Bab 3 Istriku.

1036 Words
Nampak Aksa mengusap kedua matanya dengan tangan bergantian. Sembari salah satu tangannya mengusap-usap kasar rambutnya yang sudah sedikit mengering saat itu. Lelaki itu pun merebahkan tubuhnya kembali ke sofa yang tadi ia tempati. Namun saat itu Aksa tidak menyadari jika Kyara tengah melihat aksinya dari balik pintu kamar yang terbuka disana. Nampak Kyara menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya begitu saja. Lalu berbalik dan berjalan menuju ke ranjang kembali. "Apa kisah cintaku dan Mas Aksa se dalam itu? apa sih yang membuat Mas Aksa nampak sedih ketika aku bertanya kenapa dan apa padanya?" ucap Kyara dalam hatinya saat itu. Hingga waktu malam pun tiba. Hujan pun turun, hujan lebat di.tambah petir yang menggelegar diluar rumah. Kyara meringkuk diatas ranjangnya dengan selimut tebal yang menutup seluruh tubuhnya. "Duar!" gelegar petir menyambar begitu keras membuat Kyara terbangun. Gadis itu lalu menatap guling yang ada di sampingnya. Ranjang itu kosong tanpa lelaki yang berstatus suaminya ada disana. Dan pemandangan itu sudah berlangsung selama satu minggu lamanya. Namun Kyara tidak pernah bisa untuk bertanya pada sang suami. Meski Kyara sering melihat suaminya setiap bangun pagi selalu mengurut punggungnya sendiri dengan sandaran kursi yang ada di ruang makan. Tetap saja. Aneh menurut kyara pemandangan itu. Dimana ia mengira kisah cintanya dengan Aksa adalah kisah cinta yang kuat. Membuat Aksa tidak menghiraukan Ibunya yang menentang hubungannya. Namun Aksa tidak pernah menyentuhnya sedikit pun. Bahkan lelaki itu memilih untuk tidur di sofa ruang keluarga. Atau sofa ruang kamarnya. Daripada harus berbaring disamping Kyara. "Sebenrnya hubungan apa sih antara aku dan Mas Aksa?" ucap Kyara dengan gerutunya. Lalu ia pun teringat akan Aksa yang ada di sofa ruang tamu. "Astaga Mas Aksa! pasti dia kedinginan?" ucap Kyara kemudian. Lalu gadis itu pun segera menyibak selimut yang ia kenakan dan turun dari atas ranjang. Kyara lalu berjalan keluar dari kamarnya dan menuju ke sofa. Nampak lelaki itu meringkuk disana. Kyara pun segera masuk kembali kedlam kamar untuk mengambil selimut yang ada diatas ranjang. Gadis itu membawa selimutnya menuju kearah ruang tamu lagi dan menyelimuti Aksa disana. "Duar!" lagi-lagi petir menyambar dengan suara yang sangat kencang. Membuat Kyara sedikit ketakutan saat itu. Ditambah lampu yang bersamaan padam disana. Kyara yang takut hanya bisa terduduk begitu saja di lantai. Tepat di depan Aksa yang tengah berbaring miring di sofa. Dan akhirnya gadis itu pun ketiduran disan. Hingga subuh menjelang. Aksa terbangun setiap harinya. Lelaki itu selalu bangun awal. Ia begitu terkejut ketika ia membuka mata, nampak wajah Kyara ada tepat di depan wajahnya. Namun Aksa tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bangun begitu saja. Dan.ia dapati selimut yang saat itu tengah menyelimuti tubuhnya. Aksa bangun dengan perlahan dan menyibak selimut itu. Ia lalu menyelimuti tubuh Kyara disana. Namun tidak membangunkannya. "Kasihan sekali kamu." Lagi-lagi ucap Aksa dengan tarikan nafas dalam dan segera menghembuskannya. Karena suara hembusan nafas hangat yang menerpa wajahnya itu Kyara terbangun. Gadis itu membuka matanya disana. "Mas Aksa, sudah bangun?" ucap Kyara kemudian yang membuat Aksa sedikit mundur dari tempatnya. "Ini masih terlalu pagi, kamu pindah ke kamar deh, tidur lagi..." ucap Aksa kemudian. Yang lalu membut gadis itu patuh segera. Kyara pun terbangun dari tempatnya dibantu Aksa berdiri. Namun saat itu Kyara merasa pusing dan hampir jatuh. Aksa pun segera dengan tanggap menangkapnya. "Ada apa? kenapa? kamu pusing? bukankah belum waktunya untuk periksa ke Rumah sakit lagi?" tanya Aksa kemudian. Karena lelaki itu ingat jika baru kemarin ia mengantarkan Kyara kontrol ke rumah sakit. "Mungkin karena aku tidur di lantai Mas, makanya aku pusing. Yaudah kalau begitu aku tidur di kamar lagi ya Mas?" ucap Kyara pada suaminya. Aksa pun melepas pegangan tangannya dari tubuh Kyara dan membiarkan gadis itu pergi dari sisinya. "Apa lagi ya Tuhan?" ucap Aksa dengan perasaan iba disana. Memgingat gadis itu sudah sebatang kara dan hanya memiliki Yoga sebagai pelindungnya dan saat itu Yoga pun sudah pergi meninggalkan Kyara sendirian. Kini Kyara hanya memiliki Aksa saja di hidupnya. Lelaki asing yang tiba-tiba menjadi suaminya. Menggantikan Yoga dalam hari-harinya. "Akh... aku tidak tahu lagi harus bagaimana bersikap layaknya suami istri. Apa aku bisa? sedangkan memegang tangannya saja aku belum pernah. Apa lagi sampai memeluk atau melakukan hal lain layaknya pasangan suami istri." Ucap dalam hati Aksa saat itu. "Akh... Aksa... kamu sebagai lelaki yang mengemban amanat. Tolong lebih giat lagi lah... jangan plonga-plongo aja kamu lihat istri cantik begitu. Akh sudah lah, memang sejak awal dia adalah istri sahabat aku. Mau disuruh dekat apa ya bisa?" ucap Aksa lagi. Yang lalu berjalan masuk menuju ke kamar mandi. Hingga beberapa saat, akhirnya Aksa pun keluar dari kamar mandi. Sebelum ia joging keluar rumah, Aksa memastika jika alat anti nyamuk yang berada di kamar Kyara berfungsi. Barulah lelaki itu keluar dari kamar dan pergi untuk joging. Aktifitas biasanya yang ia lakukan jika di rumah. Ia tidak sempat berolahraga atau pergi ke Gym. Yang ia bisa lakukan hanya meluangkan waktu sebentar untuk berlari kecil keliling area sekitar rumahnya. Dan ketika ia joging pulang. Di jalan ia jumpai abang penjual bubur ayam. Aksa pun berinisiatif untuk membeli bubur itu dan dibawanya pulang untuk di nikmati bersama dengan Kyara. Nampak penjual bubur ayan dengan gerobak bersepeda itu tengah di kerumuni oleh ibu-ibu yang kembawa balita kecil. Aksa pun turut mengantri disana. Kebetulan saat itu ada tiga ibu-ibu yang lebih dahulu dari Aksa. "Wah Mas Aksa tumben kelihatan di rumah? lagi libur ya Mas?" ucap salah satu ibu yang bertanya pada Aksa. Karena biasanya Aksa tinggal dengan orang tuanya. Karena rumah Ibu dan Ayah Aksa lebih dekat dengan kantornya. "Iya Bu..." jawab aksa singkat. "Yaudah bang, itu Mas Aksa duluin..." ucap salah satu ibu disana. "Oke Bu, Mas Aksa berapa ini?" tanya abang penjual bubur yang bertanya. "Dua bang..." ucap Aksa kemudian. "Wah, Mas Aksa ini kuat makan ya? hebat! anak muda harusnya gitu..." ucap salah seorang ibu yang menimpali. "Ouh bukan begitu Bu, satu lagi untuk orang rumah, Aksa nggak kuat makan dua porsi bubur." Sahut Aksa. "Orang rumah? Mas Aksa tinggal sama siapa? Ibunya?" tanya salah seorang lagi. "Bukan, tapi Istri Bu..." ucap Aksa yang lalu mengambil buburnya yang sudah jadi. Lelaki itu akan berpamitan pergi. Namun salah seorang ibu masih menghadangnya dengan pertanyaan. "Mas Aksa sudah punya istri?" tanya ibu itu. "Iya Bu... sudah... yaudah kalau begitu semua, saya balik dulu." Ucap Aksa berpamitan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD