Bagian 1

1033 Words
Sabrina Bien Riena Mansyur wanita muda berusia 23 tahun, ia sudah menikah dengan seorang General Manager di salah satu perusahaan besar di Jakarta.  namun ia sedang ditinggal bekerja oleh suaminya. Ia  memiliki kakak perempuan yang sudah tiada akibat kecelakaan empat bulan yang lalu. Ayah dan Ibu Rina seorang pengusaha di bidang garmen hingga membuat diri mereka sibuk.  Sabrina atau sapaan akrabnya Rina, Sasa selalu tinggal sendiri dirumah dengan sepasang pembantu Pak Cahyo dan Ibu Nurahma. Mereka berdua bisa di bilang pembantu yang paling bertahan lama bekerja di keluarga Mansyur karena kesetiaannya dengan keluarga ini. Sabrina bukan tipikal baik dan ramah terhadap mereka namun tidak juga menggertak atau apapun tapi sikapnya hanya cuek dan diam tak jarang juga ia suka merendahkan mereka secara diam- diam. Di suatu pagi Papah, mamah dan Rina sedang sarapan dalam diam tak lama Pak Cahyo menegur papah, Alexander Basri Mansyur. "Permisi Pak, pembesaran kamar Dek Rina jadi tidak?" Ujar Pak Cahyo seraya duduk si lantai. "Cahyo ngapain duduk disitu, kemari duduk di samping saya." Kata papah. Rina melihat papah yang duduk di samping beliau. "Pindah di samping Mamah sayang." Kata Papah. Dengan cemberut Rina pindah. "Gak usah pak, saya buru- buru karena anak saya mau datang buat bantuin renovasi kamar." Kata Pak Cahyo sopan. "Jadi, kamar sebelah Rina kan kosong dinding antara kamar  di jebol aja dan di cat ulang warna putih." Kata Papah. Dulu kamar kosong itu milik Rana kembarannya. "Pah, Rina gak mau warna putih tapi abu- abu." Kata Rina memotong pembicaraan. "Rina, jangan bantah papah ini rumah papah bukan kamu." Kata Papah. "Yaudah, kalau gitu ngapain papah maksa Rina tinggal disini lebih baik cari rumah." Kata Rina kesal. "Suamimu tidak ada dan kamu anak satu- satunya milik papah dan mamah. Sudah ikuti saja." Kata papah. ‘’Siapa bilang, Mba Rana bukan anak Papah.’’ Kata Rina ‘’Anak papah juga tapi yang tersisa Cuma kamu.’’ Jawab Papah "Papah." Tegur mamah. "Sudahlah ikuti saja maunya Rina." Kata Mamah sambil menyorot mata papah berisyarat. Papah langsung menatap mamah penuh arti kemudian mengangguk ia kemudian melihat Rina dan tesenyum. "Baiklah. Ngomong- ngomong siapa anakmu? Bukannya anakmu cuma Wulan saja." Kata papah yang beralih ke Cahyo. Wulan adalah anaknya pak Cahyo yang berumur sepuluh tahun dan suka menemani Rina jika dirumah. "Anak saya ada dua pak, satunya sudah bujang umur 28 tahun sebenarnya anak angkat pak." Kata Cahyo. "Oh, menarik nih. Kok bisa angkat anak?" Kata Alex. "Waktu bayi ia dititipkan di panti tempat saya bekerja dulu lalu tidak ada yang ingin merawatnya jadi saya ambil dan mengasuhnya." Kata Cahyo. "Baik sekali dirimu, kenapa panti itu tidak ingin merawatnya?’’ "Kisahnya rumit pak, Ayahnya seorang ODHA dan ibunya terjangkit HIV saat hamil Arka tapi anak itu negative saat lahir. Jadi kedua orang tuanya menitipkan dia ke panti agar tidak terjangkit. Terus pihak panti tau dan menolak jadi dengan ke ikhlasan saya dan istri, kami mengambil dia dan merawatnya. Sampai sekarang saya gak tau kabar kedua orang tuanya bagaimana yang jelas mereka orang berada.’’ Jelas Pak Cahyo. (ODHA adalah sebutan untuk orang-orang yang telah mengidap HIV/AIDS. Adapun gejala-gejala seseorang kemungkinan terjangkit HIV diantaranya adalah sebagai berikut : Rasa Lelah Berkepanjangan. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.) Sumber:google, pitamerah ‘’Bodoh sekali orang itu, tidak semua orang terjangkit. Memeluk, bersalaman atau mengobrol tidak berpengaruh kecuali berhubungan tanpa pengaman atau suntik n*****a bareng baru bisa kena.’’ Kata Sabrina sambil melihat makanannya di piring. Ia merasa kasian dengan lelaki itu karena harus di asingkan karena kedua orang tuanya memiliki HIV. "Mba Sasa main yuk." Ajak Wulan. Selain Rina ia juga kerap di sapa Sasa. "Sini dek, duduk samping Mba." Kata Sabrina memanggil Wulan. "Sudah kenyang, ibu suapin Wulan tadi." Kata Wulan. "Duduk aja gak usah makan." Kata Sabrina cuek. Bapak dan Ibu saling rersenyum sebenarnya Rina memiliki kembaran hanya saja sudah meninggal empat bulan yang lalu akibat kecelakaan. "Nanti aja deh Mba, kayaknya Mas Arka datang." Wulan berbalik kemudian pergi keluar. "Etdah, tuh bocah tadi ajak main ck." Sabrina melanjutkan makan hingga selesai setelah itu ia berdiri dan melihat Papah dan Mamah. "Pah, kenapa  sih Rina gak bisa ikut suami." Kata Rina. "Papah sudah bilang, Rina anak satu-satunya sekarang sejak kakak tiada. Lagian suamimu gak bakalan lama keluar kota. Oh ya, mamah dan papah akan berangkat nanti siang untuk menghadiri acara." Kata papah sambil mengelap mulutnya dengan kain. "Sampai kapan kalian mengurungku, capek." Sabrina segera berdiri ‘’Aku minta ikut kalian juga gak dibawa.’’ Rina segera pergi menuju kamarnya dan langsung berbaring di kasur. Pernikahannya juga tidak sebahagia yang ia pikirkan. Bayangkan saja baru nikah selama seminggu besoknya harus berangkat untuk mengurusi pekerjaan sampai saat ini, hampir satu bulan tanpa kabar sama sekali, kalaupun memberi kabar hanya ‘’Maaf, masih banyak urusan.’’ ‘’Muyak.’’ Kata Rina sambil melempar bingkai foto suaminya ke dinding. Suara  motor itu terdengar di halaman rumah, pria dengan helm usang dan tas ransel berada di belakang punggung turun dari sana. Pria dengan tatto di lengannya terkesan seperti anak jalanan yang liar. "Mas Arka." Pekik Wulan sang adik. Arka melepas helmnya dan di letakan spion setelah itu menyambut adiknya. Helm itu sudah di modifikasi mirip seperti helm level satu di sebuah game pertempuran. "Hai, sudah gede aja Wulan." Kata Arka sambil mengusap rambut adiknya. "Sudah datang Nak, ayo masuk lewat pintu belakang aja yuk." Kata Bapak. Arka mengangguk dan kembali ke motor untuk membawanya ke belakang. Sesampainya disana Arka menuju kamar Ibu dan Bapak yang terpisah dari rumah majikan. "Anakku." Ibu memeluk Arka."Arka sudah makan? Ibu masak daging kare kesukaanmu." Kata Ibu. Arka membalas pelukan ibunya dan mencium keningnya. "Nanti bu, mau liat dulu kerjaan yang Bapak bilang." Jawab Arka sambil melepas pelukannya dan beralih ke Bapak. ‘’Bagaimana kuliahmu? Harus jadi anak pinter.’’ Tanya Bapak sambil membiarkan Arka menyium tangannya. ‘’Yah begitulah Pak, baik- baik aja. Cuma susah cari kerja.’’ Jawab Arka sambil duduk dan di lantai. ‘’Yang suruh dirimu kerja siapa? Fokus aja kuliah nanti biaya Bapak dan Ibu yang bayar.’’ Kata Bapak ‘’Arka cuti setahun pak, Arka gak mau repotin kalian.’’ Jawab Arka. ‘’Ayo Pak, ketemu sama majikannya biar Arka bisa cepat kerja.’’ Kata Arka sambil berdiri dan bersiap. "Baiklah, ayo ikuti bapak." Kata Bapak sambil membawa Arka kepada majikannya. Anak itu memang tidak ingin di bantah ck. Arka melihat halaman belakang yang indah, di depan kamar Ibu dan Bapak ada sebuah kolam renang. Kolam renang itu seolah memanggilnya untuk bermain di sana berhubung ia hobi  berenang. "Pak, yang punya rumah kaya ya. Bagus banget pemandangannya." Kata Reno saat masuk ke dalam rumah. "Kaya tapi sering ditinggal dan hanya ada Mba Sabrina aja dirumah." Kata Bapak. ‘’Sabrina siapa Pak?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD