Penyihir

2179 Words
Jeff sesuai umurnya yang sudah bukan anak-anak, tentu saja ia memiliki tubuh yang dewasa. Tapi, jiwanya seolah di tempati jiwa jiwa dari anak kecil. Begitu juga dengan tubuh kakak dan adiknya Jeff, tumbuh normal tapi tidak dengan jiwanya. Walaupun, mereka seperti itu. sebenarnya juga memiliki kelebihan. Meskipun tubuh mereka memiliki jiwa yang berbeda-beda, untungnya jiwa itu baik. Jika jiwa baik pergi meninggalkan raga mereka, maka Jeff dan saudaranya bisa berubah brutal. Jika sudah seperti itu akan ada jiwa jahat yang masuk. Inilah yang membuat perubahan sikap. Kadang juga baik, kadang jahat. Seolah dikuasai dua jiwa yang memilik karakter berbeda. Semua ini akan terus terjadi jika dari keturunannya masih ada yang meneruskan perjanjian itu. Sudah dari dulu jiwa anak-anaknya sengaja dia gadaikan demi kekayaan. Tak akan semudah itu bisa berakhir, karena perjanjian goip sudah berlangsung lama antara leluhurnya dengan makluk astral. Sebuah perjanjian tentang pemberian kekayaan dengan pertukaran jiwa dari darah dagingnya. Cha Cheon terpaksa meneruskan ini karena memang dia sudah dipilih. Jika sudah dipilih dia harus bisa memberikan tumbal. Jika tak bisa maka dirinya akan di siksa. Wanita ini harus bertanggung jawab atas janji yang sudah ia sepakati. Evelyn yang bisa merasakan aneh ketika ia berkomunikasi dengan jiwa lain. Jiwa lain itu sebenarnya juga merasa tidak nyaman terkungkung dalam raga Jeff dan juga saudaranya. Ia berusaha untuk mencari jalan keluar agar misteri ini terbuka. Tapi, ada jiwa jahat yang justru ingin menguasai anak-anak Cha Cheon. Dale Clifd seorang penyihir yang menjadi perantara untuk bertemu dengan Efrodh si raja jin. Sang dukun mengamuk lantaran ibunya Jeff belum memiliki keturunan lagi untuk penyambung perjanjian. Cha Cheon memiliki kekayaan yang tidak mungkin habis tujuh turunan. Makanya ia terus memberikan tumbal kepada raja Efrodh. Cha Cheon sangat sedih sudah menjadikan suaminya mati. Apa yang telah ia lakukan sudah membuat dirinya ini dihantui rasa bersalah. Cha Cheon ingin menjadikan dirinya sebagai penutup perjanjian. Ia pernah meminta kepada sang dukun untuk menyerahkan jiwa raganya sebagai pemutusan kontrak perjanjian. Sang dukun ternyata tidak mau membantu Cha, justru dia mengadu domba Cha dengan raja Efrodh. Mengatakan jika Cha akan meminta bantuan untuk membinasakan sang raja Efrodh agar bisa terbebas dari perjanjian pesugihan. Efrodh sang raja yang mendengar kabar dari Dole pun menjadi murka. Ia sangat marah dan ingin menghabisi ketiga anak Cha. Manusia yang menjadi tumbal akan dibiarkan tetap hidup namun tidak hidup dengan normal. Semua karena jiwa aslinya telah di ambil dan di sekap oleh Efrodh sang raja jin. Cha Cheon merasa tidak terima, tapi tak berdaya melawan dukun dan raja jin. Dengan tertatih-tatih pergi ke hutan menemui seseorang yang dia yakini bisa menolong. Tapi, perjalanannya dihentikan oleh Dale si dukun betina. Rencananya terpaksa dihentikan dan kembali ke rumahnya. Evelyn yang sudah curiga akhirnya memberanikan diri untuk menemui Cha Cheon, berbicara empat mata. Evelyn mengatakan dia bisa berkomunikasi dengan sang ayah yang arwahnya penasaran karena terperangkap dalam dunia yang tidak bisa kembali ke dunia dan juga tidak bisa pulang ke akhirat. Sang ayah meminta Evelyn untuk membantu membebaskan serta memulihkan kesadaran Jeff Karena Jeff merupakan satunya orang yang bisa melakukan transaksi jiwa dengan Efrodh. Itu isi perjanjian leluhur dari Cha Cheon yang pernah di dengar oleh supir keluarga atau ayahnya Ev. Kini keadaan semakin jelas karena ayah Evelyn sudah menyiapkan putrinya untuk bisa masuk dalam kehidupan Jeff, melalui persahabatan. Jeff menjadi sering marah, ia tidak suka jika ibunya terlibat dalam perjanjian goip. Jeff nekat memasuki hutan pantangan untuk menemukan Profesor. Ibu tidak yakin kalian bisa menemukan kakek. Ibu tidak bisa membantu kalian, karena dulu ibu sudah pernah melakukannya tapi gagal. Apa yang Ibu lakukan, selalu saja di ketahui dukun itu, suara pesimis Cha Cheon. Cha Cheon terisak dalam tangis ketidakberdayaan. Ia tergeletak di lantai menyesali apa yang telah di lakukan. Di dalam hatinya ia punya harapan agar Jeff dan saudaranya bisa kembali. "Ibu tahu kamu tak akan pulang sebelum membawakan hasil. Tapi, kalian tidak tahu jika kalian melakukan hal yang tak mudah. Ibu heran kenapa kalian bisa nekat seperti itu. Menemui raja Efrodh itu sesuatu yang sangat mustahil. Kalian tidak tahu jalan untuk menembus ruang dan waktu. Meskipun, kalian nampak yakin bisa minta tolong ke Profesor, tapi untuk menemui orang tua itu tak akan mudah. Ibu mu ini berulang kali ke hutan untuk menemui Profesor, belum sekalipun berhasil," lanjut Cha Cheon. Wanita ini sudah sangat lelah seharian menangis dan mengurung diri. Ia nyaris putus asa dan ingin menyudahi hidupnya. Berulang kali ia menelan banyak obat tidur untuk membuat dirinya tenang. Ia masih sedikit bisa berpikir jika tak akan bisa mengakhiri kehidupannya sebelum menuntaskan perjanjian. Cha Cheon masih memiliki beberapa hutang nyawa dan ia harus membayar hutangnya itu. Beberapa tahun yang silan, wanita ini sudah memberikan banyak tumbal dari keturunannya, dari suaminya dan dari para pembantu setiannya. Ia sudah banyak memberikan nyawa untuk raja Efrodh, namun belum juga menutup hutangnya. Dulu wanita ini tidak berpikir panjang sebelum setuju menerima warisa pesugihan dari ibunya. Seolah siapa saja yang menjadi penerus pesugihan tak akan bisa menolak dan memutus sebelum usai waktunya. Perjalanan panjang telah di lakukan Jeff dan pantang baginya untuk kembali pulang tanpa membawa hasil. Sementara di tempat Profesor terus terjadi adu mulut antara Dale dan Profesor Casey. Penyihir itu selalu mengincar sesuatu dari kakek itu. Meskipun berulang kali di tolak tetap tak membuat dirinya berhenti datang ke sini. Segala rayuan akan dilakukan Dale untuk mendapatkan yang diinginkannya. Percakapan keduanya masih tetap berlangsung. Penyihir itu terus memaksakan kehendaknya kepada Profesor Casey. "Berapa kali aku katakan. Aku tidak tertarik dengan tawaran yang kamu berikan!" ujar Profesor Casey. Ia berjalan pelan-pelan meninggalkan perempuan sihir itu. "Dasar kakek tua bodoh! Berani menolak tawaran ku. Kamu malah memilih hidup di hutan seperti ini dan meninggalkan gemebyar dunia mu. Aku tak akan pernah berhenti untuk membujuk mu. Aku memiliki keinginan kuat dan aku berani memberi mu imbalan. Jadi pintarlah memutuskan sesuatu, jika nanti aku datang lagi ke tempat ini. Kamu jangan bodoh seperti hari ini, berani menolak ku," caci penyihir. "Jangan memaki aku seperti itu! Walaupun kamu berulang kali membujuk ku, tak akan membuat ku termakan rayuan mu. Walaupun, berulang kali kamu datang ke sini, tak akan membuat ku berubah pikiran untuk memberikan apa yang kamu inginkan," ucap kakek itu. Profesor menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah penyihir. "Aku memberikan tawaran yang menarik, tapi kamu menolaknya,. Kamu ini memang sudah tidak waras," ucap penyihir. "Aku berapa kali bilang jika tak tertarik dengan tawaran mu. Aku lebih memilih menjadi tidak waras, dari pada menjadi waras dan mengikuti keinginanmu itu," lanjut Profesor. "Dasar bodohnya kamu! Ayolah buang kesombongan mu. Turuti kemauan ku. Kamu akan menikmati sisa umur mu dengan enak," punya penyihir itu. Dale berjalan mengelilingi Profesor Casey. Rasanya sudah tidak tahan ingin membantainya. Tapi, Dale tidak berani melakukan itu, sihirnya tidak bisa bekerja di hutan pantangan yang sudah dikuasai Professor Casey. Selain itu Dale juga menginginkan ramuan jiwa suci dan yang bisa meracik hanyalah Professor Casey. Itulah alasan kenapa Dalle masih membiarkan Profesor Casey tetap hidup. "Aku sudah merasakan kedamaian di tempat ini. Aku tidak membutuhkan apapun, semua sudah ada di sini. Pergilah dan jangan lagi datang ke tempat ini." "Apakah kamu tidak ingin melihat ini?" ucap Dale. Dale menunjukkan sebuah cermin tua, di dalam cermin itu ada seorang laki-laki bersama putranya yang masih anak-anak. Profesor Casey Julian menghembuskan nafasnya dengan kencang. Menoleh ke arah Dale. Memperhatikan cermin dengan raut wajah yang sendu. "Hentikan!" Profesor Casey berteriak, ia memiliki trauma jika melihat wajah putra serta cucunya yang sudah mati. "Kenapa, apa kamu menyesal sudah menyerahkan mereka ke iblis. Dasar biadab, tega membunuh anak serta cucunya sendiri. Demi apa? Demi penelitian mu yang gagal itu. Hahahaha, dasar t***l!" Suaranya di iringi tawa penghinaan. Dale melontarkan kata-kata yang kasar, sengaja ingin memancing kemarahan Profesor Casey. "Cukup Dale!" Profesor Casey berusaha meredam emosinya. "Berikan ramuan itu dan aku akan menghidupkan kembali anak dan cucu mu." "Aku tidak menginginkan itu." "Oh benarkah." "Aku tidak percaya dengan mu. Bukan aku yang membunuh mereka tapi kamu Dale." "Wao!" Dale pura-pura terkejut sambil tersenyum sinis dengan membuka mulutnya lebar-lebar. Mengangkat tangannya untuk menutup mulutnya. "Profesor! Percayalah dengan kekuatan Efrodh. Dia bisa menghidupkan kembali putra serta cucu mu." "Tidak!" Profesor Casey berteriak. Mana bisa ia mempercayai jika putra dan cucunya bisa hidup dengan jiwa yang asli. "Itu hanya sihir. Jiwa jahat yang akan kamu letakkan di dalam tubuh putra dan cucuku! Kalian jadikan cucuku cacat mental. Seperti dulu, kamu dan Efrodh yang mengambil jiwa asli dari keturunan ku. Aku akan menemukan jiwa mereka dengan caraku sendiri. Aku membebaskan mereka!" Kembali Profesor Casey berucap dengan lantang dan tegas. Suasananya semakin aneh, duel mulut tak bisa dihindari. "Baiklah. Jika begitu, aku akan datang lagi. Aku akan memberikan waktu untuk mu berpikir." Dole berjalan secepat kilat, meninggalkan tempat Profesor Casey. Profesor Casey segera masuk ke rumah. Duduk di kursi goyang sambil berpikir. "Kane! Kemarilah." Profesor Casey memanggil seseorang. "Iya Profesor," sahutnya. Keluar anak kecil dari bawah meja. Tampan, berkulit putih dan bermata biru. Usianya sekitar sepuluh tahunan. "Raus!" Profesor Casey memanggil satu nama lagi. "Ehmmm," jawabnya. Keluar anak kecil dari balik korden putih yang berada di samping Profesor Casey. Cantik berambut coklat dan bermata sipit. Kulitnya sawo matang dengan wajah blesteran Jawa dan Jerman. "Bantu aku menemukan seseorang yang memiliki jiwa baik." "Bukankah sudah ada Profesor," sahutan dari Raus. Profesor Casey mendongak menatap Raus. "Apa! Coba katakan lagi." "Iya Profesor, sebenarnya dari beberapa tawanan ada yang memiliki jiwa suci." Kane ikut menjawab. "Aku tidak tahu, kenapa bisa begitu." Profesor Casey berdiri dan menghadap ke jendela. Memandang ke bangunan tua, di mana ia menyekap beberapa anak manusia yang lancang masuk ke hutan larangan. "Maaf, tanpa sepengetahuan Profesor, aku sama Raus menyukai anak itu. Dari kecil aku sering menempati jiwanya," Kane menjelaskan kepada Profesor Casey. "Aku dan Kane sering bertarung dengan jiwa jahat yang menempati tubuhnya dan juga saudara-saudaranya." "Apakah ini ada sangkut pautnya dengan Delloy?" Profesor Casey menghampiri Kane dan Raus. "Jelas Profesor. Semua orang yang mengalami pertukaran jiwa maka akan berada dalam kekuasaan Delloy," sahut Kane. "Delloy yang mengendalikan pikiran mereka. Membuat cacat mental dan fisik. Bahkan Delloy meracuni pikiran mereka dan memaksa mereka menyakiti dirinya sendiri," sambung Raus. "Delloy juga mempengaruhi pikiran mereka agar kacau dan tidak bisa mengontrol emosi dengan baik. Keterbelakangan mental, seolah cacat dari lahir. Sebenarnya ada yang terjadi di masa silam, ada perjanjian goip. Pertukaran jiwa yang masih dibiarkan tetap berlangsung sampai detik ini dan mungkin akan terus ada," Kane kembali menyambung. "Iya, aku sangat paham itu. Itulah penyesalan yang mendalam dalam hidup ku. Aku kehilangan orang yang aku sayangi. Memang dulu, kakek ku terjebak dalam lorong waktu yang berseberangan dengan ku. Aku menolak meneruskan perjalanan mereka. Aku tidak menginginkan kemewahan seperti mereka. Aku mengasingkan diri di sini untuk melepaskan diri, memutus perjanjian jiwa. Aku pikir dengan tidak ikut menikmati kekayaan dari iblis, bisa membuat ku aman. Ternyata tidak berakhir sampai di situ, aku tetap kehilangan putra dan cucuku. Itulah terakhir kali, penutup perjanjian jiwa, yaitu tumbalnya jiwa raga." Profesor Casey duduk dengan wajah sedih. Mengisahkan tentang masa lalunya. "Profesor kenapa tidak bisa menyelamatkan mereka?" Raus bertanya. "Karena sebelum aku lahir, perjanjian itu sudah di catat. Aku tidak bisa menawar lagi." "Berarti itu bukan kesalahan Profesor," sambung Kane. "Jelas bukan, Ken!" Raus menyambung. "Perjanjian itu sudah di buat dan bukan raja yang memintanya. Justru manusia itu sendiri yang menawarkan darah dagingnya. Manusia itu menukar anak turunannya dengan materi serta kekuasaan." "Iya benar kata Raus. Kakekku sangat gila dengan kejayaan. Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa di tolak. Mau gak mau harus meneruskan perjalanan yang sudah di susun oleh orang terdahulu. Semua kembali ke jiwa orang tersebut, jika lemah maka akan terseret. Jika kuat maka akan selamat di kehidupan selanjutnya." Profesor Casey menjelaskan kepada Kane. "Benar sekali, Kane juga percaya itu. Kehidupan tetap berlanjut dengan versi yang berbeda. Materi ada di dunia, sedangkan jiwa yang baik, suatu saat akan menempati ruang dan waktu yang baik, yang abadi. Bahkan ia bisa terlahir kembali dan memilih menjadi apa serta kehidupan seperti apa," lanjut Profesor Casey. "Profesor, aku tertarik pada Jeff dan temannya," ucap Kane. "Jeff! Siapa itu Jeff?" Profesor Casey bertanya kepada Kane. "Manusia," jawaban singkat yang diucapkan Raus. "Aku baru kali ini mendengar nama itu." "Jeff itu yang Profesor Casey sekap!" Kane akhirnya mengatakan yang sebenarnya ingin ia katakan dari seminggu yang lalu. Kane dan Raus masih menunggu waktu yang tepat untuk bisa bicara dengan Profesor Casey. "Apa!" Profesor Casey kaget mendengar ucapan Kane. "Jeff itu yang di pilih, ia beruntung karena berisikan jiwa suci dari Kane. Meskipun ada jiwa jahat yang sering mengganggu tapi jiwa suci Kane yang lebih kuat dari pada Delloy sang jiwa jahat yang sering mengajak Jeff menyakiti dirinya sendiri." Raus menceritakan tentang perjalanan Kane dan juga dirinya. "Aku tidak tahu perjalanan mu dengan Jeff, yang aku tahu jiwa suci akan mencari rumah yang nyaman dan bersih," kata Profesor Casey. "Benar Profesor. Kane yang paling berkuasa dan bisa mengalahkan jiwa Delloy. Sejak saat itu Kane mengajak ku untuk bergabung. Aku dan Kane mencari beberapa jiwa baik untuk masuk ke dalam jiwa Larissa dan juga Diego," ungkap Raus. "Siapa itu Larissa dan Diego?" Profesor Casey bertanya. Profesor sudah lama tidak berjumpa dengan Diego. Ingatan tuanya masih belum menyadari yang Kane ucapkan. Profesor terlalu lelah, mengingat kembali segala luka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD