Perjuangannya berlangsung selama beberapa jam sampai Katarina lelah sendiri. Tepat di sebuah halte, Katarina duduk sambil meminum air mineral yang entah siapa yang meninggalkannya di bangku halte. Karena di sana tidak ada siapa-siapa dan kemasannya juga masih tersegel, maka ia tidak ragu untuk meminumnya.
“Ah, s**l. Ternyata mencari pekerjaan tidak semudah dari yang kupikirkan, apalagi pekerja paruh waktu. Ini agak menyebalkan.” Katarina menggerutu pelan. Ia yang tidak pernah mengenal kehidupan kota tampak merasa kesal akibat susahnya mencari pekerjaan yang bisa membantu ia yang menjalani kehidupan normalnya.
Karena hari sudah menjelang siang, Katarina merasa sedikit lapar. Ia menepuk perutnya sesaat lalu bersandar pada sandaran tempat duduk itu, untuk sejenak ia memejamkan matanya.
Ini adalah hari pertama ia memulai semuanya dengan kehidupan baru, ini adalah hari pertama dirinya beraktivitas seperti manusia normal, ini adalah hari pertama kehidupan barunya. Meski ini yang pertama, rasanya tetap saja melelahkan.
Meski begitu, ia tidak akan mengeluh dengan kehidupan barunya. Ini adalah jalan yang sudah dirinya ambil, ini adalah hidupnya yang sudah dipikirkan matang-matang sebelum dirinya memutuskan untuk melarikan diri.
“Nicolle, saat ini apa yang sedang kau lakukan? Aku berhasil menjalani hidup normal berkat bantuan darimu.” Katarina berbicara dalam benaknya. Untuk sesaat, ia kembali teringat pada sosok gadis yang sudah bertahun-tahun lamanya selalu menemani dirinya dalam situasi apa pun. Sekarang, ia sendirian, tidak ada teman yang bisa dirinya ajak bicara, tidak ada teman yang bisa diajak untuk melakukan apa saja, tidak ada teman menghabiskan waktu.
Teringat ketika beberapa waktu yang lalu di mana ia dan gadis bernama Nicolle berjalan bersama di pantai sambil merasakan embusan angin laut yang terasa sejuk. Itu adalah waktu terpenting ketika hari-hari tanpa adanya ruangan khusus dan elektroda yang membuatnya gatal tertempel pada tubuh.
Kala itu cuaca panas seperti saat ini, tapi Katarina begitu menikmatinya bersama dengan gadis itu.
Hanya beberapa detik saja lamanya Katarina membayangkan saat-saat itu, ia segera kembali ke dunia nyata ketika dirinya sadar bahwa saat ini banyak hal yang harus dirinya lakukan.
“Huh, sebaiknya aku lanjut mencari pekerjaan. Rasanya aku tidak akan bertahan terlalu lama di kota ini jika tidak punya pemasukan sama sekali.” Katarina bergumam pelan, ia beranjak dari duduknya mengakhiri waktu beristirahat. Matahari mulai berada di atas kepala, kini perjalanan menuju ke satu tempat ke tempat lain mulai terasa melelahkan, suhu panas membuat Katarina lebih cepat lelah dari ketika pagi.
Katarina melanjutkan mendatangi setiap tempat untuk melamar pekerjaan, tempat selanjutnya yang ia datangi adalah tempat penjualan aksesoris, bukan hanya ada kalung,gelang dan sebagainya, askesoris tas dan ponsel juga terdapat di sana.
Katarina disambut oleh wanita muda yang usianya mungkin sebaya dengannya, Katarina lagi-lagi tidak berbasa-basi, ia mengajukan lamaran paruh waktu. Sayangnya, ia mendapat penolakan yang mana perempuan itu mengatakan bahwa bekerja di sana tidak akan memberi penghasilan atau uang tambahan untuk sekolah.
Wanita itu mungkin tahu bahwa Katarina memerlukan uang tambahan dan dari wajah dan perawakan Katarina, ia mengasumsikan bahwa gadis itu masih sekolah. Katarina tidak mempermasalahkan hal itu.
Memang benar, toko kecil seperti itu tidak akan memberi bayaran yang cukup besar padanya, bahkan untuk jajan saja tidak akan cukup, toko seperti itu hanya berguna untuk menghabiskan waktu kosong tanpa menunggu bayaran saja.
Katarina berterima kasih lalu meninggalkan toko itu. Kali ini ia yang salah memasuki tempat sehingga ia mendapatkan kegagalan.
“Sepertinya aku juga harus memilih dengan baik. Aku harus memastikan tempat itu memberiku gaji yang layak. Aku tak boleh asal melamar.” Katarina bergumam sendiri. Toko itu mengajarkan dan memberitahu bahwa ia tidak boleh main melamar saja. Ia melamar pekerjaan adalah untuk pemasukannya, bukan hanya sebagai pengisi waktu yang mana penghasilannya tidak seberapa.
Setelah ditolak oleh tempat aksesoris, Katarina kembali bejalan menyusuri trotoar jalan. Coldwater bukanlah kota besar, ia masih berharap besar bahwa akan ada tempat yang mau menampungnya untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan. Masih banyak cara yang bisa dilakukan tanpa harus menggunakan kekuatannya, ia tidak akan menggunakan kekuatan itu untuk kepentingan pribadi.
Kekuatan yang dirinya miliki sebisa mungkin jangan pernah digunakan, hal itu akan membuat ia aman dari mata mana pun yang mungkin bisa tak sengaja melihatnya, itu akan memuat dirinya normal. Satu hal yang menjadi keteguhan dan prinsip Katarina sejak melarikan diri, ia hanya akan menggunakan kekuatan yang dirinya miliki untuk mempertahankan diri saja, ia tidak akan menggunakannya jika tidak ada sesuatu yang mendesak di mana ia terpaksa harus menggunakan kekuatan ini.
Katarina masih belum memikirkan apakah ia akan menggunakan kekuatan itu untuk menyelamatkan orang lain. Sebenarnya, ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi pada manusia biasa, pada orang asing yang tidak dirinya kenal. Tapi bukankah menggunakan kekuatan untuk menolong orang lain malah lebih jauh manusiawi? Mungkin Katarina akan mempertimbangkan hal itu, ia bukan hanya akan menggunakan kekuatannya untuk mempertahankan diri, tapi menolong orang lain juga.
Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya Ia masuk menuju minimarket, di dalam sana yang terdapat pendingin ruangan membuat rasa gerah yang Katarina rasakan berangsur berkurang.
“Nyamannya, aku ingin berada di sini lebih lama lagi kalau bisa.” Katarina berucap dalam benaknya. Selama beberapa detik ia berdiri di dekat pintu masuk, pandangannya segera tertuju pada kasir yang saat itu sedang melayani pembayaran salah satu pembeli, ia menunggu sampai transaksi selesai.
Katarina langsung datang ke sana. “Permisi.” Ia berucap untuk mendapatkan i perhatian si kasir.
Kasir itu mengangkat wajah memandang Katarina. Melihat ada orang di depannya, wanita itu siap untuk melayani. “Ya, apa ada yang bisa kubantu?” tanyanya ramah.
Sesaat Katarina memandang keadaan sekitar lalu kembali memfokuskan pandangan pada kasir itu.
“Apa tempat ini memerlukan pekerja? Apa ada lowongan untuk perempuan?” ia mengajukan pertanyaan. Sama seperti sebelumnya, ia langsung bicara pada intinya yang mana ia mencari pekerjaan di sana.
“Ah, lowongan ya.” Si wanita menanggapi, Katarina langsung mengangguk. “Kau terlambat satu hari, satu lowongan sudah terisi kemarin. Untuk saat ini kami belum memerlukan pekerja wanita.” Wanita kasir itu lanjut bicara mengungkapkan kabar yang tidak membuat perasaan Katarina lebih baik. Ia malah tampak kecewa kali ini.
“Seperti itu ya.” Katarina menunduk menggumam lemah. Saat ia akan bergerak membalikkan badan, tiba-tiba si kasir buka suara.
“Jika dilihat dari penampilanmu, kau masih sekolah, bukan?” tanyanya. Katarina mengangkat wajah lalu menganggukkan kepalanya.
“Ya. Seperti itu.” Katarina menjawab pelan tanpa semangat.