Yuka merasa gelisah, perasaannya juga tak enak. Sejak Aron pergi, Aron tak memberinya kabar apakah dia selamat sampai tujuan atau tidak. Yuka khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada suaminya. "Memangnya berapa jam perjalanan Jakarta ke sana," gerutu Yuka. "Sabar, ya, Nak. Pasti kamu sangat merindukan Papamu." Yuka mengusap perutnya yang masih rata dengan lembut. Membayangkan ada janin yang sedang berkembang di perutnya membuat hati Yuka lebih tenang. Yuka meminta supir pribadi Ashraf untuk mengantarnya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Yuka memeriksakan kehamilannya ke ruang oby-gyn. "Dengan Nyonya Yuka Khairunnisa?" tanya seorang Dokter wanita bernama Sonya. "Iya, Dok." Yuka menjawab pertanyaan wanita yang duduk di hadapannya. Di tengah-tengah mereka terdapat meja ya

