Bab 3: Ujian

1095 Words
*** Adriana mengganti pakaian terlebih dahulu sebelum bergabung dengan Raihan yang ada di ruang kerja pria itu. Setelah kekacauan siang tadi di kantor, Raihan menginginkan sedikit perubahan dalam kontrak pernikahan mereka. Paling tidak, pernikahan mereka bisa saling menguntungkan. "Kamu mau bahas apa, Mas?" Suara lembut khas Adriana membuat Raihan menoleh ke arah istrinya. Penampilan istrinya kali ini jauh berbeda dari biasanya. Raihan bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh Adriana. Sebagai seorang pria, Raihan menelan saliva-nya. Penampilan Adriana malam ini sangat aduhai. Ada perasaan aneh timbul dalam hati Raihan. "Saya punya perjanjian baru. Awak tengoklah dulu." Mata Raihan tak berkedip melirik istrinya. Dalam hati, ia terus beristighfar. Meskipun Adriana adalah istrinya, Raihan berusaha menahan dorongan kuat dalam dirinya, keinginan berhubungan suami-istri dengan Adriana. Biasanya, Raihan bisa mengendalikan itu semua. Tetapi, hari ini cobaan baginya terlihat semakin besar. Bagaimana tidak, Adriana mengenakan pakaian tipis, dan nyaris transparan. Mata lelaki mana yang mau menolak pemandangan semacam itu. Beruntung Raihan memiliki iman kuat. Kalau tidak, hancurlah pertahanannya sejak tadi. Raihan berusaha tidak melirik ke arah tubuh istrinya. Namun, Adriana malah sengaja mendekatkan tubuhnya agar Raihan bisa melihatnya dengan jelas. Adriana bahagia melihat ekspresi tersiksa suaminya. Dalam hati ada kelegaan. Tampaknya Raihan memang pria normal. Adriana tersenyum tipis. Dia duduk di ruang kerja suaminya sambil membaca berkas di lembar kerja Microsoft Word yang berupa surat perjanjian baru di dalam laptop. "Kamu mengizinkan kita berdua mencari pasangan di luar?" Adriana kaget dengan poin baru itu. Dia mengenal Raihan sebagai pria religius. Mana bisa, Raihan mendukung perselingkuhan? Sepertinya terlalu kasar menyebut perselingkuhan. Hanya saja, Adriana masih tak menyangka. "Saya rase kitorang tak saling cinta. Kita cari pasangan masing-masing di luar. Lepastu, kitorang pisah elok-elok," jelas Raihan. Sudah lama Raihan memikirkan masalah dalam rumah tangga mereka. Ada yang tidak benar dalam hubungan mereka. Selalu ada pertengkaran, dan itu pertanda bahwa mereka kurang cocok. Raihan mengambil mangkok yang berisi bakpau kesukaan istrinya. Dia menyodorkan satu bakpau kepada istrinya. Adriana mengambilnya, lalu melahap pelan-pelan sambil memikirkan rencana Raihan. "Kamu yakin enggak bakalan jatuh hati sama aku?" Adriana menantang. Dia berdiri tegak, sampai Raihan melihat bentuk tubuhnya yang sempurna. Tinggi, berkulit putih, dengan senyuman indah di wajahnya. Sangat mudah jatuh hati pada wanita semacam itu. Akan tetapi, Raihan tidak pernah mencoba melakukan itu. Dia lebih senang menjadi lawan berdebat untuk Adriana. "Macem mane awak kasih soalan macam tu? Bila awak tak cintakan saya. Tentu saya pun tak cintakan awak." Raihan mengeluarkan pendapatnya yang dirasa mampu menjawab pertanyaan sang istri. Adriana mangguk-mangguk. Dia mengibas rambutnya. "Kalau begitu, mengapa tak coba cintai aku?" Raihan membelalak. Dia tidak tahu harus membalas apa. Pertanyaan Adriana sama sekali tak terpikirkan olehnya. Pada akhirnya Adriana memutuskan. Wanita itu tak bisa menunggu Raihan menjawab pertanyaan yang sempat ia lontarkan. "Baiklah, aku setuju. Tapi aku maunya kita berdua tidak saling mengkhianati." "Tidak mengkhianati? Like what?" Raihan masih bingung apa maksud istrinya. Seyogyanya mencari pasangan lain tentu saling mengkhianati, bukan? Raihan mengangkat sebelah alisnya sembari menantikan jawaban istrinya. "Maksudku adalah kita berdua hanya dibolehkan mencari pasangan, tetapi tidak boleh melakukan hal macam-macam. Jika memang pasangan yang kita temukan sudah cocok, maka kita berdua akan memilih pisah secara baik-baik." Bakpau di tangan Adriana telah habis. Dia mengambil satu buah bakpau lagi, lalu melahapnya lebih cepat dari sebelumnya. Raihan yang melihat malah tersenyum kecil. Entah bagaimana dia cukup terhibur dengan semua kekonyolan Adriana. "Yelah. But, Saya ada pesan satu. Awak jangan rosak meeting saya lagi. Saya ni dah penat jawab pertanyaan karyawan saya." "Dan juga, Saya tak nak atuk tahu bila kitorang berselisih paham. Atuk dah tua, kalau dengar kabar buruk perihal rumah tangga kite, bisa kambuh sakitnya." Raihan sangat menyayangi kakeknya. Itulah sebabnya ia menerima perjodohan dengan Adriana. Setelah menikah, cinta di antara mereka tak kunjung tumbuh. Semua itu terjadi disebabkan karena mereka berdua tak ada yang mau berusaha menyayangi. Ego mereka masih besar. "Ya... Ya, aku paham. Kamu langsung cetak berkasnya biar aku bisa tanda tangan." Raihan menekan tombol on pada printer. Setelah itu, ia mencetak surat perjanjian kontrak baru yang akan ditanda tangani dirinya dan Adriana. Setelah itu, mereka keluar dari ruangan kerja Raihan. "Bakpau buatanku tu, macem mane? Enak ke, tak?" Pria itu penasaran bakpau buatannya, apakah makanan itu membuat istrinya terkesan atau tidak. Raihan membuat kue itu sepenuh hati kendatipun ia memiliki sedikit rasa jengkel karena siang tadi istrinya merusak meeting di kantornya. "Lumayan." "Ish. Lumayan je? Tak enak ke?" Raihan menyambar satu bakpau. Enak. Adriana memang tidak tahu cara memuji usaha suaminya. "Sudahlah. Aku mau masuk kamar dulu." "Jom." Mereka masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Ada jadwal meeting baru yang harus dipimpin Raihan besok pagi. Pria itu selalu berdoa, semoga hari-harinya berjalan dengan baik. Hidup bersama Adriana membuat tekanan darahnya naik. Dalam artian, Adriana selalu membuat dirinya naik pitam. *** Malam hari adalah momen bagi Adriana dan Raihan bersama. Akan tetapi momen baik itu tak pernah dipergunakan dengan baik. Mereka cenderung melakukan kegiatan masing-masing apabila sampai rumah. Wajar saja sebab mereka memulai hubungan rumah tangga, tidak berlandaskan cinta melainkan disebabkan oleh keuntungan pribadi, berdasarkan harta. Adriana sudah tertidur pulas sejak tadi. Malam ini, wanita itu melewati batas petak kasur mereka. Adriana berbaring tepat di samping Raihan. Bukan hanya itu saja, dia pun memeluk tubuh suaminya. Raihan terkesiap akan perbuatan istrinya itu. Pakaian tipis yang dikenakan Adriana semalam masih melekat di tubuh wanita itu. Raihan baru menyadari betapa mengagumkan tubuh Adriana. Perawakan Adriana nyaris menyamai supermodel Gigi Hadid. Setiap kali pria itu tergoda akan pesona istrinya, Raihan selalu beristigfar. Dia mengusir nalurinya sebagai lelaki, dan menekankan bahwa Adriana hanyalah istri kontraknya. Suatu hari mereka akan berpisah. Raihan baru berniat mengempaskan tubuh Adriana menjauh darinya. Namun, ia tidak tega melihat wajah lugu istrinya. Ternyata Adriana terlihat imut apabila sedang tertidur. Raihan memberanikan diri mengusap wajah istrinya. Kendatipun hanya sekejap, Raihan bisa merasakan indahnya menjadi suami. Ternyata ada bagian menyenangkan memiliki seseorang di sampingnya. Raihan tidak pernah melupakan fakta betapa menyenangkannya hal itu. "Andai awak bisa semanis ni tiap hari. Mungkin saya akan mempertimbangkan untuk sayangkan awak." Hampir tiap hari tak ada kelembutan, selalu perdebatan dan cekcok setiap kali mereka membahas sesuatu. Entah sampai kapan mereka bisa mesra-mesraan selayaknya pasangan suami-istri yang ada dalam film romantis. Bohong kalau Raihan tidak mendambakan hubungan semacam itu. Sudah lama ia mengidamkan hubungan cinta macam itu. Raihan terus mengusap lembut wajah istrinya, lalu naik ke rambut Adriana. Tanpa sadar, Raihan ikut terlelap kembali. Pria itu menjemput mimpinya, berharap mimpi itu menyenangkan hatinya. Adriana dan Raihan tidur seolah-olah mereka pasangan paling romantis di dunia. Entah apa yang akan terjadi saat mereka berdua sudah bangun dari tidur mereka. Sepertinya akan ada perang uang akan menyusul.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD