Prolog

222 Words
Bagaimana ini bisa terjadi padaku? Aku melakukan kesalahan. Tak bisa lari ke mana pun. Malam semakin larut, saat aku semakin hilang kesadaran. Aku muak dengan hidup ini! Aku hanya ingin berteriak, bagaimana ini bisa terjadi padaku? (Simple Plan - Untitled) * Jiwa yang tengah menghadapi ajal itu berusaha melawan, menahan sakit, mencoba menyangkal kematian yang tengah dihadapi. Berpegangan pada sesuatu yang ada untuk membuatnya tetap bertahan hidup. Namun, apa seseorang mampu menentang kematiannya sendiri? Hawa dingin kembali memeluk tubuh, merengkuhnya dalam kegelapan yang pekat, menjanjikan kenyamanan yang tak bisa hidup tawarkan. Tidak! Pikir jiwa itu ketakutan, tahu bahwa rasa nyaman yang sungguh tampak menggoda akan mengantarkannya pada kematian lebih cepat. Rasa sakitlah yang membuatnya dapat terus bertahan hidup. Maka, jiwa itu dengan segenap hati merengkuh rasa sakit dengan tangan terbuka. Berharap hal itu akan selalu berada dalam dirinya hingga seseorang dapat menolongnya. Namun, perasaan hangat kembali datang, rasa nyaman menyapa, menyelinap pada setiap jengkal jiwanya, seolah menjanjikan dunia di mana tak akan ada lagi rasa sakit. Dengan begitu, jiwa rapuh itu pun terlena. Pertahanannya goyah, pikirannya meragu, dengan setiap hela napas terakhir yang terembus dalam raganya, jiwa itu menyambut kegelapan yang mengisi setiap pikiran di dalam kepalanya. Tak lama kemudian, jantung dari raga milik jiwa itu berhenti berdetak. Pada detik-detik terakhir sebelum jiwa itu benar-benar terlepas dari raganya, suatu penyesalan terlintas dalam benaknya. 'Seharusnya gue enggak minum Vodka terlalu banyak malam ini.' ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD