"Ke mana anak itu? Nggak pernah pulang. Pulang-pulang tengah malem, orangtuanya masih bangun nggak disapa, ngacir gitu aja. Sekarang semua udah pada siap sarapan, dia nggak nongol!" Lelaki berpakaian rapi itu mengoceh panjang lebar. "Sabar dong! Kal El belum bangun kayaknya. Semalem kayak capek gitu mukanya." Si Lelaki Cantik berambut sebahu menimpali sembari mengoles mentega pada rotinya. Satu-satunya wanita di sana. Wanita cantik dengan dandanan khas sosialita, di mana semua perabot dari ujung kepala hingga kaki, bernilai puluhan juta rupiah. Wanita itu tiba-tiba berdiri dari duduknya. Jika saja sang Suami--Dokter Hengki--tak menegur, ia pasti sudah berlalu. "Mau ke mana kamu?" tanya Dokter itu dengan nada ketus. "Ke kamar Kal El." "Harusnya kamu bi

