Di tengah padat-nya malam Ibukota, seorang Pria bertubuh jangkung baru saja memasuki mobil-nya.
Pria itu akan pergi ke suatu tempat, untuk menemui seseorang. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, serta celana jeans berwarna hitam pula.
Beberapa menit kemudian, Pria itu menepikan mobil-nya di depan gedung yang bertuliskan 'Ktv Bar' .
"Kenapa harus bertemu disini sih?" Tatapan kesal Pria itu terpancar dari sorot mata-nya.
Tak mau menunggu lama, Pria itu bergegas memasuki Bar tersebut. Begitu masuk, ia di sambut dengan pemandangan Wanita cantik serta lampu kerlap-kerlip dan iringan musik jedag-jedug.
Netranya memerhatikan tiap sudut, mencari seseorang yang akan ia temui.
"Hei, sudah datang rupanya!" Timpal Seseorang memanggilnya.
Dengan wajah kesal, Pria itu menghampiri temannya dan duduk di hadapannya.
"Anda mau minum apa, Tuan Andra!"
"Kenapa harus bertemu di tempat ini sih?" Gerutu Pria itu, yang merupakan seorang Pengacara bernama Arthur Kalandra.
"Jangan kesal begitu, tempat ini membuat ku bisa berpikir jernih tau!" Katanya, sambil memberikan segelas miniman beralkohol pada Arthur Kalandra, atau biasa di sapa Andra.
Arthur Kalandra adalah seorang Pengacara berkompeten di Indonesia. Namanya sudah di kenal, di kalangan atas.
Selain itu, Andra juga memiliki seseorang yang membantunya menyelesaikan pekerjaannya. Ia adalah seseorang yang kini duduk di samping Andra.
Namanya Beni Wirayudha. Seorang Detective swasta, yang sama-sama handal dalam mengungkap kasus.
Pertemuan mereka kali ini, tak lain ialah untuk mencari sesuatu di Ktv Bar.
"Gimana? Enak kan, minum dengan santai disini, sambil menikmati pemandangan Wanita cantik" Ucap Beni, sambil tersenyum menatap Wanita cantik yang berlalu lalang melewati dirinya.
"Gimana berkembannya? Apa kamu sudah menemukan sesuatu yang menguntungkan?" Andra kini meneguk sendiri, alkohol ke dalam gelasnya.
"Tentu saja. Aku nggak akan memintamu datang kesini secara cuma-cuma!" Terlihat Beni memberikan sesuatu pada Andra.
"Sejauh ini, kamu yang paling bisa di andalkan!"
"Oho, tentu saja! Beni gitu loh, Haha. Gimana kalau kita clubbing sebentar?" Ujar Beni, memincingkan matanya menatap Andra.
Meski ia tahu, bahwa Andra akan menolaknya namun ia tetap melakukannya.
"Clubing saja sendiri! Aku pusing melihat lampu kelap kelip ini!" Andra beranjak dari tempat duduknya, sambil menyulut sebatang rokok.
"Hei, lampu kelap kelip ini adalah ciri khas clubing. Kamu memang bermasalah, ya!"
"Ciri khas apanya? Ini terlihat norak! Sudah ya, aku pulang. Kerja bagus untuk mu hari ini" Tak mau berlama-lama di Bar, Andra pun bergegas meninggalkan Beni sendirian.
****
Setibanya di mobil, Andra mendapati ponselnya berdering. Di layarnya tertera sebuah nomor baru, tanpa nama.
"Siapa yang menelfon jam segini?" Gumamnya, sambil menekan tombol hijau di ponsel-nya.
Sejenak Andra menyambungkan bluetooth ke mobil-nya. Ia menjawab panggilan tersebut sambil mengemudi.
"Hallo..." Ucap Andra, menekan earphone telinga-nya.
"Ha-halo... Apa benar, anda Pengacara Arthur Kalandra???" Sebuah suara Wanita, terdengar di telinga Andra.
"Ya benar? Ada yang bisa saya bantu?"
Keduanya saling membicarakan soal masalah yang terjadi, tentang Jenita dan Suaminya.
Andra menganggukkan kepala sambil menyimak setiap perkataan Wanita itu.
"Em, sebaiknya kita bicarakan saja secara langsung besok. Saya akan menemui anda, sesuai waktu yang anda tentukan" Tutur Andra, dengan ramah.
"Baiklah, saya akan mengirim lokasinya melalui pesan"
"Baik..."
Panggilan itu pun akhirnya terputus. Sementara Andra, ia tersenyum menertawakan Wanita itu.
"Apa yang dia pikirkan? Sampai menghubungi pengacara tengah malam begini?" Andra terkekeh, mengingatnya.
Pria itu melanjutkan perjalanannya untuk pulang dan memeriksa sebuah flasdisk, yang di berikan oleh Beni.
*Klenting*
Terlihat di ponsel Andra, balon pesan yang menunjukkan sebuah alamat cafe.
Namun Andra masih fokus dengan kemudinya, agar segera tiba di rumah.
Arthur Kalandra, sudah menjabat sebagai Pengacara di usianya yang sudah menginjak 32 tahun. Berkat wajahnya yang tampan, membuat dirinya di kenal banyak orang. Terlebih di kalangan Wanita.
Namun demikian, Andra tetap menjadi Pengacara yang profesional. Sejauh ini, Andra sudah banyak memenangkan kasus yang ia terima.
Setelah hari berganti, Andra tentu menepati janjinya untuk menemui Klien yang semalam menghubungi-nya.
Pria itu berjalan memasuki Cafe Legita, dan memerhatikan ke tiap sudut. Pria bertubuh jangkung itu menjadi pusat perhatian karena ketampanannya.
Melihat meja kosong di dekat jendela, Andra pun memilih tempat itu untuk pertemuannya dengan Klien baru-nya.
"Aku kira dia sudah sampai. Ternyata malah aku duluan!" Sambil menunggu kedatangan Klien-nya, Andra membuka tab-nya, untuk mencari tahu kembali tentang kasus yang akan ia tangani.
Andra pun mengetik 'Pernikahan Ardi Fahlevi' di sebuah pencarian. Dalam artikel yang sudah banyak beredar, telah menunjukkan beberapa foto Ardi bersama dengan Istrinya, yaitu Jenita.
"Mewah banget pestanya!" Gumam Andra, melihat-lihat foto di artikel tersebut.
Hanya saja, bagian mempelai Wanitanya banyak di blur demi menjaga privasi. Apalagi, Nama Istrinya berada di daftar pelaku.
Di sudut lain, terdengar suara langkah kaki sepatu high heels. Namun Andra mengabaikannya, dan mengira jika itu langkah kaki pengunjung Cafe.
"Permisi, apa anda Tuan Arthur Kalandra?" Ucap Wanita itu tiba-tiba.
Dia adalah Jenita, yang akan menjadi Klien Andra kali ini.
Mendengar seseorang memanggil namanya, Andra pun meletakkan tab-nya di atas meja.
Namun untuk sesaat, Andra menatap intens wajah Jenita. Wanita cantik, berstatus Janda kembang itu kini berdiri di hadapannya.
Jenita hari ini terlihat sangat cantik, meski dengan pakaian yang sederhana. Rambutnya bahkan di biarkan tergerai, tetapi justru itu yang membuatnya terlihat sangat anggun.
Andra tak berkedip ketika menatap wajah cantik Jenita. Apalagi, Wanita itu memiliki bentuk tubuh yang terbilang cukup molek.
Meskipun hanya menggunakan rok span hitam, serta kemeja berwarna putih, namun Lekuk tubuh Jenita sangat terlihat.
Terlebih di bagian b*k*ngnya, yang sangat menyembul. Membuat Andra melongo untuk beberapa saat.
"Permisi, apa anda Tuan Arthur Kalandra???" Tanya Jenita sekali lagi.
Kendati demikian, Andra harus tetap menjaga citranya sebagai seorang pengacara.
"Ah, benar. Itu saya, silahkan duduk Nona" Ucap Andra, diam-diam membuang wajahnya guna menghilangkan nervous.
"Gila! Apa ini Wanita yang menelfonku semalam? Kalau benar, artinya Wanita ini Istri Ardi Fahlevi???" Sayang sekali kamu Ardi, padahal Istrimu sangat cantik!" Andra bermonolog sendiri dalam hatinya.
"Jadi, harus mulai dari mana pembicaraan kita, Tuan Arthur?" Tanya Jenita, setelah duduk di hadapan Andra.
"Pertama panggil saja, Andra. Kedua, anda mau minum apa?"
Bukannya menjawab, Andra justru membuat Jenita terdiam. Jenita lalu membuka kaca mata hitamnya, sebelum melihat daftar menu di cafe tersebut.
Siapa sangka, Andra semakin terpesona melihat kecantikan Jenita yang tanpa mengenakan kacamata.
Andra menelan salivanya, ketika menatap mata sembab milik Jenita karena menangisi nasib-nya.
Setelah memilih minuman, Jenita pun akhirnya memilih Americano ice, sebagai teman ngobrol-nya.
Mereka terlebih dulu saling bertukar informasi, serta membicarakan masalah-masalah yang terjadi sebelum peristiwa naas itu menimpa Ardi dan juga Jenita.
"Jadi, anda orang terakhir yang bersama dengan mendiang Suami anda?" Tanya Andra, kembali memastikan.
Jenita terdiam mengangguk, sekaligus terlihat sedih. Bagaimana tidak? Suami Jenita meninggal di malam pertama mereka. Lalu, keluarnya bahkan memberikan tuduhan pada Jenita sebagai tersangka.
"Itu sebab-nya, anda di anggap sebagai pelaku oleh keluarga Mendiang?"
Jenita kembali mengangguk penuh keyakinan. Sorot matanya bahkan terlihat marah, ketika Andra membicarakan itu.
"Baiklah, sepertinya kasus ini akan rumit, mengingat Status sosial Suami anda. Apa mendiang Suami anda memiliki musuh atau sejenisnya?"
"Saya kurang tau. Mungkin saja punya, orang berpengaruh sepertinya justru aneh kalau tidak mempunyai musuh" Jawab Jenita, mengingat semua tentang Suaminya.
"Saya mengerti. Sepertinya saya harus bekerja sama dengan Detective kenalan saya juga, untuk mencari tahu kematian Suami anda. Sampai tiba keputusan dari polisi, saya akan usahakan mencari kebenarannya, agar membersihkan nama anda"
Panjang lebar Andra menjabarkan pekerjaann yang akan ia lakukan. Demikian pula dengan Jenita, ia terlihat puas mendengar kata-kata itu.
"Terimakasih, Tuan Andra" Tutur Jenita, meneguk ice americano-nya.
Walau rasanya gugup, namun Andra berhasil menjaga citranya agar tetap berwibawa.
"Kalau begitu saya permisi. Saya tunggu kabar selanjutnya!" Jenita kini mulai beranjak, serta mengenakan kembali kacamatanya, demi menutupi mata sembab.
Sejenak Andra pun berdiri, ketika Jenita berbalik arah untuk pulang.
Begitu Jenita pergi, Pria itu menghela napasnya. Tangan kanannya sibuk mengendurkan dasi yang ia kenakan.
"Ah, sial... Selama beberapa tahun bekerja, baru kali ini aku berdebar saat bertemu dengan Klien-ku!" Gumam-nya, menyender di senderan sofa.
Tampaknya tertarik pada Kliennya yang berstatus Janda tersebut.
****
Tak terasa malam yang memekik kembali dirasakan oleh Jenita. Wanita itu merasa kesepian setelah kepergian Suaminya.
Malam ini, ia baru saja pulang setelah bertemu dengan Sahabatnya yaitu Dara.
Selain Dara, tak ada orang lain lagi yang mau mendengarkan keluh kesah-nya. Keluarga Jenita telah di kirim ke Luar negeri oleh Ardi, setelah pernikahan mereka.
Sehingga sulit bagi Jenita untuk mengadu tentang isi hatinya pada Keluarga.
Beberapa hari setelah kematian Suaminya, Jenita mendapat beberapa teror melalui pesan maupun panggilan.
Tak hanya itu, Jenita bahkan mendapat kiriman seekor kelinci bersimbah darah yang terungkus di dalam kardus.
Dalam kardus berisi bangkai kelinci itu, tertulis sebuah kata yang membuat Jenita marah.
'Dasar Pembunuh! Aku akan membalasmu!'
Jenita marah, sekaligus merinding membaca kiriman teror itu yang ia temukan di parkiran Apartemen-nya.
Wanita itu menghela napasnya, sambil membuang Bagkai kelinci tersebut ke dalam tempat sampah.
Meski terkejut, namun saat ini dirinya sedang dalam pengaruh alkohol. Setelah menyelesaikan bangkai kelinci, Jenita kembali melangkahkan kakinya, memasuki gedung Apartemen.
Namun ketika dirinya tak fokus, dan berjalan gontai, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang melaju dengan cepat ke arah-nya.
Seketika kedua mata Jenita membelalak sempurna, ketika sepeda motor itu melaju kencang ke arah-nya.
*Brakkk!!!!!!!!!*
*
*
Next----