“Ya Tuhan,” gumam gadis itu terkejut. Dia beralih sesaat memandang secarik kertas putih yang dipegangnya dan diangkatnya mendekat ke arahku. Lalu dia kembali memandangku. Yu Ri. Dia telah datang. Bayang-bayang mimpi indah di danau itu berkelebat lagi dalam benakku membentuk rangkaian adegan yang manis. Kenangan yang telah berusaha kukubur dalam-dalam itu secara perlahan keluar dari tempat persembunyiannya. Dinding transparan tak kasatmata itu telah pecah. Dan aku sadar aku tidak dapat membohongi diriku lagi. Fantasi yang menjadi nyata itu datang lagi padaku setelah sekian lamanya aku berlari dari dunianya. Dia seperti boneka hidup yang begitu halus di setiap detailnya. Putih bersinar dan menyebarkan keindahan surgawi. Boneka cantik berpipi merah bergaun hijau yang bibirnya bergerak-g

