Bab 3

810 Words
"Kau sama sekali tak sopan Kevin." Kevin tersadar lalu memandang pada Trevor yang memakai baju mandi sama seperti penampilan Arini sekarang. Pria itu berjalan menghampiri Arini dengan terus mengusap rambutnya yang basah. "Setidaknya ketuk pintu dahulu, baru kamu buka. Bagaimana jika Arini berganti pakaian?" Gigi Kevin menggemeretak karena geram dengan sikap Trevor. Ayah tirinya itu tak menunjukkan rasa bersalah pada sang ibu yang masih berstatus istri. Dia segera menghampiri Trevor dan menarik kerah pria itu secara kasar. "Pria tak berperasaan! Kau tega sekali mengkhianati Ibuku. Asal kau tahu saja dia sangat mencintaimu bahkan lebih ketimbang kami anak-anaknya!?" bentak Kevin mendadak. Bukannya takut, Trevor malah tertawa. "Kau mengatakan aku berkhianat lalu mengapa kau tak memarahi Ibumu? Bukankah dia juga bersalah terhadapmu dan adikmu karena dia menelantarkan kalian hanya untuk menikah denganku. Kevin, aku sangat bersimpati atas kejadian yang kau alami di masa lalu." Kepalan tangan Kevin makin erat saja dan dirinya ingin menonjok wajah Trevor karena dua hal dia telah menikah tanpa persetujuan Ibunya dan yang kedua tentang ucapan yang menyakitkan. Kenangan pahit di mana Kevin ingin membuang semua itu. Melihat Kevin terdiam, Trevor lantas melepaskan genggaman kemudian menjauh. "Jika hanya itu saja, sebaiknya kau pergi dari tempat ini. Ibumu jauh lebih membutuhkanmu sekarang." Kendati hatinya masih terbakar oleh amarah namun Kevin pergi sebelumnya mengeluarkan decihan dari mulutnya. "Mas kau tak apa-apa?" tanya Arini begitu Kevin keluar dari kamar mereka. "Tak apa-apa." "Siapa dia? Kenapa dia terlihat sangat marah?" Trevor memandang sebentar pada Arini lalu mengalihkan perhatiannya pada lemari baju. "Dia itu Kevin anak tiriku juga. Sebaiknya kau berhati-hati padanya, bagi Kevin orang yang menjadi musuh dari Ibunya adalah musuhnya juga." Arini tak mendengar ucapan Trevor, dia malah fokus pada pikirannya sendiri. "Arini...." Gadis itu mendongak bertemu pandang dengan Trevor yang menatapnya teduh. "Apa yang kau pikirkan?" Dia tersenyum hambar. "Aku merasa bersalah padamu karena permintaanku hubungan kau dan keluargamu telah rusak." kata Arini jujur. Trevor menggeleng. "Hubungan keluarga ini bahkan sudah jauh lebih rusak sebelum kau hadir, jadi jangan menyalahkan dirimu." kata Trevor. "Aku juga berterima kasih karena kau mau membantuku keluar dari masalah yang menimpaku." Kali ini Trevor tersenyum. "Kalau itu sudah tugasku. Kau pantas diperjuangkan." Flashback on "Maaf apa maksud anda?" tanya Arini tak mengerti dengan ucapan Trevor yang tiba-tiba saja memiliki gelagat aneh. Trevor mendekati Arini dan memberikan secarik kartu namanya. "Kau tahu aku sangat menyukai orang sepertimu yang bisa membawa perubahan dengan berpikir secara kreatif. Apa kau tertarik menjadi karyawanku? Hidupmu akan terjamin jika kau bekerja di perusahaan." Arini terdiam dan memandang lama pada kartu yang diberikan. "Apa anda serius? Tapi saya ini, 'kan hanya lulusan SMA saja." tanya Arini ragu. "Apa kau jelas mendengar ucapanku dari tadi?" Trevor balik bertanya pada Arini yang makin terlihat bingung. "Kalau begitu saya akan pikirkan dulu sekaligus bertanya pada kedua orang tua saya." Trevor mengangguk pelan. "Aku akan selalu menunggu kabar baiknya." Kemudian keduanya berpisah dan sampai di rumah Arini menemukan juragan desa tampak berbicara dengan kedua orang tuanya. Dari luar Arini bisa mendengar maksud kedatangan sang jurangan yang hendak memperistrinya dan Arini tak suka dengan hal itu. Keesokan harinya, dia kembali menemui Trevor dengan gelisah. "Bagaimana apa kau sudah memikirkan matang-matang dengan pekerjaan yang kuberi?" "Ya, aku mau tapi aku ingin kau membantuku untuk keluar dari masalahku ini jika kau benar-benar serius." Mata Trevor berubah menjadi tajam. "Sebutkan." "Kemarin juragan di kampung ini Pak Bejo datang ke rumahku ingin melamarku namun mereka tak sempat melakukan hantaran. Aku tak ingin menikah dengan pria tua itu, jika lamaran itu terlaksana maka aku mungkin tak akan bisa bekerja denganmu. Carilah sebuah ide agar aku berhasil lolos." Trevor diam sebelum akhirnya tersenyum. "Kalau begitu pergilah, aku akan mencari cara yang tepat untuk mengeluarkanmu dari masalah ini." Sungguh tak disangka, Trevor datang ke rumahnya untuk meminang Arini dan menawarkan harga lamaran yang sangat fantastis. Kedua orang tua Arini bingung menentukan pilihan pada awalnya dan Arini disuruh memilih antara Trevor atau Pak Bejo. Tentu dia akan memilih Trevor, pria itu menepati janjinya pada Arini dan akhirnya keduanya menikah siri. Flashback off "Walau kita hanya menikah secara agama, tetap saja aku berterima kasih Mas." ucap Arini. "Yah, pernikahan ini hanya akan sampai pada saat kau menjadi karyawanku dan aku akan menceraikanmu. Jadi jangan mengecewakanku sebagai patner bisnismu." "Baik Mas." Pelayan datang mengetuk pintu mengatakan bahwa makan siang telah siap. Trevor adalah orang pertama yang keluar kemudian menyusul Arini yang segera bergerak ke ruang makan yang berada di paviliun utama. Aura ketidaksukaan sangat kental sekali dirasakan oleh Arini karena Iva dan Prima sedang Kevin terlihat tak mengurus kehadiran gadis itu, dia lebih larut dengan pikirannya sendiri. "Ekhem, Arini." Begitu namanya dipanggil Arini memandang pada Iva. "Meski aku tak menyukaimu, tetapi aku akan mencoba semaksimal mungkin untuk menerima kehadiranmu sebagai istri kedua dari Mas Trevor, aku harap kau bisa menghargaiku sebagai istri pertamanya." ???? See you in the next part!! Bye!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD