Catatan 58

1501 Words
“Apa kau ingat kejadian kemarin?” Jacob memberikan gelas berisi air lemon yang telah ia minum padaku, lalu aku letakkan ke atas meja. “Saat kau melepaskan tangan Aron, lalu kau tiba-tiba berjalan masuk ke dalam bar seperti orang kerasukan. Apa yang sebenarnya terjadi, Madame?” tanya Jacob sambil menatapku. Aku mengalihkan pandangan dari Jacob, menyadari jika awal dari tragedi kemarin adalah karena kesalahanku. “Beberapa saat yang lalu, ada tragedi berdarah di bar tersebut yang melibatkanku. Maka dari itu aku terkejut ketika melihat Bounti Bar masih berdiri dan ramai. Kejadian berdarah itu merenggut nyawa seorang agen dari Divisi Assassin The Barista, yang lagi-lagi terjadi karena kecerobohanku sendiri.” Aku hanya menunduk, tidak sanggup melihat ke arah Jacob karena aku juga sadar jika kejadian yang menimpa Jacob karena aku kurang berhati-hati dalam bertindak. “Ini adalah sifat buruk yang aku juga belum dapat mengubahnya darimu. Kau terlalu tergesa-gesa dalam berpikir dan bertindak, Madame. Kau juga terlalu mudah terpengaruh ucapan orang lain,” ujar Jacob. “Benarkah aku mudah terpengaruh? Aku rasa tidak,” jawabku membela diri. “Kau mungkin tidak sadar, tapi itulah dirimu. Kau harus belajar untuk mengendalikan diri lebih baik dari ini jika tidak ingin jatuh korban lebih banyak lagi.” Jacob menatapku dengan sorot mata penuh rasa belas kasihan. Pria ini masih peduli dengan sifat ceroboh yang aku miliki dan mungkin kemarin ia juga berkorban, ingin menunjukkan akibat dari kecerobohanku secara langsung. “Hahhh… baiklah, aku akan menceritakan sesuatu padamu. Sebuah kisah yang…” Jacob mengangkat tangan kanannya ke atas seakan menggambar pelangi di udara sambil tersenyum mengejekku. “Omong kosong, Jacob!” gerutuku sambil memutar bola mata kesal. Jacob hanya terkekeh, satu detik kemudian suasana kembali menjadi serius ketika Jacob mulai membuka suara tentang kejadian kemarin. Ketika aku melepaskan pengawasanku terhadap Aron saat terpaku dengan suasana di Bounti Bar, jacob segera mengambil alih untuk mengawasi Aron. Jacob dan Aron duduk di salah satu kursi Bounti Bar, kemudian Jacob meminta Aron untuk menghubungi orang yang ia sebut sebagai pembunuh Sheera. Aron tersenyum sinis pada Jacob, kemudian menghubungi seseorang menggunakan bahasa yang tidak Jacob mengerti. Tidak lama setelah itu, seorang lelaki dengan ciri-ciri fisik yang mirip dengan Aron, sama-sama memiliki perut buncit, datang seorang diri ke Bounti Bar lalu bergabung dengan meja Aron dan Jacob. Saat melihat kedatangan pria itu, Jacob sebenarnya sudah sangat marah, namun ia masih mencoba menahan emosinya dan berusaha bersikap selembut mungkin. Saat itu tanpa basa basi Jacob bertanya, “kau yang menginap di kamar 105 tiga hari yang lalu?” Pria itu menjawab dengan tanpa dosa, “ya, kenapa?” Seakan tidak memiliki rasa bersalah sama sekali, pria itu sangat ringan menjawab pertanyaan Jacob. Jacob hanya menarik nafas panjang perlahan untuk menenangkan diri. “Kau ingin membuat keributan di sini agar ada orang yang melerai dan kau menjadi pahlawan? Cih, cara yang kau gunakan pengecut sekali!” Pria itu semakin merendahkan Jacob. Jacob hanya membalas ucapan pria itu dengan tatapan dingin, lalu membuang muka. Membuat pria itu semakin senang merendahkannya. “Hei, Aron, kau dihajar oleh orang seperti ini? Lucu sekali!” ledek pria itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Jacob di saat yang bersamaan menoleh ke arah Aron. “Bagaimana lagi? Aku berada di tempat umum dan tidak memiliki kesempatan membalas, aku terpaksa pasrah saat itu!” Jacob merasa semakin geram, rupanya ia sedang benar-benar diremehkan saat ini. Mendengar cerita itu, aku sangat yakin jika dua orang yang berhadapan dengan Jacob sama sekali tidak mengenal seberapa mengerikan sosok asli dari pria itu, “Kau ingin menghajarku di tempat sepi? Silakan!” tantang Jacob. Satu detik kemudian mereka bertiga bangkit dan meninggalkan Bounti Bar. Sebelum pergi, Jacob sempat melihat ke arahku yang tengah mengobrol dengan Alex. Karena Jacob merasa aku tidak asing dengan Bounti Bar, maka Jacob mengabaikanku karena takut jika ia mengganggu waktuku. Selain itu, memang benar jika Jacob tidak ingin aku ikut bertarung di sampingnya. Padahal waktu aku kecil, Jacob lah yang melatihku ilmu bela diri. Aron dan seorang pria yang lain membawa Jacob pergi ke sebuah gang sempit dan buntu yang berada di antara dua bangunan yang tidak jauh dari Bounti Bar. Sialnya, lima orang pria tengah menunggunya lengkap dengan senjata tajam dan tumpul yang mereka pegang. Jacob menghela nafas kesal dan memutar bola mata, ia sudah menduga jika dua orang yang membawanya sebenarnya adalah orang-orang yang pengecut. Terdapat sebuah kursi kayu sederhana yang sudah disiapkan oleh sekelompok orang tersebut. Dengan santai Aron melangkahkan kaki dan duduk di kursi itu. Saat itu sebenarnya Jacob dapat melarikan diri dari kepungan beberapa orang itu, mengingat tujuh orang yang berhadapan dengan Jacob, berkumpul di ujung gang sementara bagian belakang Jacob tidak dijaga oleh siapapun. Namun bukan Jacob namanya jika melarikan diri. Bukannya menghindari pertarungan, Jacob justru membuka beberapa kancing bajunya dan memberikan isyarat tangan agar orang-orang yang ada di depannya maju. “Rupanya kita bertemu dengan seorang pahlawan, Anak-anak. Majulah!” perintah Aron kepada orang di sampingnya. Satu orang bersenjata tumpul dan satu orang bersenjata tajam maju menyerang Jacob bersamaan. Dua orang yang maju ternyata hanya petarung jalanan yang tidak memiliki dasar beladiri sama sekali. Mereka mengayunkan senjatanya secara asal dan Jacob dengan mudah menghindari serangan mereka. Bahkan Jacob dengan santainya mampu menendang orang yang menggunakan senjata tumpul hingga terpental dan senjata yang ia pegang terlepas dari tangannya. Rekannya yang menggunakan senjata tajam tidak dapat menerima jika rekannya kalah. Ia terus saja mengayunkan senjatanya secara asal tanpa mampu menggores baju Jacob. Lagi, dengan mudah Jacob merebut senjata tersebut dan memukul lawannya menggunakan sisi tumpul dari senjata tajam yang dibawanya hingga lawannya tersungkur tak berdaya. Tersisa lima orang lagi di belakang yang belum maju melawan Jacob. Jacob maju perlahan ke arah orang pertama yang ia jatuhkan, mengangkat kerah baju orang itu dan menatapnya tajam. "Kau orang yang membunuh Sheera?" Dalam keadaan ini, Jacob sama sekali tidak dapat berpikir jernih. Seharusnya ia tahu, jika orang yang membunuh Sheera adalah salah satu dari orang-orang yang menemuinya di Bounti Bar, namun pikiran buntu Jacob membuatnya hanya mengikuti insting liar dalam kepalanya. Jelas saja orang yang berasa di dalam cengkraman Jacob langsung menggeleng ketakutan, ia sudah jatuh ke dalam intimidasi pria yang memiliki tatapan membunuh itu. Lalu tanpa Jacob sadari, orang yang awalnya tidak tersungkur di belakang, tiba-tiba bangkit lalu mengambil senjata tumpul yang terjatuh dan memukul bagian belakang kepala Jacob. Seketika Jacob terjatuh, ia berusaha keras mempertahankan kesadarannya. Kepalanya pening, dunia terasa berputar-putar, banyak bintang yang ia lihat di sekeliling matanya. Pandangannya mulai kabur dan buram, Jacob berusaha bangkit namun langkahnya tertatih. Orang-orang di sekeliling Aron tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera berlari mengeroyok Jacob. Dengan sekuat tenaga Jacob berusaha menghalau dan menghindari serangan-serangan yang datang sambil berusaha memperjelas penglihatannya. Namun sayang, lima orang yang maju melawan Jacob berhasil memberikan pukulan senjata tumpul dan sayatan senjata tajam meski Jacob sudah bersusah payah menangkisnya. Satu tendangan dari Aron tepat di bagian perut Jacob berhasil membuatnya terpelanting ke belakang. Tendangan yang cukup keras membuat perut Jacob mual. Dalam keadaan berbaring, Jacob tidak bergerak sama sekali, mengambil kesempatan itu untuk memulihkan mata dan kepalanya yang masih pusing. Aron dan bawahannya maju perlahan mendekati Jacob. Mereka mengira Jacob sudah kalah di sini. Beberapa detik Jacob dibiarkan terbaring di atas lantai semen, membuat penglihatan Jacob yang buram berangsur mulai pulih. Jacob mulai mengatur nafas, detak jantungnya sudah berdebar tidak dapat dikendalikan lagi. Adrenalin yang mulai tinggi membuat Jacob dengan mudah mengembalikan fokus di kepalanya. Jacob terus memejamkan mata sambil mengatur nafas, namun ia membuka telinga lebar-lebar, mengamati orang yang mendekat ke arahnya. Ledakan adrenalin membuat rasa sakit yang ada di tubuhnya hilang seperti terkena anestesi, pria ini menunggu saat yang tepat untuk membalas serangan. Jacob mendengar langkah kaki yang paling dekat darinya berada di sebelah kiri. Dengan sigap ia membuka mata, kemudian bangkit dari posisi berbaring dan menendang orang tersebut tepat di area pribadinya hingga membuatnya menjatuhkan senjata dan terpelanting ke belakang. Sayangnya senjata yang jatuh adalah senjata tumpul, namun Jacob merasa itu lebih baik daripada tidak bersenjata sama sekali. Jacob segera mengambil senjata yang jatuh lalu memainkan senjata itu di tangannya. Enam orang yang lain segera mundur, tidak ingin terkena pukulan telak dari Jacob. Jacob menatap mereka dengan tajam dan dingin. Satu orang yang terpelanting mencoba bangkit sambil menahan sakit. Jacob ganti menatap pria itu dengan dingin, lalu mendekati pria itu perlahan. Pria itu ketakutan, ia menyeret mundur badannya yang masih duduk di lantai karena ketakutan dan ia meminta ampun pada Jacob. Jacob hanya tersenyum tipis, lalu ia memukul berkali-kali orang itu tepat di bagian kepalanya. Tongkat besi yang semula berwarna hitam, kini mulai berubah warna menjadi merah akibat darah dari orang yang dipukuli Jacob mulai mengalir dari kepalanya. Enam orang yang lain tidak ada yang berani untuk membantu rekannya yang sudah hampir meregang nyawa. Mereka memilih mundur teratur karena ketakutan. Setelah orang yang ia pukuli tidak bergerak lagi, Jacob membuang senjatanya dan berdiri. Tindakan bod*h yang dilakukan oleh Aron beserta bawahannya adalah, mereka mundur lebih dalam ke gang buntu. Hal itu justru mempermudah Jacob untuk menghajar mereka. Namun kali ini Jacob tidak bersenjata, Aron dan bawahannya pasti berpikir dapat mengalahkan Jacob.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD