Bab 14 Melihat Wajah Rusaknya, Hati Aidan Terasa Sakit

2037 Words
Saat kegelapan sudah tumpah di mata Ruby untuk segera meraih cairan pembersih, gigi digertakkan penuh kebencian, dan kedua kaki hendak berdiri melepas pelukannya yang ada pada kaki Aidan Huo, sebuah suara dingin lain tiba-tiba terdengar di belakangnya. “Tuan, saya rasa hal semacam ini bisa dibicarakan secara baik-baik, bukan? Tidak perlu mempermalukannya di depan umum seperti ini.” Punggung Ruby seketika menegang bagaikan dihantam oleh badai es, membeku hebat dalam posisi masih memeluk satu kaki Aidan Huo. Kedua bola matanya membesar syok di balik ember yang menutupi kepalanya. Untuk apa Alaric Jiang berkata begitu kepada Aidan Huo? Apa dia sendiri tidak bercermin apa yang sudah dilakukannya kepada istrinya sendiri di masa lalu? Dia membiarkan Ruby dipermalukan di depan mansion mereka di hadapan puluhan wartawan dan menjadi lelucon para netizen seluruh negeri setelah berlutut berjam-jam! Pria kejam itu sungguh munafik! Aidan Huo menyipitkan wajah dinginnya menatap pria bermantel hitam dengan wajah tampan dan tanpa ekspresi itu. Terlihat sikap Alaric Jiang begitu tenang dan berkarisma di depannya. “Memangnya Anda siapanya? Dia ini hanyalah tukang bersih-bersih tidak berguna. Bagaimana bisa takut kepada kecoak jika yang harus dihadapinya adalah banyak hal-hal kotor setiap hari? Benar-benar tidak kompeten.” Ruby menggertakkan gigi marah! Kepala embernya mendongak ke arah Aidan di depannya. Memangnya tukang bersih-bersih tidak boleh takut sama kecoak? Apalagi kecoaknya seperti dirinya itu dan keempat mantan suaminya yang lain? Kalau bisa, Ruby ingin langsung membakar gedung ini dan memusnahkan mereka semua tanpa sisa! Api sudah berkobar tinggi di hati wanita ini! Menyadari tatapan kebencian aneh dari balik ember Ruby, Aidan Huo mengeryitkan kening, mencoba sekali lagi menarik kakinya, tapi Ruby masih tidak mau melepaskannya. “TOLONG TARIK UCAPAN ANDA DULU, TUAN! SAYA BERJANJI AKAN BERHENTI DARI TEMPAT ITU! SAYA MEMANG TIDAK KOMPETEN! TAPI, MEREKA YANG LAINNYA DI PERUSAHAAN ITU SAMA SEKALI TIDAK SEPERTI SAYA! MEREKA SANGAT HEBAT DAN BERBAKAT DALAM BERSIH-BERSIH!” Ruby sekali lagi memohon, suara serak jeleknya yang teredam di balik ember membuat para petugas keamanan di sekitarnya kaget, mundur selangkah. Suaranya benar-benar jelek! Bagaimana dengan wajahnya?! Sekretaris dari Aidan Huo bahkan hanya bisa menghela napas berat melihat adegan itu. “Berdirilah. Biar aku yang membantumu berbicara dengannya,” bujuk Alaric Jiang lembut, meraih sebelah lengan Ruby tanpa merasa jijik sama sekali. Sangat jauh berbeda dengan reaksi Aidan Huo sebelumnya yang gila kebersihan. Gerakan lembut dan penuh perhatian itu membuat Rubyza Andara kaget luar biasa, dan spontan melepas pelukannya pada kaki Aidan, segera menepis kasar tangan Alaric dengan aura permusuhan yang sangat jelas. Seolah-olah dialah yang jijik kepadanya! “JANGAN SENTUH AKU!” bentak Ruby garang, tidak sadar berteriak histeris. Semua orang membeku kaget melihat reaksi sang wanita berkepala ember itu. Apa yang terjadi? Aidan Huo kaget dengan suara jelek kerasnya, dan Alaric Jiang sampai terpukul mendapat penolakan itu dari seorang wanita aneh berkepala ember. Entah kenapa, di dalam hati pria bermantel hitam panjang itu ada rasa perih yang menyayatnya bagaikan pisau digores-gores perlahan hingga membuatnya berdarah menyakitkan. Sesaat, Alaric menatap telapak tangannya yang mendapat tamparan dari sang wanita berkepala ember. Bulu matanya merendah sendu. Sebuah perasaan rumit memutar hatinya. Pria ini tiba-tiba teringat dengan wajah penuh air mata sang mantan istri yang memohon kepadanya di depan pintu. Ruby menyadari bahaya yang tengah mengepungnya, segera berdiri dan memeluk tubuh Aidan Huo seperti sedang kesurupan. Menguncinya seperti sedang bergulat di atas ring! “Saya tidak akan melepaskan Anda sampai Anda menarik ucapan Anda barusan! Tubuh saya kotor dan bau! Anda tidak akan bisa melepas saya sampai benar-benar memukuli saya sampai mati!” ancam Ruby keras kepala, memperkuat pelukannya kepada tubuh Aidan Huo seolah akan meremukkan tulang-tulangnya. Biarkan saja dia memeluknya seperti ini! Mungkin dia sekalian bisa membunuhnya sampai sesak napas! Isi pikiran Ruby semakin gelap detik demi detik, dan sikap sok baik Alaric Jiang beberapa saat lalu memicu ingatan buruknya di masa lalu. Untuk wanita lain dia bersedia merendahkan dirinya membantunya di depan umum, sementara istrinya sendiri yang sudah berlutut berjam-jam di depan mansion mereka, Alaric Jiang hanya berdiri dingin di balik tirai sambail menunggu selingkuhannya menjemputnya? Rasa amarah yang sudah lama tenang di hatinya, seketika bergemuruh dan perlahan terbangun sedikit demi sedikit! Setelah dia membunuh Aidan Huo, mungkin selanjutnya dia bisa membunuh Alaric Jiang! Jika kedua orang itu sudah mati, dia akan menusuk ketiga mantan suaminya di ruangan ini dengan kemoceng kayu yang dipatahkan menjadi dua! Memikirkan aksi balas dendamnya itu, wajah Ruby di balik ember sangat gelap mengerikan dengan senyum sintingnya, mata memerah mengerikan bagaikan ditumpahi darah! Dia memeluk tubuh Aidan Huo semakin kuat dan kuat. Benar-benar membuat sang mantan suami pertama sesak napas dibuatnya. Aidan Huo tidak segera berteriak kepada petugas keamanan. Pria itu sesaat terdiam merasakan aura kebencian dan dendam kesumat yang sangat jelas dari pelukan sang petugas kebersihan wanita yang entah kenapa terasa sampai ke inti hatinya. Ini mengingatkan Aidan kepada kemarahan Rubyza Andara yang sempat menggila di masa lalu sebelum wanita itu terjatuh dari tangga mansionnya. Selain itu, entah kenapa pelukannya terasa tidak asing.... “SAYA SUNGGUH TIDAK AKAN MELEPASKAN ANDA, TUAN! TOLONG TARIK UCAPAN ANDA ITU! ATAU ANDA AKAN IKUT MATI BERSAMA SAYA DI TEMPAT INI SEPERTI ORANG BODOH!” Arga Sirius Baizhan yang melihat adegan menarik itu, tersenyum mengejek yang dingin. Matanya melengkung sinis, penuh hinaan di sana. “Ayo, pergi. Adegan konyol itu sangat memuakkan,” titahnya kepada asisten yang ada di dekatnya, segera berlalu dari sana. Andy Ozkana, sang aktor playboy sama dinginnya dengan Arga, mengedikkan kepalanya malas ke arah sang manager, kode untuk segera meninggalkan lobi. Di saat kedua mantan suami Ruby sudah keluar dari lobi, Sagara Baskara, sang pengacara berwajah dingin, sejak tadi mengawasi kejadian di tengah ruangan itu dengan perasaan tidak nyaman. Meski begitu, wajahnya tetap dingin dan datar dengan pembawaan dewasa berkacamata tebalnya. Tipe pria cerdas yang sangat intelek. Entah kenapa dia ingin ikut campur seperti sang pria tampan bermantel hitam. Dia merasakan hal tidak nyaman di hatinya melihat sang wanita memeluk pria berjas hitam berwajah dingin tersebut. “Tuan Baskara?” tegur salah satu pria berjas hitam di dekatnya. Sagara Baskara menoleh pelan, mengangguk memahami maksudnya. Rombongan pengacara ini segera berjalan menuju pintu lobi, berjalan melewati ketiga orang yang masih bersitegang aneh itu. Sesaat, mata Sagara Baskara jatuh pada kedua tangan kurus dan penuh luka Ruby yang sedang memeluk punggung Aidan. Melihatnya sekilas saja entah kenapa membuat hatinya merasa sangat sedih dan tertusuk perih. Wajah Rubyza Andara dengan wajah muram bodoh dan senyum dipaksakan tiba-tiba melintas di benak sang pengacara berwajah dingin dan tampan ini. Ketika wajah putus asa dan sedih sang mantan istri hadir di hatinya, Sagara yang berjalan cepat menuju pintu keluar, segera memejamkan mata menahan perasaan tak nyaman yang menggempur hatinya. Ke mana wanita itu pergi setelah keluar dari penjara? Wanita manja sepertinya, bagaimana bisa bertahan hidup di dunia yang keras ini? Sagara Baskara tanpa sadar memikirkan sang mantan istri yang pesannya di masa lalu terlambat dibacanya gara-gara kesibukannya di luar negeri. Kembali kepada ketiga orang di tengah lobi. “Kenapa masih diam di situ?! Cepat lepaskan wanita ini!” bentak Aidan Huo marah, menatap murka kepada para petugas keamanan yang salah tingkah, dan segera meraih tubuh sang wanita berkepala ember. “Hei! Dari tadi kamu pakai ember terus! Apa kepalamu itu sungguh bodoh!” ejek seorang petugas kesal. Menyadari embernya akan segera ditarik dari kepalanya, Ruby mulai menggila, memeluk tubuh Aidan Huo seperti pelampung hidupnya! “Jangan mendekat! Jangan mendekat!” teriaknya putus asa, suaranya benar-benar jelek dan serak. Sayangnya, semua itu percuma saja, karena embernya tetap ditarik lepas, dan beberapa petugas mulai menariknya keras. Rubyza Andara segera menundukkan kepalanya dengan masker miring menutupi wajah jeleknya, terlepas dari tubuh Aidan Huo hingga jatuh keras ke lantai. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Alaric Jiang lembut dan prihatin kepadanya, satu tangannya yang lentik dan panjang begitu indah di arahkan untuk membantunya berdiri. Ruby yang segera menundukkan kepalanya untuk tidak memperlihatkan wajahnya, menampar keras tangan Alaric Jiang sekali lagi. Benar-benar tanpa ragu! Alaric Jiang tercengang! Kini sangat yakin kalau wanita di depannya ini memang benar tidak suka kepadanya. “Aku bukan orang jahat, nona,” terang Alaric Jiang dingin, suaraanya rendah penuh sarkasme, tidak selembut sebelumnya. “Heh! Lihat? Anda ingin menolong wanita bodoh seperti itu? Dia sudah mengacau, dan kini membawa bencana kepada tempatnya bekerja. Bagaimana bisa dia layak bekerja jika punya sikap seperti itu? Jangan-jangan dia masuk lewat jalur kasihan karena otaknya yang bodoh,” sinis Aidan dengan kedua tangan memperbaiki jasnya, angkuh dan sangat arogan. Tubuh tingginya yang begitu sempurna menjulang tinggi di hadapan Ruby yang duduk melantai menyedihkan di depannya. Aidan Huo menatap jijik kepada wanita yang menunduk itu, mengeryitkan kening ketika tangan kanan jelek sang wanita memperbaiki masker di wajahnya. “Benar-benar kejam. Sampah memang tetaplah sampah sejak dulu,” komentar Ruby dingin, tiba-tiba auranya berubah sedingin es saat mengatakan itu, menepis kembali tangan Alaric Jiang yang hendak membantunya berdiri. Dengan kepala menunduk, Ruby menatap sepatu mahal Aidan sambil berkata dingin, “saya memang bodoh, tapi setidaknya hati saya tidak sekejam dan sedingin Anda, Tuan. Pria yang hanya bisa mengandalkan kekuasaan dan harta, tapi hatinya buta total dengan kebenaran, tidak ada nilainya sama sekali. Maaf karena sudah mengotori pakaian mahal Anda. Sepertinya benar, sebaiknya perusahaan kami tidak bekerja sama dengan iblis seperti Anda. Hanya mengotori uang yang kami dapatkan saja. Takutnya nanti malah muntah darah memakannya.” Aidan Huo mengkelam suram. Kehilangan kata-kata. Wanita ini! Ucapan petugas wanita kebersihan itu sangat keras sampai bergema di lobi tersebut. Meskipun suaranya serak, tapi semua kata-kata begitu lugas dan tegas. Siapa pun bisa mendengarnya dengan jelas. Alaric Jiang yang mendengarnya, menarik senyum tipis di sudut mulutnya. Entah kenapa, dia sedikit bangga kalau tidak sendiri mendapat kebencian dari wanita di depannya ini. “Maaf, aku hanya ingin memberikan ini kepadamu,” terang Alaric Jiang, menyerahkan sebuah jepitan rambut manis dari sakunya. Rubyza Andara tertegun kaget. Bukankah itu adalah jepit rambut pemberian Argon yang hilang beberapa hari lalu di sebuah gedung saat mereka bekerja? “Aku yakin ini adalah milikmu, bukan? Sekilas melihatmu tadi, aku sangat yakin kamu adalah wanita yang kehilangan jepit rambut ini. Sepertinya sangat berharga. Simpan baik-baik, jangan sampai hilang lagi,” terang Alaric hangat, meraih sebelah tangan Ruby, dan meletakkan jepit rambut itu di tangannya yang kasar dan jelek. Rubyza Andara membeku cukup lama, ingin bertanya bagaimana dia bisa menemukannya dan mengenali dirinya, tapi kata-katanya tersumbat di tenggorokan. “Tuan Jiang, kita harus segera mengejar pesawat sekarang juga,” terang asisten Alaric yang datang menyela, berbisik lembut di dekatnya. Alaric Jiang yang masih memegang tangan sang petugas wanita kebersihan menggunakan kedua tangannya, menggenggam erat tangan Ruby dengan keengganan di hati untuk melepasnya, sebelum akhirnya berkata pelan, “aku pergi dulu. Selamat tinggal, wanita galak berkepala ember.” Ada dengusan kecil menggoda dari suara dingin Alaric yang tertawa manis, mengusap rambut Ruby gemas sebelum pergi, mengira dia adalah gadis remaja kecil karena tubuhnya benar-benar sangat kurus. Aidan Huo yang melihat Ruby terpana usai menerima jepit rambut itu, mengeryitkan kening dengan perasaan kesal entah kenapa, lalu segera mengembalikan sapu tangan sekretarisnya yang sudah disapukan menghapus semua jejak Ruby di tubuhnya. “Aku harus mandi lebih dulu, tunda rapatnya selama satu jam,” jelas Aidan singkat, melirik sekilas kepada wanita petugas kebersihan yang masih menunduk di sana. “Ingat untuk blokir perusahaan mereka,” tambah Aidan tidak senang. Saat Aidan Huo dan sang sekretarisnya berjalan menjauh menuju arah lift, Argon yang masuk dari pintu samping berlari dengan wajah pucat ke arah wanita di tengah lobi. “Ruby! Kamu tidak apa-apa?” Argon yang sangat mengkhawatirkan Ruby, berteriak super keras hingga semua orang di lobi mendengarnya. Ruby menaikkan pandangan ke arahnya, mengangguk lesu. Aidan Huo yang mendengar nama ‘Ruby’ bergema keras di lobi, tanpa sadar berbalik cepat, wajah tampannya merumit penuh konflik. Ketika Ruby hendak pergi bersama Argon yang tengah menghiburnya, sebelah lengannya tiba-tiba ditarik kasar oleh seseorang. Masker yang menutupi wajahnya dibuka paksa, membuatnya terpaksa bertatapan mata dengan orang itu. “Ruby?” desis Aidan Huo super dingin, wajah tampannya seketika menggelap suram. Hati Aidan Huo tiba-tiba terasa sakit sekali, seolah dipukul keras oleh palu saat melihat wajah super cantik dan familiar di matanya selama bertahun-tahun, kini telah menjadi buruk rupa. Mata dingin Aidan yang penuh kebencian dan dendam hanya untuk Ruby seorang, seketika dipenuhi oleh konflik. “Tolong lepaskan tangan saya, Tuan,” elak Ruby dingin, wajah tanpa ekspresi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD