Harus Waspada

1584 Words
Kini mereka sudah berada di sebuah ruangan. Rose Li tampak menyapukan pandangannya ke segala arah. Rupanya dekorasi rumah ini masih sama seperti dulu. Hanya saja sudah tak ada foto keluarga yang menyimpan wajah mama dan wajah gadis itu. Seketika Rose Li merasa hatinya meradang. Semudah itu papa melupakan dirinya dan mamanya hanya demi wanita ular seperti Alexa. Tangan gadis itu pun mengepal. Menggenggam amarah yang begitu besar. Tapi Rose Li berusaha meredamnya agar bisa berpikir jernih. Tak akan ada keberhasilan yang lahir dari pikiran yang terkontaminasi oleh amarah. Gadis itu terus melangkahkan kaki. Mengikuti langkah Papa menuju ruang kerjanya. Hingga akhirnya mereka sampai di ruangan penuh buku dan dokumen. Di saat Papa Dirham menghentikan langkahnya, Rose Li menoleh ke arah pintu di mana Mommy Alexa dan Celine ikut masuk ke dalam ruangan. “Apa perlu mereka hadir di sini?” Tanya gadis itu dengan angkuh sambil menunjuk mereka dengan dagu. Papa pun menoleh ke arah pintu di mana Mommy Alexa dan Celine berdiri. “Kalian keluar lah. Biarkan Daddy bicara dengan Mawar,” ucap Papa. Hati nya benar-benar meradang. Pria b******k ini mengganti panggilannya dengan sebutan Daddy agar serasi dengan panggilan ibu tiri nya. Tapi Rose Li cukup puas melihat wajah kesal Mommy Alexa dan Celine yang di usir. Gadis itu pun tersenyum sinis ke arah mereka. Membuat mereka membalas tatapannya dengan kesal dan Rose Li melemparkan senyum yang dia yakin semakin membuat mereka memanas. Dan kini Rose Li mendengar suara pintu yang dibanting. "Bagus, aku sudah memainkan emosi mereka," ungkap Rose Li dalam hatinya. “Ke mana saja kau selama ini?” Tanya Papa membuat putrinya menoleh. Menatap netra biru yang sama seperti milik nya. “Memangnya kau peduli? Aku pikir kau senang, putri yang tak kau ingin kan ini menghilang,” ucap Rose Li membuat wajah Papanya memerah karena amarah. Sayangnya Rose Li benar-benar tak peduli pada perasaan pria itu. Karena papanya pun tak pernah peduli pada perasaan gadis itu. “Kau!!!” Tegas Papa mengangkat tangannya hendak menampar wajahku. Membuat Rose Li melihat tangan itu hanya mengambang di udara. Mungkin dia sengaja menahannya. “Simpan saja tenaga anda. Saya rasa anda sudah cukup tua dan tak mungkin bisa melawan aku yang masih muda,” ucap gadis itu santai. Dan kini Rose Li justru malah berjalan ke arah sofa dan duduk di sana dengan anggun. “Sini duduk, Pa. Kita ngobrol. Aku yakin Papa kangen kan ngobrol sama aku,” ucap gadis itu seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dia hanya ingin menunjukkan bahwa sosok Rose Li di hadapannya adalah Mawar yang tangguh. Bukan Mawar lemah yang selalu menuruti kemauannya. Ya... Gadis itu sudah berubah. Jiwa seorang Mawar sudah dikubur hidup-hidup. Dan terlahir menjadi Rose Li yang tangguh. “Ke mana saja kau selama ini?” Tanya Papa mengulang pertanyaannya kembali. Pria itu rupanya sangat penasaran ke mana saja dirinya pergi hingga kembali dalam sosok yang berbeda. “Ke luar negeri. Kan Papa yang membuang ku ke sana. Papa lupa ya?” Ucap Rose Li santai. Kini gadis itu melihat wajah papanya semakin memerah. Bahkan tangannya mengepal kuat. Rose Li sengaja mempermainkan emosi Papanya. “Seharusnya kau memeluk putrimu yang baru kembali ini, Pa. Memangnya kau tidak rindu?” Tanya Rose Li dengan nada mengejek. “Mawar!!! Jangan bermain-main seperti ini!!!” Tegas Papa membuat gadis itu terkekeh. “Aku tidak main-main. Aku serius, Pa. Aku pikir Papa rindu sama aku. Ternyata tidak ya. Duh kasihan sekali aku ini,” ucap Rose Li kembali mengejek. “Mawar!!!” Papa benar-benar marah pada putrinya. Dan sayangnya Rose Li tak peduli. Dia memang sengaja mempermainkan hati papanya, seperti Sang papa mempermainkan perasaan nya dulu. “Oke. Sepertinya aku belum memperkenalkan nama baru ku secara resmi. Perkenalkan namaku Roseline. Panggil aku Rose,” ucap Rose Li santai. Papa pun menggeram kesal. “Di mana Mama?” Tanya Rose Li membuat Papa sedikit tersentak. Gadis itu melihat keterkejutan di wajah papanya yang dingin. Rose Li yakin pria ini menyembunyikan Mama di suatu tempat. “Papa tidak tahu,” ucap Papa berusaha tenang. “Oh ya? Apa Papa yakin?” “Apa maksudmu berbicara seperti itu?” “Tidak ada maksud apa pun. Hanya ingin memastikan memang Papa tidak tahu di mana Mama. Apa mungkin Mommy Alexa yang tahu di mana Mama? Atau mungkin dia menyekap Mama,” ucap gadis itu terlihat memainkan kukunya yang dihias indah. Rose Li sengaja tak menatap wajah papanya yang penuh kebohongan. Rose Li menyadari itu. Karena dia bisa melihat dari gerak-gerik papanya. Tubuh pria itu tak akan bisa berbohong walau bibirnya berdusta. Sungguh Rose Li sudah khatam tentang ilmu psikologi. Jadi tak mudah membohonginya. “Jaga bicaramu!” Tegas Papa mulai meningkatkan nada bicaranya. Hal itu tentu saja membuat Rose Li benar-benar tak menyangka Papa bisa membentak putri kandungnya hanya karena wanita ular itu. “Oke. Aku akan pastikan Papa menyesal telah membuang mutiara demi sebongkah batu kali tak berguna,” ucap Rose Li. “Mawar!!!” Teriak Papa benar-benar membakar gendang telinganya. “Dan aku rasa aku sangat lelah. Perjalanan naik pesawat lelah lho, Pa. Aku mau kembali ke kamarku ya,” ucap gadis itu santai sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Sikap yang sangat tidak sopan. Tapi sayangnya Rose Li benar-benar sudah tak peduli. Gadis itu pun segera melangkahkan kakinya menuju pintu. Dan kali ini ucapan Papa benar-benar membuat hatinya kembali meradang. “Kau tanyakan pada Bibi di mana kamar baru mu. Karena kamar mu sudah menjadi milik Celine.” Sungguh saat ini Rose Li hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia begitu marah. Celine benar-benar sudah merebut semuanya. “Oke.” Ucap gadis itu santai. Kemudian hendak keluar dari ruangan Papa. Namun langkahnya berhenti dan kembali menoleh ke belakang. “Sekali lagi aku sampaikan. Namaku Rose Li. Bukan Mawar. Dia sudah mati,” ucap gadis itu, kemudian keluar dari ruangan papa. Kali ini Rose Li benar-benar tak berniat menghubungi Bibi untuk bertanya di mana kamar barunya. Dia akan kembali untuk merebut semua hak yang seharusnya dimiliki. Termasuk hal kecil seperti kepemilikan sebuah kamar. Dengan langkah mantap gadis itu bergerak cepat menuju kamar yang sudah lebih dari 4 tahun tak pernah dia singgahi. Hatinya benar-benar nyeri membayangkan Celine menikmati semua yang seharusnya adalah miliknya. Dengan kasar Rose Li membuka pintu kamarnya. Dan dia melihat Celine tampak asyik berbaring sambil bermain handphone. “Sepertinya waktumu sudah habis di kamar ini, Nona. Karena pemilik kamar yang sesungguhnya sudah kembali,” ucap Rose Li membuat Celine segera bangkit. Wajah gadis itu memerah karena amarah. Dia pun berteriak. “Hei!!! Ini kamar ku. Kamar seorang tuan putri. Sedangkan kau layak untuk tidur di kamar pembantu,” ucap Celine tertawa. Tawanya membuat Rose Li tersenyum sinis. Membiarkan dia tertawa. Karena sebentar lagi dia akan menangis. Rose Li benar-benar bersumpah. Dia akan mengembalikan kebahagiaan yang seharusnya miliknya bersama mama. Bukan seorang selir seperti Alexa dan putrinya Celine. “Pergi kau dari sini!!! Atau aku akan bilang Papa supaya kau diusir seperti mama mu,” tegas Celine. “Ugggh aku takut,” ucap Rose Li dengan nada sinis. Selanjutnya gadis itu menarik jepit rambut cantik yang menghiasi rambut hitamnya. Menekan tombol rahasia hingga jepit rambut itu menunjukkan sisi tajamnya. Kemudian dengan terlatih Rose Li melemparkan kunai ke arah Celine. Srrrraaaakkkk… Kunai itu meluncur cepat tepat di sisi wajah Celine. Membuat tawanya segera terhenti. Gadis itu terhenyak sebelum akhirnya menoleh ke belakang di mana kunai menancap kuat di kepala ranjang. “Aku bisa saja melempar kunai itu tepat di wajah mu. Sayangnya aku masih punya hati. Sekarang kau pilih pergi dari tempat ini secara terhormat atau aku akan merusak wajah cantik yang kau banggakan itu, Nona?” Ucap Rose Li terdengar mengintimidasi. Dan kini Rose Li bisa melihat Celine gemetar ketakutan. “Kau…” Celine benar-benar kehilangan kata-kata. Bibir merah yang dulu begitu mudah menghinanya, kini tak berani mengucapkan kata. Rose Li pun melangkahkan kaki demi mengikis jarak di antara mereka. Kemudian mencondongkan tubuh ke arah Celine yang tampak gemetar ketakutan. “Aku akan bilang ke Daddy. Kau akan diusir lagi,” ucap lCeline mengancam. Sayangnya hal itu tak membuat Rose Li takut. Gadis itu justru malah kembali menarik jepit rambut yang tersisa di kepalanya dan kembali menekan tombol rahasia di jepit rambut itu tepat di depan mata Celine. Srrriiiinggggg… Seketika sisi tajam kembali muncul. Sebuah kunai dengan ujung yang mengilat membuat mata Celine terbelalak. Tubuh gadis itu gemetar. “Apa mau mu?” Tanya gadis itu bergerak mundur di ranjang. “Cuma satu. Pergi dari kamarku dan jangan mengadu pada Papa. Atau aku tidak segan-segan merusak wajah mu dengan ini,” ucap Rose Li mengancam. Gadis itu dengan sengaja melepas jepit rambutnya dan menekan tombol rahasia hingga jepit rambut cantik berhiaskan mutiara itu mengeluarkan sisi tajam seperti pisau. Seketika Rose Li merasa puas saat melihat Celine kembali gemetar ketakutan. “Oke. Aku pergi. Jauhkan benda itu dariku,” ucap Celine ketakutan. Rose Li pun kembali menekan tombol dan kunai itu kembali terpendam dalam cantiknya jepit rambut bertabur mutiara. Lalu kembali mengenakan jepit cantik itu untuk menghias rambut hitamnya. “Silahkan pergi dari kamarku,” ucap Rose Li tegas. “Aku butuh waktu untuk memindahkan semua barang-barang ku,” ucap Celine beralasan. “Nanti biar Bibi yang mengurus semuanya. Kau pergi sekarang,” ucap Rose Li membuat Celine segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar yang seharusnya memang milik Rose Li. Gadis itu pun bernapas lega saat mendengar pintu yang tertutup. Itu artinya Celine sudah meninggalkan kamar ini. Rose Li menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia yakin, Alexa dan Celine tak akan tinggal diam. Dan selanjutnya dia harus lebih waspada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD