Sorot mata Brian menghujam Lopita, sebuah dekrit bisu yang menuntut kepatuhan mutlak. Di sudut ruangan yang remang, Leon berdiri membatu, aura dinginnya kontras dengan kehangatan sensual yang memenuhi udara. Dalam benaknya berkecamuk badai rasa ingin tahu yang dingin, bercampur dengan perhitungan bisnis yang cermat, dan secercah harapan samar yang belum sepenuhnya padam oleh sinisme yang menggerogoti jiwanya. Ia ingin menyaksikan drama yang terbentang di hadapannya, ingin mengerti "pelayanan" seperti apa yang akan dipersembahkan oleh wanita yang pernah ia tarik dari jurang kegelapan malam itu. Dengan gerakan lambat bagai beban berton-ton, tangan Lopita yang gemetar merayap menuju gesper celana Leon, melepaskan lapisan kain dengan perasaan pahit yang menggerogoti setiap sel tubuhnya. Suar

