Bab 13

1498 Words
Setelah mendapatkan ijin dari papa, akhirnya disinilah kami. Di Bali! Kami menuju hotel yang sudah kami booking di Nusa Dua dengan melewati tol yang ada di atas laut. Tol dengan panjang 12,7 kilometer yang menghubungkan antara Kota Denpasar/Pelabuhan Benoa, Bandara Internasional Ngurah Rai, dan Nusa Dua Bali. Jalan tol Bali Mandara merupakan jalan tol pertama di Bali. Jalan tol ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 September 2013. "Wah.... indah sekali," aku bergumam. Dengan memakai mobil sewaan kami melintasi jalan tol itu, dengan kiri kanan terhampar lautan seolah-olah kami terbang di atasnya. "Kamu bahagia?" tanya Mas Arsen. "Tentu, terima kasih sudah membawaku kesini." ucapku tulus sambil mengecup pipi suamiku yang fokus menyetir. Mas Arsen hanya menjawab dengan sebuah senyuman. Ini bukan kali pertama aku ke Bali, tapi ini pertama kali aku ke tempat yang indah dan romantis ini bersama orang yang kucintai. Setelah melewati jalan tol, tidak butuh waktu lama kami sudah sampai di hotel, pukul 11 siang waktu Indonesia tengah kami sampai di hotel tersebut. Hotel yang tidak jauh dari pantai itu sangat megah, lobinya yang luas dengan dilengkapi banyak tempat duduk di beberapa sudut untuk tamu menunggu. Selain itu ada juga semacam panggung yang tidak terlalu tinggi, di sana ada dua orang yang memainkan alat musik untuk mengiringi dua orang penari yang menggunakan pakaian adat Bali. Ada juga patung-patung di berapa sudut dan pintu masuk hotel ini. Kami segera melakukan check-in dan menuju ke kamar kami. Kamar hotel dengan nuansa putih ini terlihat mewah seperti kamar hotel pada umumnya. Kami membuka dan mengecek satu persatu setiap sudutnya. Aku berjalan ke arah ruang yang terdapat sofa serta meja dan dua kursi, kemudian membuka gorden yang menutupi jendela. Tampak kolam renang yang cukup luas di sana. Sepertinya terhubung juga dengan kamar-kamar yang lain. Bukan kolam renang private. Lelah berkeliling aku merebahkan tubuh di atas ranjang hotel tersebut dan memejamkan mata. Aku membuka mata saat sebuah tangan melilit di pinggang dan sebuah kecupan mendarat di leherku. "Mas... jangan menggangguku," ucapku sambil melepaskan diri darinya. "Bukankah kita ke sini untuk bikin cucu buat Mama dan Papa, makanya itu papamu mengijinkannya." "Lagian bisa-bisanya kamu ngomong begitu pada mereka saat sarapan, sampai-sampai mereka tersedak," Aku teringat moment itu. "Kemana coba perginya sang CEO yang dingin dan kasar kayak di novel-novel itu. Mungkin mereka kaget melihat perubahanmu," sambungku lagi. "Aku dingin dan kasar?" Mas Arsen bertanya "Heemm.... begitulah." "Hatinya yang dingin sudah menghangat dan mencair karena kehangatan dari istri dadakan sang CEO, kalau kasar mungkin sewaktu-waktu akan keluar juga." ucapnya sambil menggosok kan hidungnya di tengkukku. "Ah... Mas Arsen, Hentikan! aku lapar pengen makan." ucapku sambil bangkit dari tempat tidur. "Untuk waktu Indonesia bagian barat saat ini sudah jam dua belas siang waktunya makan siang, ayok makan aku sudah lapar." Melihatku merengek minta makan akhirnya dia bangkit dari tempat tidur dan mengajakku makan di restoran yang tidak jauh dari hotel. Aku memilih menu bebek goreng dengan sambal matah, karena aku penasaran dengan rasa sambal itu dari daerah aslinya. Bagaimana rasanya sambel dengan semua bahan mentah, bahkan ada serai mentahnya juga dan hanya di guyur dengan minyak panas. Sedangkan Mas Arsen memesan ayam betutu dan sate lilit. "Ternyata enak juga yaa mas sambel dengan bahan-bahan mentah begini," ucapku saat satu suapan aku nikmati. Aku memang bukan pencinta sambal, jadi dulu saat ke sini tidak pernah sekalipun berniat untuk menikmatinya. "Apa kamu tidak pernah membuat sambal?" Dia bertanya. "Pernah sih, tapi aku tahunya sambal terasi, sambel bawang, sambel tomat," ucapku menyebut nama-nama sambel yang pernah aku bikin. Mas Arsen hanya mengangguk sambil menikmati makanannya, dan kamipun makan dengan tenang. Setelah makan kami tidak langsung ke kamar tapi lebih memilih untuk berkeliling sekitaran hotel, menikmati keindahan pantai Bali. Capek berkeliling kami duduk di bangku-bangku panjang pinggir pantai. "Mas aku haus, cariin minuman," pintaku manja. "Baik tuan putri," ucap mas Arsen sambil berlalu meninggalkanku. Aku hanya menanggapi ucapannya dengan tertawa. Saat sedang asyik menikmati suasana pantai tiba-tiba ada bule yang menegurku. "Excuse me, Miss? sapanya "Oh yes.. can i help you?" jawabku "Can you take some pictures for me?" ucapnya sambil menyodorkan handphonenya padaku. "Of course." aku menerima smartphone itu dan memotretnya. Setelah dia menggambil beberapa gaya, aku menyerahkan kembali alat komunikasi itu padanya. "Thanks you, what's your name? my name is Dave." dia berkata sambil menyodorkan tangannya. "Ya elah bule... pakai acara basa-basi ngajak kenalan segala," batinku sambil clingak-clinguk mencari Mas Arsen. "My name is Elvira, " ucapku akhirnya sambil menerima jabatan tangannya. ( udah ah Inggris nya segitu aja, author juga gak gitu-gitu amat bisa bahasa Inggris. cuma bisa seuprit, timbang salah grammar nya nanti di ketawain pembaca hahah. selanjutnya di tulis dengan bahasa Indonesia tapi anggaplah mereka ngobrolnya pakai Inggris yaa gengs... ) "Kamu menginap di hotel ini?" dia bertanya sambil menunjuk hotel di belakang kami. Aku menjawab dengan anggukan. "Wah.... sama, mungkin nanti kita akan bertemu lagi, aku pergi dulu. see you!" ucapnya sambil meninggalkanku. Demi apa coba ketemu bule cakep di pinggir pantai, persis seperti pemain-pemain film. Kalau pemain film tentunya tampan dan enak di pandang bukan, hihihi aku tersenyum sambil menatap punggungnya hingga menghilang. "Ehem... segitu terpesonanya dengan orang bule." tiba-tiba Mas Arsen sudah ada di belakangku. "Sejak kapan kamu datang, Mas?" aku bertanya. "Aku melihat semuanya," sahutnya datar. "Melihat apa?" tanyaku, pura-pura tidak tahu. "Melihat kamu memotret dia, melihat kamu berjabat tangan dengannya, melihat kamu tersenyum dan terpesona padanya." Ternyata memang Mas Arsen melihat semuanya. "Aku cuma menolongnya mengambil gambar, Mas, trus dia ngajak kenalan." aku menjelaskan. "Trus kamu mau!" "Ya gak salah kan, mungkin dia cuma basa-basi." "Mana ada orang luar negeri basa-basi, Elvira? kamu pikir dia orang Jawa?" Lelakiku berkata sambil meninggalkanku dengan kesal. "Mas... Mas... gitu aja cemburu," ucapku lirih. "Aku mendengarmu!" serunya tanpa menoleh. Aku segera mengejarnya dan bergelayut manja di lengannya. Sampai di kamar pun dia tetap mengabaikanku meskipun aku tidur di sampingnya. "Ya sudahlah lebih baik aku tidur saja," batinku sambil memejamkan mata. *** Aku terbangun saat hari menjelang sore, Mas Arsen terlihat duduk di pinggir kolam. Aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang. "Kamu masih marah, Mas?" "Hemm...." tidak ada jawaban "Kalau kamu marah-marah terus rencana bikin cucu buat Mama dan Papa gagal dong." "Kamu tidak boleh melirik laki-laki lain selain diriku," ucapnya posesif. "Baiklah... aku akan melakukannya." Aku berkata sambil memberikan kecupan di pipinya. Setelah Isya, mas Arsen mengajakku makan malam di daerah Jimbaran. Katanya seafood di sana enak dan suasananya juga romantis. Aku berganti pakaian dengan dress panjang berwarna peach, yang kontras dengan warna kulitku. Sedangkan Mas Arsen memakai kemeja warna putih dan jas, dia pikir ini mau makan malam sama siapa. Dia selalu saja memakai baju formal, cocok dengan sikapnya yang kaku itu. Kami ke Jimbaran dengan mengendarai mobil dengan santai, setelah sampai di sana kami memilih tempat yang agak terpisah dari keramaian pengunjung lainnya. Tidak menunggu terlalu lama hidangan seafood khas Jimbaran sudah tersedia di depan kami. Kami makan dengan tenang sambil menikmati keindahan pantai yang terhampar tidak jauh dari meja makan kami. Setelah makan Mas Arsen meninggalkanku dan pergi ke toilet. Tidak lama setelah suamiku pergi, datang bule yang tadi siang membuat Mas Arsen cemburu. "Hai Elvira kita ketemu lagi, apa kamu sendirian di sini?" Pria bernama Dave itu menyapa. "Tidak Mister, saya bersama suami saya," jawabku cepat. Aku tidak mau laki-laki ini sampai dilihat sama Mas Arsen lagi. "Panggil saja Dave," ucapnya. "Kamu berbohong padaku supaya aku pergi dari sini? kamu masih terlihat sangat muda, mana mungkin sudah menikah," sambungnya tidak percaya pada ucapanku. "Benar Dave, aku tidak bohong," tuturku menjelaskan. "Apa kamu tidak ingat ini di Indonesia, bahkan di kampung anak usia delapan belas tahun sudah menikah," sambungku dalam hati. "Baiklah... aku akan meninggalkanmu nona," ucap Dave sambil berlalu meninggalkanku. Aku menarik nafas lega, setelah Dave pergi. Jangan sampai Mas Arsen melihat bule itu, bisa-bisa dia marah lagi. Tidak lama kemudian Mas Arsen datang dan mengajakku kembali ke hotel, sampai di hotel kami langsung menuju ke kamar untuk beristirahat. Mas Arsen membuka pintu dan terpampang sesuatu yang menakjubkan dalam kamar, sepanjang jalan menuju tempat tidur bertabur bunga-bunga Mawar. Bahkan di tempat tidur pun ada taburan mawar merah berbentuk hati. Cahaya ruangan yang dibuat remang-remang membuat suasananya makin romantis. Mas Arsen membuka sepatunya dan menaruh di tempatnya, kemudian dengan posisi masih menunduk dia membuka sepatuku satu persatu. Ah... aku tersanjung. Dia berdiri menghadapku dan memeluk pinggangku. "Naikkan kedua kakimu ke sini," perintah Mas Arsen sambil menggerakkan telapak kakinya. "Apa maksudmu, Mas?" "Lakukan saja," ucapnya lagi. Aku melakukan seperti yang dia perintahkan, badanku sedikit oleng. "Berpeganglah!" perintahnya lagi. Aku melingkarkan tanganku pada lehernya sehingga badanku berdiri dengan tegak di atas kakinya dengan tangan Mas Arsen tetap melingkar di pinggangku. "Kenapa kamu melakukan ini, Mas?" "Anggap saja ini honeymoon kita, aku sedang mempraktekkan malam romantis yang sudah aku tulis di beberapa novelku. Bukankan kamu menyalin ke dalam smartphonemu dan membacanya." Mas Arsen berkata sambil perlahan-lahan berjalan menuju ranjang dengan posisi kami yang tidak berubah. "Darimana kamu tahu, Mas?" "Ada Cctv didalam ruang kerjaku, jadi aku tahu perbuatanmu." Pria itu menjawab sambil menatap dalam padaku. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD