Penculikan

1431 Words
Seorang wanita lumyan cantik dengan pakaian seksi berbaring di atas tempat tidur. Dia terlihat marah dan tidak percaya dengan yang dilihat. Ketika melewati rumah HHanna tanpa sengaja melihat Hans dan wanita itu berciuman di halaman rumah dengan sangat mesra. Rena benar-benar frustasi dengan kejadian itu.   " Apa yang mereka lakukan ? Apa Hanna menggoda Hans?" Rena mengepalkan tangannya.   “Kenapa Hans ke rumah HHanna?” tanya Rena pada dirinya sendiri.   “Mereka berciuman dengan sangat mesra.” Rena segera duduk.   “Kenaa? Kenapa HHanna selalu mendapatkan pria-pria yang aku inginkan?” Rena sangat marah. Dia melemparkan semua bantal dan guling yang ada di tempat tidur.   "Hanna, kenapa kamu selalu merebut milikku!" Rena mengepalkan tangannya.   “Hengky yang dulu berteman dengan ku juga kamu rebut sehingga dia hanya memperhatikan kamu.” Rena berdiri.   "Aku tidak akan membiarkan kamu terus merasa bahagia, keberuntungan dirimu akan segera aku hancurkan." Rena berjalan keluar dari kamar menuruni tangga dan melihat mama yang duduk di ruang tengah sedang membaca buku bersama papa. Dia berdiri di depan nyonya Greta dengan wajah kusut.   " Ada apa sayang ?" Nyonya Greta mendongak.     "Aku benci Hanna!" Rena ghempaskan b*kongnya di sofa empuk samping mama. Papa Yuda melirik Rena, yang telah mengganggu konsentrasi papa membaca artikel perusahaan.   "Kenapa?" tanya Papa Yuda meletakkan berkas di atas meja.   "Dia selalu merebut pria yang aku suka. Aku harus menghancurkan Hanna." Rena merebahkan kepalanya di pangkuan mama.   "Pa, lakukan sesuatu untuk putri kesayangan kita," ucap mama Greta.   "Apa yang ingin kamu lakukan pada Hanna?" Papa melepaskan kacamatanya.   "Hancurkan Hanna!" mata Rena memerah melihat Papa dan segera duduk.   "Terserah Papa mau bagaimana? Pastikan Hanna si gadis miskin tanpa orang tua itu hancur!" Mama meninggikan suaranya dan memeluk Rena.   "Baiklah." Tuan Yuda mengambil ponsel dan menghubungi anak buahnya..   "Rena, kirimkan foto Hanna ke ponsel Papa!" perintah Tuan Yuda.   “Ya, Pa.” Rena segera mengirim foto Hanna kepada papanya.     "Tidurlah, Sayang. Besok, kamu akan mendengarkan berita kehancuran Hanna," ucap mama mengusap kepala Rena.   “Terima kasih, Ma, Pa.” Rena memeluk Greta dan Yuda bergantian. Wanita itu kembali ke kamar dengan perasaan bahagia. Dia sudah lama ingin menghancurkan Hanna. Rasa benci dan iri pada temannya itu semakin meninggi. Rena adalah anak semata wayang papa Yuda dan mama Greta yang selalu di manja, apa pun yang diminta akan dituruti.   Malam hari Andreas masih berada di ruang kerja Andreas. Pria itu sangat pofesional dalam melakukan bisnisnya. Dia terlihat fokus dengan layar computer ditemani Jhonatan.   "Tuan, ada permintaan wanita dewasa dan masih perawan," ucap Jonathan menyampaikan pesan yang dia terima dari anak buahnya kepada Andreas.   "Lakukan saja, aku akan melihat gadis itu ketika sudah di dapatkan.” Andreas melihat pada Jhonatan dan meletakkan kakinya di atas meja kerja.   "Baik, Tuan." Jonathan tidak melihat foto yang dikirim anak buahnya ia langsung mengirim pesan balasan untuk melaksanakan perintah itu.   "Jonathan, bagaimana cara mendapatkan Hanna?" Andreas memijit batang hidungnya.   "Jika gagal secara halu. Anda, bisa melakukan dengan kasar," ucap Jonathan.   "Percuma aku bertanya kepada kamu yang tidak punya pengalaman pada wanita." Andreas beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruangan kerja diikuti Jonathan.   "Terima kasih atas pujian,Anda." Jonathan pria kaku dan kadang tidak berperasaan.   "Untuk mendapatkan keturunan yang sempurna aku harus memiliki istri yang cantik dan cerdas seperti Hanna," tegas Andreas menghentikan langkahnya dan menoleh pada  Jhonatan.   " Apa saya harus menculik nona Hanna untuk Anda ,Tuan?" tanya Jonathan.   "Yang ada dalam pikiran kamu hanya jadi penculik saja." Andreas melanjutkan langkah kaki menaiki tangga menuju kamanya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Jonathan segera meninggalkan kamar Andreas dan menutup pintu.   Sepulang Hans dari rumahnya Hanna pergi ke mini market yang tidak begitu jauh dari rumah mereka. Wanita itu berjalan seorang diri dengan santai karena terbiasa dengan keamanan di lingkuan sekitar. Dia hanya mengenakan baju tidur tanpan lengan dan celana sepatas paha berwarna putih.   “Malam, Hanna,” sapa pelayan toko yang tidak lain tetangganya.   “Malam, Dila.” Hanna tersenyum.   “Kenapa malam sekali berbelanja?” tanya Dila.   “Aku tidak bisa tidur dan butuh cemilan.” Hanna tersenyum. Dia mengambil keranjang belanja dan mencari barang yang ia butuhkan.   “Apa sudah selesai?” tanya Dilla melihat Hanna berjalan menuju kasir.   “Sudah. Seprtinya kalian sudah mau tutup.” Hanna meletakkan keranjang di atas meja kasir.   “Ya. Hari ini bos meminta kami ke rumahnya,” ucap Dilla.   “Oh.” Hanna segera membayar berlanjanya.   “Aku duluan ya.” Hanna melambaikan tangan pada Dilla yang sedang berkemas.   “Hati-hati,” ucap Dilla melihat Hanna telah keluar dari mini market.   “Ya,” jawab Hanna. Dia berjalan dengan sama santai kembali ke rumah.   “Kenapa malam ini terasa sangat sepi dan mencekam?” Hanna melihat sekeliling. Dia merasa ada yang mengikuti.   “Hah. Aku merasa ingin berlari saja.” Hanna menoleh ke belakang dan mengusap punggung lehernya.   “Halo, Nona.” Seorang pria tua tiba-tiba telah berdiri di depannya.   “Ah.” Hanna terkejut.   “Maaf mengejutkan kamu.” Pria tua itu terlihat sudah bungkuk dengan rambut telah memutih.   “Tak apa.” Hanna tersenyum.   “Apa kamu punya makanan? Kakek sangat lapar,” ucap kakek melihat pada kantong belanja Hanna.   “Ah, ada. Aku akan mengambilnya.” Hanna meletakkan kantong di atas jalanan dan ia berjongkok.   Hanna yang sibuk mencari makanan tidak menyadari kedatangan dua orang pria yang langsung membungkam mulut Hanna dengan selembar kain yang telah diberi obat bius. Seketika dia tidak sadarkan diri. Kakek adalah komplotan penculik yang menyamar. Dua orang pria membopong tubuh Hanna masuk ke dalam mobil mereka dan  membawanya ke sebuah villa rahasia milik tempat penampungan para gadis pesanan pelanggan. Hanna digendong dan di letakkan di atas tempat tidur yang sangat bersih. Sebelum diserahkan kepada pelanggan para gadis  akan diperiksa terlebih dahulu.   “Dia sangat cantik dan seksi,” ucap penculik.   “Jangan sentuh! Kecuali kamu sudah siap mati.” Rekannya tertawa.   “Cepat keluar!” perintah penjaga pintu kamar. Dan para penculik keluar dari ruangan cukup mewah itu.   Hanna masih belum sadarkan diri ia tertidur lelap dalam kamar gelap yang terkunci. Dia berada pada kamar paling ujung. Kamar khusus korban baru, berbeda dengan gadis-gadis yang sudah sukarela menjual diri dan melayani para tamu. Hanna membuka matanya, ia hanya melihat cahaya remang-remang dari lampu tidur. Aroma menggoda dari pewangi ruangan begitu manis.     “Ah, pusing sekali.” Hanna berusaha menyesuaikan cahaya dengan matanya. Ia turun dari tempat tidur mencari sakelar lampu utama. Lampu menyala, kamar luas bernuansa merah romantis dengan taburan bunga mawar dan melati di tempat tidur dan lantai. Wanita itu memperhatikan sekeliling kamar yang sangat asing. Ia berusaha mengingat kejadian yang membawa ia berada di kamar ini.   "Aku diculik," pikir Hanna dan berusaha membuka pintu yang terkunci. Dia membuka semua gorden dan hanya ada kaca tebal hitam tertanam langsung pada dinding, tidak ada jendela sama sekali.     “Bagaimana aku lari dari kamar ini?” Hanna melihat ke atas. Sebagai arsitek ia dengan mudah mengetahui bentuk gedung dan berharap bisa menemukan jalan tikus pada lobang angin atau membongkar langit-langit kamar.   “Seseorang datang.” Hanna dapat mendengarkan langkah kaki menuju kamarnya.   " Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hanna dan menatap pintu dengan gagangnya yang mulai bergerak.   Seorang pria dengan tubuh tinggi atletis dengan topeng di wajah kemeja putih tidak tanpa kancing, menampilkan tubuh seksi dambaan setiap wanita. Andreas melihat Hanna berdiri di depan tempat tidur dengan rambut tergerai panjang sampai pinggangnya. Pakaian tidur cukup seksi menampilkan tubuh sempurna Hanna. Terlihat berbeda ketika dia bekerja dengan kemeja dan celana panjang serta rambut yang selalu diikat.   "Hanna.” Andreas terkejut sekaligus terpesona dan kagum pada wanita yang berdiri di depannya.   “Siapa kamu?” tanya Hanna menatap pada pria dengan wajah di tutupi topeng.   Andreas berjalan mendekati Hanna yang melangkah mundur hingga terduduk di tempat tidur. Pria itu  tidak bisa menahan diri. Dia tergoda bercampur marah ketika mengingat kebohongan dan penolakan Hanna  padanya. Tetapi kecantikan dan keseksian wanita yang ia sukai itu lebih membuat dirinya berhasrat dan menaiki hormone dalam tubuhnya.     Andreas mendorong tubuh Hanna hingga terbaring di atas kasur. Dia memegang tangan wanita itu. Mengunci kaki Hanna dengan kakinya dan melum*t bibir merah secara paksa.   “Mmm.” Hanna berusaha mengunci bibirnya dan menghindari setiap sentuhan Andreas. Pria itu menjelajahi wajah Hanna hingga lehernya yang terus meronta. Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya. Dia ketakutan. Melihat air mata Hanna Andreas menghentikan aktivitasnya. Ia melepaskan Hanna dan meninggalkan wanita itu sendirian di dalam kamar yang terkunci.     Hanna sangat ketakutan, Pria yang tidak ia kenal bahkan tidak tahu wajahnya dengan tubuh menggoda telah mencium paksa dirinya. Dia meringkuk di atas kasur dan menangis sendirian di dalam kamar. Ia tidak tahu siapa yang akan datang untuk menolongnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD