Mencari Tumpangan

1049 Words
“Sepertinya aku harus beristirahat sejenak di sini.” Setelah itu ia langsung duduk begitu saja di atas aspal jalan. Selain untuk mengistirahatkan kakinya yang terus ia gunakan untuk berjalanーbahkan beberapa waktu sebelumnya ia menggunakannya untuk dientakkan pada wajah pria pengisap darah, Katarina juga berniat menunggu kendaraan yang mungkin saja akan melintas di jalanan kosong ini. Tujuannya menunggu kendaraan adalah selain untuk menanyakan arah, ia akan menumpang apabila ada orang yang cukup baik padanya sampai memberinya tumpangan. Sayangnya, Katarina harus bersabar menunggu, jalanan yang kosong ini tidak akan begitu saja dilewati oleh kendaraan. Hanya keberuntungan saja yang bisa membuatnya bisa sesegera mungkin mendapati adanya kendaraan yang datang. Maka, Katarina menunggu di sana sambil memfokuskan konsentrasinya, ia terus waspada karena takut adanya serangan berikutnya yang bisa saja datang kapan saja dan dari arah mana saja. Seharusnya, orang-orang yang mengejar dirinya sudah menyadari bahwa kendaraan yang seharusnya digunakan untuk membawa dirinya tidak kunjung sampai. Orang-orang itu seharusnya sudah tahu bahwa dirinya berhasil meloloskan diri, bahkan jauh lebih baik dari itu, mobil pengangkut beserta orang-orang di dalamnya sudah berhasil dirinya enyahkan. Mengingat akan hal tersebut, Katarina sudah sadar bahwa orang-orang yang menginginkan dirinya pastilah sudah melakukan suatu pergerakan berikutnya untuk berusaha menangkap dirinya sekali lagi. Katarina tentu akan dengan senang hati menghadapi orang-orang yang dikirim padanya, ia cukup kuat untuk melawan beberapa esper sekaligus selama tingkatan esper itu masih berada di bawahnya. Kembali ke waktu sekarang, kabut yang sebelumnya tebal kini berangsur menipis seolah angin menyebarkan kabut ke daerah lain. Katarina sudah bisa melihat keadaan sekitar lebih baik dari sebelumnya. Katarina sudah berulang kali duduk dan berdiri, bahkan ia sudah mondar-mandir, tiduran dan sebagainya di sana. Tapi kendaraan yang dinantikannya tidak kunjung terlihat olehnya. Bahkan ketika langit sudah cerah dan keadaan sudah pagi, ia masih belum melihat akan kemunculan sebuah kendaraan, entah mobil atau motor. “Aku mulai bosan. Sebaiknya aku berjalan saja sambil menunggu adanya kendaraan yang lewat. Berdiam diri seperti ini rasanya tidak nyaman untukku.” Baru saja Katarina menyelesaikan ucapannya dan baru melangkah bermaksud memulai melanjutkan perjalanan, ia melihat lampu kendaraan dari kejauhan yang melaju tepat menuju ke arahnya. Tentu saja hal tersebut menjadi harapan baru bagi Katarina untuk mendapatkan tumpangan dari kendaraan itu. “Padahal aku baru mau pergi. Huh, baguslah, akhirnya ada juga kendaraan yang melintas di daerah ini, aku tertolong,” gumamnya pelan. Maka ia mengulurkan tangan isyarat meminta tumpangan, berharap bahwa ini adalah kendaraan yang akan menjadi penyelamatnya. Secara perlahan kendaraan yang semakin mendekat baru diketahui bahwa itu adalah satu unit mobil hitam tampak tidak menurunkan kecepatan. Bahkan ketika si pengemudi di dalam mobil sudah bisa Katarina lihat, mobil itu masih tidak menurunkan kecepatan sampai akhirnya kendaraan itu melewatinya begitu saja. Ia jelas ditolak secara terang-terangan. “Sepertinya memang tidak mudah mencari tumpangan.” Ia bergumam sambil melihat kepergian mobil itu. Sebenarnya Katarina bisa menghentikan mobil itu dengan kemampuannya, sangat mudah menggunakan telekinesis untuk menghentikan kendaraan yang hanya memiliki kecepatan sepelan itu, tapi tentu ia tidak akan melakukannya. Tidak, Katarina tidak akan menggunakan kekuatannya pada orang yang tidak mengancam nyawanya, ia juga tidak akan memperlihatkan kekuatannya pada manusia biasa sebisa mungkin, alasannya karena itu bisa mengundang masalah yang tidak perlu. Ia hanya akan menggunakan kekuatan itu untuk membela diri saja, ya, ia hanya akan menggunakannya sebagai pertahanan diri. Katarina tidak akan merasa takut atau menyesal apabila ada yang tewas akibat kekuatannya, ia menggunakannya hanya untuk bertahan dan melindungi diri, bukan salahnya apabila seseorang tewas. Ia berasumsi bahwa orang yang berani melawannya jelas sudah harus bersedia menerima segala risiko yang akan didapat nantinya, risiko apa pun itu, dan kematian sudah menjadi salah satunya. Karena mobil pertama yang ia jumpai tidak memberinya tumpangan, maka ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki, Katarina tidak mencoba menunggu, hal ini dikarenakan kecil kemungkinan mobil berikutnya akan datang dalam n waktu yang dekat, ia akan sangat bosan menunggu. Sambil melangkah di tengah jalan, ia memandang langit untuk menyaksikan bahwa saat ini kegelapan sudah sirna sepenuhnya. Suara-suara burung yang bercuit di pagi hari kini terdengar jelas di antara pepohonan, suasana dan pemandangan hutan itu tampak begitu tenang dan amat alami. Pada akhirnya, Katarina tetap melanjutkan perjalanannya dengan cara berjalan kaki. Pada saat itu, kabut masih bisa terlihat di sekitar, meski nyatanya mulai menipis. Suasana pagi di jalanan sekitar hutan tampak begitu sejuk dan menenangkan. Katarina menikmati perjalanannya sambil bersenandung, tentu pada saat yang sama ia juga sedang waspada terhadap makhluk apa pun yang ada di sekitarnya. Ia sudah memiliki latihan yang Katarina memutar ingatannya, sudah berapa lama dirinya hidup dalam pelarian seperti ini? Mungkin tiga hari? Empat hari? Sepekan? Satu minggu? Entahlah, apabila dipikir-pikir, Katarina tidak benar-benar menghitung sudah berapa lama ia menjalani hidupnya dengan terus berjalan menjauh dari tempat tinggalnya. Ia sudah cukup jauh menjadi seorang pelarian dari kota kelahirannya. Meski sudah menempuh jarak yang jauh dari kota itu, entah bagaimana caranya, para pengejarnya masih saja bisa mencium jejaknya, mereka masih bisa mengetahui keberadaan dirinya. Sepertinya ia tipe orang yang tidak bisa untuk bersembunyi. Katarina sadar bahwa ia sudah beberapa malam tidur di tempat yang sembarangan, hanya malam ini saja ia benar-benar tidak tertidur. Alasannya adalah karena semakin hari, pengejarnya semakin gencar dan semakin aktif dalam mengejarnya. Bahkan malam lalu ia sudah sempat tertangkap dikarenakan esper lain mulai diturunkan untuk mulai menghadapinya. Sepertinya, untuk hari ini dan seterusnya, aksi kejar-kejaran ini akan semakin berbahaya dan semakin menyulitkan dirinya. Apabila ia tidak bisa bersembunyi, maka habislah sudah. Ia tidak akan memiliki kesempatan untuk menang, siapa yang tahu seperti apa esper yang nantinya akan datang untuk melawan berusaha untuk menjatuhkan dirinya. Ini sangat melelahkan, sungguh melelahkan. Padahal, setelah meninggalkan kota kelahirannya, yang Katarina inginkan adalah memulai lagi semuanya dari awal, ia ingin menutup semua lembaran lama, membuang segala kenangan lama itu dalam-dalam sehingga ia tidak perlu membukanya lagi. Ia ingin membuka lembaran baru dengan kehidupannya yang baru. Katarina hanya ingin menjalani kehidupannya sebagai manusia normal, ia ingin melakukan kegiatan layaknya gadis berusia enam belas tahun pada umunnya. Bangun pagi untuk sarapan lalu berangkat sekolah, memiliki teman-teman yang asyik untuk mengobrol dan jalan-jalan, menyukai seorang pria secara diam-diam atau lebih baiknya ia memiliki pacar yang baik hati dan amat memedulikannya. Mengerjakan tugas-tugas sekolah yang berat dan memusingkan, lalu jalan-jalan malam bersama teman-teman, ditambah berkencan ketika akhir pekan tiba. Bayangan itu benar-benar mainstream dan sangat biasa, kehidupan yang Katarina idamkan sejak lama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD