tempat Angel tadi keluar. Dengan cepat ia menggeleng. Sekali lagi Mike harus meminta maaf pada pasien di depannya itu karena lagi-lagi terabaikan. Mike melanjutkan pemeriksaan dengan kondisi jantung yang masih berderu cepat. Bahkan konsentrasinya pecah saat itu. Hanya karena sebuah ciuman?. Sedangkan di dalam mobilnya, Angel berteriak heboh. Setidaknya dengan cara begini, ia sudah mengikat Mike sedikit. Tak mungkin Mike tak merasakan. Pria itu pasti tak akan bisa melupakan ciuman yang Angel lakukan tadi. Walaupun singkat. Angel kembali membayangkan bibir Mike yang ia gigit lembut. "Ya Tuhaaaan. ANGEL.. Lo gila ya." teriak Angel namun girang. Ia heboh sendiri dimobilnya. Entah ide dari mana, namun keberanian Angel langsung datang begitu saja saat Mike mengacuhkannya. Dan sekarang, Angel bisa pastikan Mike akan selalu mengingatnya. Eh. BTW, itu ciuman pertama Angel. "Angel! Lo udah langgar janji lo Ngel. Mana janji lo yang bilang semua di diri lo pertama kalinya nanti untuk suami?" guman Angel sedikit menyesal. Angel menggigit bibir bawahnya kuat mengingat Mike yang mengambil ciuman pertamanya? Mengambil? Mati saja lo Angel. Jelas-jelas lo yang nyosor di ruangan tadi. Namun Bibir Mike yang lembut berhasil membuat Angel meremang. apalagi bibir bawah Mike yang tebal. Aaaaaa! Angel sungguh sudah gila. Dengan semangatnya, Angel meraih ponsel pintar miliknya dan menghubungi Amanda. Hari ini ia akan menemui Amanda di rumah sahabatnya itu. Ia harus makan sesuai permintaan 'sang calon'. Aaaaa, Angel sudah gila karena menghayal sendiri. Bahkan ia lupa kalau ia sedang diare. "Manda. Gue kerumah lo sekarang ya. Gue ada kabar bagus buat lo!." "......" "Nggak usah banyak tanya deh. Pokoknya nanti gue kasih tahu. Dan satu lagi, bikinin gue bubur ya. Gue diare Manda." "...." "Sialan lo. Temen sakit bukannya prihatin, ini malah ketawa. Ya udah gue jalan ke rumah lo." "...." "Oke. Siiip. Wa'alaikumussalam." Setelah memutuskan panggilan, Angel segera melajukan mobilnya menuju apartemen Manda yang berada cukup jauh dari daerah rumah sakit. Selama perjalanan, Angel membayangkan bagaimana nanti antusiasnya Manda mendengar nama Mike di sebut. Angel, Angel. Lo beruntung banget. Nggak harus jauh-jauh ngejar dokternya, si dokter tampan yang mendekat sendiri. Hehehehe. "Misi pertama selesai. Muachh! Muach! Muach!" sorak Angel sambil menirukan gaya berciuman lengkap dengan suara-suaranya. ***** JIKA TEMAN-TEMAN BERPIKIR CERITA INI SAMA DENGAN TARUHAN PANAS, TEMAN-TEMAN SALAH BESAR. HEHEHE KARENA ITU, JIKA TEMAN-TEMAN PENASARAN DENGAN KISAH TARUHAN PANAS, BACA YUK. CERITANYA ADA DI STORY AKU.^^DAN CERITANYA BEDA BANGET. KEDUA CERITA INI SAMA-SAMA KEREN.^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD