Jaksa menegakkan hukum di ruang sidang, jurnalis menegakkan nurani di ruang publik. Dua jalan berbeda, tapi sama-sama menuju satu: keadilan yang tak boleh dibungkam." - Mahardika Matahari Saputra Telepon di tangan Ghea bergetar hebat. Kata-kata terakhir dari penelepon anonim itu menusuk seperti belati: "Mahardika tidak akan pulang kali ini." Ia menggenggam erat ponselnya dengan gemetar geram, wajahnya pucat pasi. Sejak awal ia sudah menduga ancaman itu akan datang lagi, tapi mendengar nama Mahardika disebut langsung membuat seluruh tubuhnya berguncang dengan debar hati yang berlari kencang. Dengan cepat ia melangkah ke ruang kerjanya, menutup pintu, lalu bersandar di kursi. Nafasnya memburu. Hatinya ingin sekali segera menelepon Mahardika, namun ia tahu itu justru bisa memperlihatkan

