[01] Keadaannya

1571 Words
CAST SUDAH UPDATE! YUK MELIPIR KE IGKU : @mushikarastory [Akan aku update lagi ya nnti Castnya] Note : Disarankan membaca cerita buku 1 dulu : Teach Me How to Play, Om!  :) . . Halaman 1 . . . .  [Di belahan Negara Lain – Pukul 07.00 am] Tidak seperti Rasa Dana Paramesti yang harus mengalami mimpi basah dikarenakan rasa kangen luar biasa. Sosok Revero Arsyanendra justru harus was-was setiap pagi, karena sedikit saja dia tertidur lelap dan melewati jam tujuh pagi. Lelaki berusia 35 tahun itu akan mendapat hadiah surprise dari kedua buah hatinya. Seperti sekarang, menyibukkan waktu di kantor kemarin malam, dan berkutat dengan setumpuk file membuat Ia tak bisa menahan rasa lelah. Tidur lelap sesampainya di rumah, melupakan semua kebiasaan dua gadis kecil yang selalu menyelinap masuk ke dalam kamar tidur Revero, Tanpa aba-aba mengecek situasi sang ayah, kedua gadis yang terkenal nakal serta jahil itu langsung saja melancarkan serangan mereka. Berusaha naik ke tempat tidur, dan kompak melompat tepat ke arah Revero. Menimpa lelaki tersebut dalam hitungan detik, “Ayah, bangun!!” Tanpa rasa bersalah berada di atas perut Revero. Lelaki yang tengah tertidur lelap itu langsung melotot kaget. Menahan berat kedua putrinya seketika, “Astaga,” Hampir saja dia jantungan. “Bangun, Ayah! Sudah pagi, kita harus siap-siap ke taman bermain hari ini! Ibu guru pasti sudah menunggu!” ujar seorang gadis kecil berusia lima tahun, diikuti kembarannya. “Iya, Ayah! Ayo!” Menarik tangan Revero agar segera bangun. Kedua gadis kecil penuh semangat, dan tenaga di pagi hari. Rambut pendek mereka terkuncir dua dengan pita berwarna pink serta biru. Lengkap menggunakan pakaian khusus mereka. Reina dan Rael. Menggeliat kecil, Revero menguap lebar, “Iya, iya, Ayah bangun sekarang,” Dia akui hari ini matanya sangat berat, tapi mau apalagi. Selain Vero tidak ada lagi yang bisa mengantar kedua putrinya. “Nanny, sudah datang?” tanya lelaki itu singkat, berusaha bangkit. Reina dan Rael kompak turun dari tempat tidur, mengangguk cepat. “Sudah!” Begitu mendapat nyawanya sekali lagi, kali ini dengan posisi duduk. Revero bisa melihat jelas dua putrinya berdiri tegap, tersenyum lebar seolah sengaja memperlihatkan hasil bersiap-siap mereka pagi ini. Kuncir rambut dua dengan pita, rok kecoklatan, dan baju cream, senyuman lebar, sepatu kecil berwarna coklat muda. Sangat manis, “Selamat pagi, Rael, Reina. Putri-putri Ayah sekarang sudah pintar,” Dengan kedua tangan terlentang. Seketika kedua gadis itu bergerak cepat, memeluk tubuh ayah mereka. “Pagi, Ayah!” . . . . . Selama lima tahun tinggal di negara ini. Revero sudah cukup terbiasa dengan segala cuaca dan iklim yang berbeda dibanding Indonesia. Hidup sendiri di tahun pertama dan setelah itu. Kedua gadis mungil muncul dalam hidupnya. Mewarnai hidup Revero di tempat ini. Semua dia anggap sebagai anugrah Tuhan tanpa rasa menyesal sama sekali. Ditemani seorang ‘nanny’ kepercayaannya sejak kecil dan masih menetap hingga sekarang di negara ini. Hidup Revero tergolong sangat nyaman dan lancar. Tidak ada hambatan baginya. Dia bertugas mengatur perusahaan inti sang ayah di tanah kelahirannya, Rusia. Berbekal pengetahuan dan bahasa yang sudah Ia kuasai. Laki-laki itu mampu bertahan dan berhasil menaikkan nama perusahaan sang ayah dalam beberapa tahun saja. Kepintarannya dalam mengatur strategi dan keuntungan, sudah cukup menarik para investor untuk mempercayakan uang mereka di perusahaan Revero. Ditambah lagi saat ini dia hanya terfokus pada satu pekerjaan. Tidak lagi mengambil bidang photographer dan menjadi model sampul. Revero harus memutuskan salah satu mimpinya. Resign dari dunia model dan memilih fokus pada pengembangan perusahaan. Laki-laki itu berhasil memenuhi seluruh katalog dan sampul berita bisnis sebagai laki-laki yang sukses dalam berkarir. Semua sudah cukup sempurna baginya. Cukup. . . . . “Tuan, anda tidak lupa kan tentang perjanjian dengan pemilik perusahaan Diovani yang saya bicarakan beberapa hari lalu?” Nyaris tersedak kopi yang baru saja Ia minum, Revero mendesah panjang. Menatap sosok wanita paruh baya di depan sana. Membelakangi mereka dan sibuk dengan cucian piring. “Jangan membahas masalah itu lagi, Nanny.” decaknya lelah. Nanny langsung mengeringkan kedua tangan, berbalik dengan wajah tertekuk. “Tidak bisa, Tuan. Beberapa bulan lagi Tuan akan kembali ke Indonesia. Saya hanya mengingatkan saja.” Perjanjian, Revero tahu itu. Menggeleng tipis, “Aku malas membahasnya hari ini,” tukasnya cepat. Berniat membaca koran lagi. Tidak melihat dua gadis mungil yang tadinya sibuk menyantap roti selai kesukaan mereka, kini merespon bingung percakapan bibi dan sang ayah. Reina bicara lebih dulu, manik coklatnya menatap sang ayah bingung, “Janji? Ayah, ada buat janji dengan siapa?” tanya gadis itu cepat. Rael masih fokus dengan s**u coklatnya. Revero mendesah, “Bukan apa-apa, lanjutkan saja sarapanmu,” Nanny berjalan mendekati kedua gadis tak jauh dari posisinya, duduk di dekat mereka dengan senyuman penuh arti. “Sebentar lagi kalian akan punya ibu baru, kira-kira ibu seperti apa yang kalian inginkan?” tanya nanny pelan. Revero mendelik, “Nanny!” Nanny tersenyum tipis, “Lho, tidak apa-apa ‘kan, Tuan. Mereka juga berhak tahu, lagipula selama beberapa bulan ini kalian semangat sekali memilih banyak ibu baru untuk tuan Revero.” Tidak seperti bayangan Revero, raut wajah dan kedua manik Rael serta Reina berbinar seketika. Mengangguk kompak, “Benar, Ayah?! Kita mau punya ibu baru?!” tukas Reina, “Yey, Ibu baru!” Rael bersorak senang. Menggeleng kecil, mengira bahwa mereka berdua akan marah dan tidak suka. Revero justu mendapat respon sebaliknya. Tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas di pikirannya, sembari membaca koran. “Hh, memangnya kalian mau punya ibu yang seperti apa?” “Cantik!!” Rael dan Reina menjawab kompak. “Tinggi, baik, pintar dan satu lagi,” Mengangkat kedua tangan mereka, “Kuat!” Hampir saja tersedak lagi, mengingat kata kuat. Entah kenapa laki-laki itu justru terbayang seorang perempuan. Selama lima tahun tidak bertemu dengannya lagi. ‘Kuat ya,’ batin sang Arsyanendra, tersenyum tipis. Siapa lagi sosok yang sanggup melawan banyak orang dengan kemampuannya? Gadis terkuat yang pernah Ia temui. Gadis polos yang membuat Revero jatuh cinta berkali-kali. Bahkan hingga saat ini pun dia tidak berani mengambil keputusan atau yakin bahwa rasa itu sudah menghilang sepenuhnya. Bagaimana kabar Rasa sekarang? Apa gadis itu baik-baik saja? Setelah perpisahan mereka yang cukup menyakitkan. Tentu saja Vero tak bisa melupakan itu. Hingga saat ini luka bakar masih membekas jelas di punggung Revero. Salah satu alasan kenapa dia harus resign dari dunia model. Karena tubuhnya sudah tidak sempurna lagi. Tapi dia tidak menyesali itu, jika bekas luka ini bisa menyelamatkan Rasa. Revero tak peduli. “Tenang saja, ayah kalian pasti akan menemukan calon ibu yang sempurna di Indonesia. Dia cantik, dewasa dan juga punya pengaruh kuat di sana.” Mendengar ucapan Nanny, Revero kembali mendesah. “Kapan keberangkatanku ke Indonesia, Nanny?” Tanpa membantah ucapan wanita paruh baya itu. “Bulan Maret, Tuan. Anda masih bisa bersiap-siap,” Maret, tiga bulan lagi dan Revero harus kembali ke Indonesia, dengan perjanjian yang sudah disetujui kedua belah pihak. Bertemu dengan calon istrinya. Bukan lagi Sena Lakshita melainkan wanita baru. Kali ini sepertinya dia harus benar-benar menutupi hati dan tidak berpikir sedikit pun untuk mencintai Rasa Dana Paramesti lagi. Meski harus membiarkan gadis itu menyukai serta menikah dengan laki-laki lain. ‘Laki-laki lain,’ Tanpa sadar meremas koran di kedua tangannya, “Ayah, kenapa korannya malah dirusak?” Pertanyaan Rael membuat Ia sadar. Revero tersentak cepat, “A-ah, maaf, Ayah tak sengaja,” Bertahun-tahun tinggal di Rusia. Apa pernah sedikit saja Revero berusaha berpaling dari Rasa? Hingga memiliki Rael dan Reina. Tentu saja pernah. Berkali-kali, mencoba bertemu, menjalin hubungan yang harus bertahan selama beberapa minggu saja. Melakukan kontak fisik sebatas ciuman, pelukan dan- ah lebih baik dia tidak membahas hal itu lagi. Usianya sudah menginjak 35 tahun. Kedua orangtua Revero pun mulai panik dan kelabakan melihat putra sulung mereka sampai saat ini belum ada keinginan untuk menikah sama sekali! Walau ketampanan lelaki itu tidak berubah sama sekali, tapi tetap saja. Pernikahan adalah hal yang wajib bagi laki-laki sepertinya. Revero membutuhkan penerus perusahaan, dan melakukan perjanjian dengan salah satu perusahaan elektronik terkemuka di Indonesia adalah jawabannya. Seperti apa wanita itu nanti? Apa dia mampu meraih hati Revero dan membuatnya lupa akan Rasa? ‘Hh, aku harap seperti itu,’ Karena kali ini, Revero sudah cukup lelah. Menahan rindu, dan juga hasratnya sebagai seorang laki-laki dewasa. Dia tidak munafik, dan berpikir bahwa hidup tanpa perempuan akan membuat hidupnya tenang. Revero membutuhkan seorang pendamping. Hasrat ini harus disalurkan. Karena kalau tidak, dia bisa saja gila. ‘Hh, tapi masalahnya,’ Lelaki itu menyender pada kursi, bergerak menutupi koran di atas wajahnya. Kedua tangan bersidekap di depan d**a, desahan demi desahan keluar. Manik tertutup beberapa saat. Masalahnya- Setiap dia berusaha memiliki hubungan dan melakukan hal lebih pada beberapa wanita. ‘Wajah gadis itu tidak pernah hilang dari pikiranku,’ Rasa benar-benar membuatnya gila. Revero berharap perjanjian ini mampu menahan hasratnya akan Rasa. ‘Aku harus merelakannya,’ Sebisa mungkin, Revero tidak ingin bertemu Rasa. Karena janjinya dulu, dan tanggung jawab yang harus Ia pegang. Kalau sekali saja dia melihat wajah gadis itu. Revero tak yakin bisa mengendalikan dirinya lagi. Sudah cukup dulu dia mencium paksa gadis itu, ‘s**t,’ Lihat saja, baru memikirkan wajah gadis itu beberapa saat. Sesuatu di bawah celananya perlahan bangkit. Ah, sial. ‘Double s**t. Kau benar-benar gila, Revero.’ “Ayah, mau kemana?” Rael dan Reina bertanya kompak saat melihat sang ayah tiba-tiba bangkit dari kursinya. Memegang koran dan berjalan keluar dari dapur. “Kamar mandi.” . . . Kedua anak itu menatap bingung, “Lho, bukannya ayah sudah mandi tadi?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD