Chap 8

718 Words
Malam ini Jianheeng sedang duduk manis di hadapan kaisar Zhang. Ia di minta untuk menemaninya mengerjakan beberapa tugas kerajaan. "Kaisar, bolehkan saya belajar menggunakan senjata? " Jianheeng menatap kaisar penuh harap.  Mendengar pertanyaan yang di keluarkan Jianheeng, membuat bibir kaisar berkedut ingin tersenyum. "Untuk apa permaisuri? " "Tidak untuk apa-apa. Hanya ingin mencoba saja. " Jianheeng mengangkat bahunya. "Permaisuri, kau tahu bukan apa saja tugas permaisuri? " Kaisar Zhang bertanya. "Tentu saja yang mulia, saya mengetahuinya. Dan seorang permaisuri juga harus bersikap lembut dan anggun, setelah menjadi ibu suri sifatnya harus tegas dan berwibawa. Menggunakan senjata sama sekali tidak mencerminkan sifat permaisuri yang lembut dan anggun. " Kaisar tidak menjawab, ia hanya diam dan mengerjakan tugasnya.  Sudah dua jam berlalu tapi kaisar belum selesai mengerjakan tugasnya. "Yang mulia apakah anda masih lama?" "Sebentar lagi. Jika kau mengantuk kau bisa tidur lebih dulu." Jianheeng langsung beranjak dari duduknya lalu masuk ke kamar kaisar.  Saat membaringkan tubuhnya kesan pertama pada kasur ini adalah empuk dan nyaman. Jianheeng tidak pernah ke kamar kaisar Zhang sama sekali. Bahkan setelah mereka menikah, ini adalah pertama kalinya.  Sementara Fengying hampir setiap malam tidur bersama kaisar. Tapi aturan istana seorang selir harus pergi sebelum Fajar dan itu sama sekali tidak berlaku bagi Fengying. Jianheeng tersenyum miris, ia rasa posisinya di sini bukan sebagi permaisuri tapi seorang selir. Kaisar selalu menghabiskan waktu bersama dengan selirnya ketimbang dirinya. Lelah memikirkan nasib menyediakan pemilik tubuh Jianheeng memilih memejamkan matanya dan mulai menjelajahi alam mimpi.Sayup-sayup ia mendengar langkah kaki. "Maaf, selama ini selalu mengabaikanmu? Kenapa kau begitu sabar menghadapi sikapku selama ini? " Jianheeng merasakan ada yang menyentuh rambutnya. Jika hari-hari biasa Jianheeng selalu membiarkan rambutnya terurai, makannya ia merasakan ada yang menyentuh rambutnya.  "Selamat malam permaisuri. " sebuah tangan melinhkar di pinggangnya. Jianheeng menyamankan posisi tubuhnya dalam dekapan kaisar.  Ia tersenyum dalam dekapan kaisar dan mengucapkan selamat malam dalam hati.  ***** Jianheeng membuka matanya, tidur nyamannya terusik karena cahanya matahari. Jianheeng turun dari kasurnya lalu berjalan ke kamar mandi. Kesadarannya masih berceceran di alam mimpi. Jianheeng langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ia lupa sekarang sedang berada di istana naga tempat kaisar.  Jianheeng mulai membuka baju yang ada di tubuhnya. Baju yang di kenakannya ada tiga rangkap dan ia baru membuka lapisan pertama.  Sebuah kepala tiba-tiba menyembul keluar dari dalam air yang membuat Jianheeng kaget setengah mati. "Kya....." ia berteriak sangat kencang.  "Ya...yang mulia, apa yang anda lakukan di istana bulan? " muka Jianheeng sekarang semerah tomat. Ia melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat, tapi sayang jika terlewatkan.  Jianheeng mati-matian mengalihkan pandangannya dari tubuh mengoda kaisar. Astaga roti sobek kaisar sangat Indah.Jianheeng menggelengkan kepalanya membuang pemikiran absur tersebut. "Permaisuri, apa kau lupa jika semalam kau tidur di kediaman naga? " kaisar menatap geli Jianheeng ia sangat ingin tertawa sekarang. Muka Jianheeng sangat lucu saat memerah seperti itu.  Jianheeng mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. "Maaf yang mulia, saya kira saya ada di istana bulan. Kalau begitu saya permisi. "  "Permaisuri apakah kau ingin mandi? " Kaisar Zhang tersenyum tipis. "Iya. " Dengan sedikit gugup Jianheeng menjawab. "Kalau begitu kita mandi bersama." kaisar tersenyum jahil.  What? Mandi bersama? Mulut Jianheeng terbuka lebar. "Ti...tidak perlu ya...yang mulia. Sa...saya akan mandi di kediaman bulan. " Jianheeng langsung lari terbirit-b***t keluar istana naga. Sungguh ini sangat memalukan!  ***** Hari ini adalah hari keberangkatan kaisar. Ia akan pergi untuk menaklukkan kekaisaran di daerah barat. Kaisar Zhang sudah siap dengan baju zirahnya lengkap dengan pedang miliknya. Pedang tersebut berada di pinggang kaisar. Pedang tipis nan tajam yang siap membunuh para musuhnya."Aku akan pergi sekarang. Permaisuri aku menunjukmu dan ibunda sebagai wakilku saat aku tidak ada. " "Baik yang mulia. Saya akan lakukan yang terbaik. " setelah itu kaisar pergi ke dua jagoannya dan berakhir di selir tercinta.  Ia tidak tahu apa yang di bicarakan kaisar kepada Fengying, tapi adegan selanjutnya membuat hatinya berdenyut-denyut sakit. Kaisar mengecup sekilas kening Fengying. Walaupun dia sering melihatnya tapi tetap saja hati Jianheeng seperti di sayat pisau. Kaisar sama sekli tidak melakukan itu padanya. Air mata Jianheeng jatuh, cepet-cepet ia menghapusnya dan menundukan kepala agar tidak ada yang tahu. Tapi tetap saja ada yang melihatnya. Chang memandang ibunya kaisah. Ia tidak masalah ayahnya bermesraan dengan wanita lain tapi jangan di depan ibunya.Setelah itu kaisar menaiki kudanya dan memerintahkan pasukannya pergi. Mereka menatap rombongan itu hingga tidak terlihat lalu pergi ke tempat tujuan masing-masing.  Jianheeng langsung membalikan badannya dan pergi dari sana dengan cepat. Jianheeng menggelengkan kepalanya sedikit, dia sedikit kesal karena tubuh yang ditempatinya membuat dia sedikit kesulitan dengan msalah perasaan yang dialaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD