Aku berhamburan ke arah Mas Arsen saat melihat tangannya meneteskan darah segar, buku-buku tangannya tertusuk pecahan kaca. Bergegas kuambil kotak P3K kemudian aku seret pria itu dan aku suruh duduk di sofa. Aku mengambil posisi duduk di karpet bawah sofa untuk memudahkan mengobatinya. Sambil mengobati lukanya aku mengomel panjang pendek. "Apa begini cara meluapkan emosimu mas! melukai diri sendiri. Tidak bisakah kau menahan diri untuk sesaat. Siapa yang akan merawatmu jika kamu terluka?" Aku berkata dengan kesal. Kebencian dan rasa cintaku membuat jantungku seakan mau meledak. Bisakah aku membencinya saja tanpa mengkhawatirkannya. "Maka jangan tinggalkan aku lagi," Mas Arsen berkata dengan suara parau. Aku mendongak menatap wajahnya, posisinya menunduk hingga wajahnya begitu dekat

