“Telingaku baik-baik saja, sepertinya ... sepertinya aku sedang melamun, maka dari itu aku tidak mendengar semuanya.” Katarina kembali menyangkal memberi alasan.
“Dasar anak muda. Apa kau benar-benar sedepresi itu?”
“Aku tidak benar-benar memiliki beban hidup. Hanya sedikit sebenarnya.” Gadis muda itu menjawab seolah dia ahlinya menyangkal dan membela diri.
“Aku tidak peduli, anak muda memang seperti itu.”
“Sepertinya dia salah membayangkan masalahku.” Katarina bergumam pada dirinya sendiri, ia tidak menyangka ada seseorang yang seperti ini di tempat lain. Katarina agak malas jadinya menanggapi dan membahas setiap perkataan pria ini, apalagi percakapan mereka tidak ada gunanya dan hanya buang-buang waktu saja.
Apalagi sepertinya pria ini memiliki sudut pandang khusus menilai seorang pemuda seperti Katarina, rasanya seseorang dengan pemikiran seperti itu susah untuk dapat diyakinkan.
Selama beberapa detik lamanya kedua orang itu masih pada posisi masing-masing sampai si pria kembali buka suara.
“Kau memerlukan tumpangan?” tanyanya. “Dari yang kulihat, kau melakukan perjalanan jauh dan arah kita sama.” Tentu pria itu melihat gaya Katarina yang seperti seorang yang sedang bepergian dengan berjalan kaki, terutama tas yang gadis itu kenakan.
Tumpangan, ya, itulah yang dirinya butuhkan sebenarnya. Tapi apakah menumpang pada kendaraan pria ini adalah pilihan yang tepat? Ia tidak tahu, bahkan tidak yakin. Rasanya bersama dengan pria itu terlihat tidak aman, tapi di sisi lain Katarina memerlukan bantuan, ia harus tiba di kota secepat mungkin, takutnya para pengejar dirinya akan melanjutkan pencarian ketika tahu bahwa tim sebelumnya sudah dijatuhkan ke dalam jurang olehnya.
Melihat gadis di hadapannya tidak menanggapi, pria itu mengedikkan bahu tak peduli. “Kalau mau, naiklah, kalau tidak butuh maka menyingkir dari sana, jangan menghalangi jalan.” Setelah mengatakan itu, si pria kembali memasukkan badannya ke dalam lalu bersiap melaju dengan mengubah gigi perseneling. Ketika mobil hendak memaksa maju, Katarina segera mengambil keputusan yang ia sendiri tidak tahu apakah ini benar atau tidak.
“Tidak, tunggu dulu, aku ikut!” Ia langsung berlari kecil menuju pintu mobil di samping kiri lalu buru-buru membukanya, ternyata itu tidak dikunci sehingga Katarina mudah membukanya, ia langsung naik lalu menutup pintu agak keras.
“Pilihan bagus, aku tak ada waktu berlama-lama di sini.” Setelah mengatakan itu, si pria langsung menginjak gas membuat mobil segera melaju meninggalkan tempat itu.
Pada akhirnya Katarina berada dalam kendaraan untuk segera tiba di kota terdekat di daerah sini, namanya adalah Kota Coldwater.
Selama beberapa detik lamanya, ketika mobil melaju agak cepat menyusuri jalanan di mana sepanjang pemandangan hanya ada pohon-pohon yang besar saja, entah Katarina atau si pria pengemudi, tak ada satu pun dari mereka yang buka suara sehingga hanya mesin mobil saja yang menjadi suara yang menemani perjalanan mereka.
Katarina merasa tidak nyaman dengan suasana ini, ditambah ia baru sadar bahwa keadaan di dalam mobil ini begitu buruk. Bukannya ia tidak menerima bantuan gratis ini, tapi rasanya ia sudah merasa mual hanya dengan baru beberapa detik berada di dalam sana.
Di dalam mobil itu terdapat banyak jenis bau yang bercampur, bukan hanya bau rokok atau minuman saja, tapi banyak lainnya seperti bau kencing yang seperti tidak dibuang selama beberapa hari dan bau dari kotoran kering. Ditambah tepat di bawah kursi terdapat s****h berserakan.
Selain itu, ia juga baru menyadari ketika melihat ternyata pria pengemudi ini mengenakan baju yang terbuka membuat tubuh besarnya terlihat jelas, pada tangan kanan dan kirinya tergambar tato gelap dari balik lengan baju sampai ke pergelangan tangan. Tato tribal yang entah apa bentuk dan motifnya, Katarina bukan pengagum tato sehingga ia tidak ingin berlama-lama memperhatikannya.
Pada saat itulah Katarina merasakan bahwa pilihannya untuk menumpang pada pria ini adalah kesalahan, sepertinya jauh lebih baik lagi baginya untuk berjalan kaki saja.
Untuk menghilangkan perasaan tak nyamannya, Katarina membuka kaca pintu lalu memandang ke arah luar, dengan masuknya udara dingin dari luar, setidaknya ia bisa menghilangkan bau tak sedap yang terperangkap di dalam mobil.
Sepertinya dengan menumpang, aku bisa lebih sedikit menghemat tenaga dan bisa menghemat waktu. Itulah yang dikatakan Katarina dalam benaknya. Sebenarnya ia merasa mengantuk, ia ingin tidur selama beberapa saat di sana. Perjalanannya sepanjang malam ini tidak memberi dirinya kesempatan untuk memejamkan mata.
Sebenarnya ia benar-benar ingin terlelap untuk beberapa lama, sepuluh sampai lima belas menit sepertinya sudah cukup, dalam waktu selama itu ia juga pastinya sudah memasuki Kota Coldwater, kota kecil yang menjadi tujuannya saat menyusuri jalan ini.
Sayangnya, ia tidak bisa melakukan hal itu. Sebelum ia benar-benar mendapatkan tempat yang menurutnya aman, ia tidak bisa beristirahat, para pengejar itu bisa kapan saja menemukan keberadaannya.
Itu adalah alasan utama mengapa ia tidak boleh berhenti atau sedikitnya menurunkan kesiagaan dan kewaspadaan. Lalu alasan keduanya adalah pria yang saat ini sedang mengemudi, Katarina sama sekali tidak boleh terlalu cepat memercayai seseorang yang baru saja ditemui.
Mungkin saja ia tidak boleh menilai seseorang dari penampilan, tapi nyatanya penampilan itu tidak bisa diandalkan, orang jahat bisa berpenampilan seperti apa saja. Pokoknya, ia belum merasa aman sehingga bagusnya ia tetap terjaga sambil memperhatikan keadaan sekitar.
Para esper berbeda dari manusia biasa, mereka bisa melakukan p*********n menggunakan sesuatu yang kadang tidak bisa ditebak.
Yang terpenting untuk saat ini ia tidak perlu berbicara, jangan mengatakan apa-apa yang bisa membuatnya tak sengaja mengatakan hal yang tidak boleh dikatakan pada orang lain.
“Apa kau berasal dari Winester?” Baru saja Katarina memutuskan untuk tak ingin berbicara, tiba-tiba saja pria yang mengemudi itu malah mengajukan pertanyaan seperti itu. Winester adalah kota yang berada di daerah sebelum hutan luas ini, kota yang merupakan tetangga dari Kota Coldwater. Maka bisa ditebak bahwa orang-orang yang melawati hutan ini kemungkinan berasal dari sana.
Katarina yang saat ini memandang ke luar seketika menoleh memandang wajah pria itu.
“Kenapa kau bisa tahu?” tanyanya. Ia bukannya menjawab, justru malah balik bertanya. Tentu saja, Katarina sebenarnya tidak mengatakan kejujuran, tempat yang disebutkan oleh pria itu bukanlah tempat ia berasal. Bahkan, gelagatnya sendiri ia sengaja buat-buat terkejut sehingga bisa meyakinkan bahwa dirinya seolah memang berasal dari Winester.
“Hanya itu kota terdekat dari daerah sini. Aku tak menyangka ada seseorang yang berani jalan kaki dari sana menuju Coldwater.” Pria itu menjawab sambil menoleh sesaat lalu kembali memandang lurus ke depan menatap jalanan.
“Oh. Sebenarnya, saat seseorang nekat, kadang rasa takut juga hilang.” Katarina menanggapi dengan nada setengah bercanda.
“Aku tahu, tapi melewati jalan kosong di tengah hutan, itu adalah sesuatu.” Pria itu malah menanggapi berbeda, bahkan tidak sesuai seperti yang Katarina harapkan.
“Yah, dan aku tidak ingin melakukannya untuk kedua kalinya. Hanya kali ini saja pertama dan terakhir kulakukan.” Katarina membalas agak bersungut, ia sengaja memasang nada bicara seolah dirinya menyesal telah melakukan perjalanan yang berbahaya itu.
“Kau punya nama?” tanya pria itu. Katarina menoleh sesaat pada pria itu.