Catatan 33

1822 Words
Sekarang penyelidikan yang aku lakukan sudah memasuki babak baru di mana aku telah berhasil masuk ke dalam Hook secara langsung. Firasatku mengatakan jika waktu yang aku butuhkan untuk dapat bertemu gadis bermata terang itu masih sangat lama dan sekarang aku harus fokus untuk dapat masuk lebih dalam di organisasi ini. Rapat yang Hook lakukan bersama tiga orang kemarin mengindikasikan jika mereka tengah kekurangan "suku cadang" dan aku mengasumsikan bahwa mereka kekurangan organ tubuh untuk dijual. Istilah "pegawai di atas" dapat bermakna bahwa hal itu berkaitan dengan kecelakaan kerja pegawai migran yang berasal dari daerah utara yang sering terjadi di Atlantic Harvest namun selalu luput dari perhatian. Sejujurnya ketika mendengar kalimat itu dari mereka, di mana orang-orang Hook mengatakan hal itu seakan tanpa dosa, membuatku merasa sedikit kesal. "Berarti mereka adalah orang yang sudah sangat lama bermain dengan nyawa manusia hingga tidak merasa bersalah sama sekali," pikirku saat itu. Namun aku harus tetap menyembunyikan kekesalanku daripada penyamaranku terbongkar. Ah benar, aku hampir lupa mengatakan sesuatu yang menarik. Ketika tiga orang "tamu" Zayn tidak lagi berada di ruang bawah tanah Atlantic Harvest, Zayn langsung tertawa dengan keras hingga membuat Alea yang berdiri di sampingnya tersentak. Ia berkata, "Alea, lihatlah apa yang diperbuat oleh Nona Lilia. Perempuan ini…" Zayn mengacungkan jarinya kepadaku sambil terus tertawa, "perempuan ini mempermainkan orang penting di organisasi ini yang bahkan aku tidak berani macam-macam dengan orang itu! Kau benar-benar menarik, Lilia, jangan sampai kau justru memiliki nasib yang kurang beruntung nantinya!" Seketika pikiranku langsung melayang jauh kepada kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi kepadaku. "Apakah aku akan diculik? Diperk*sa? Ah sial… sepertinya aku melakukan kesalahan cukup fatal di hari perkenalan!" Aku menggerutu di dalam pikiranku, tetapi aku berusaha menyembunyikan emosiku dan menjaganya hanya berada di dalam kepala. Aku tidak ingin merusak citra di hari pertamaku. Zayn terus saja tertawa terbahak-bahak, sedangkan Alea menatapku dari atas ke bawah sembari menahan senyum. Sebenarnya Alea menyembunyikan kegembiraannya terhadap kesalahanku dengan baik, hanya saja mungkin aku terlalu peka sehingga dapat menangkap senyum satir yang terukir di matanya. Tapi apa yang mereka tertawakan memang tidak salah, pria yang kuhancurkan masa depannya memang pulang dengan tertatih menahan sakit. Aku tidak tahu, apakah masa depan pria itu dapat diselamatkan atau tidak. Kembali ke hari ini di mana Aku dan dua orang anggota Hook harus pergi ke Kota Industri sesuai dengan instruksi Zayn kemarin demi mencari satu persatu korban untuk menunjang keberlangsungan keuangan anggota Hook. Sebenarnya aku sangat benci melakukan ini, lebih baik aku melakukan jual beli senjata atau narkoba karena menurutku lebih manusiawi daripada mengambil anak manusia yang tidak memiliki salah apapun terhadap kita. Ah, sejak kapan aku menjadi humanis seperti ini? Aku berangkat menuju Kota Industri menggunakan mobil SUV berwarna hitam keluaran pertengahan tahun 2000-an yang dikemudikan oleh seorang pria yang berusia sekitar 40 tahunan. Di antara tiga orang, memang hanya aku yang perempuan di sini. Aku sebenarnya tidak wajib mengikuti anggota Hook untuk mencari korban, tetapi aku yang menawarkan diri kepada mereka untuk terjun langsung ke lapangan bersama anggota Hook yang lain. Ah, lagi-lagi aku melupakan sesuatu. Maafkan aku, mungkin karena faktor umur yang sudah tidak muda lagi sehingga membuat ingatanku berceceran. Ada sedikit perdebatan kecil yang terjadi sebelum aku bergabung dengan anggota di lapangan di mana Zayn berusaha menahanku agar tidak ikut ke Kota Industri. “Lilia, sebaiknya kau tetap di sini dan membantu Alea dalam melobi klien-klien baru serta bernegosiasi dengan makelar. Itu adalah tugas utamamu di sini, jangan seenaknya mengambil pekerjaan orang lain.” Zayn menggunakan nada sedikit tinggi ketika aku menawarkan diri untuk ikut ke Kota Industi. Sebenarnya Zayn ingin menegaskan posisinya terhadapku, namun sayangnya bentakannya tidak membuatku bergeming. “Tenanglah, Tuan Zayn, aku hanya bosan jika terus ada di tempat ini! Lagi pula, aku tidak akan mengambil uang bagian dari anggota yang melakukan operasi di lapangan, aku hanya akan mengambil hakku ketika bertransaksi,” sanggahku. “Lilia! Kau adalah orang baru di sini, jangan bertindak sesuka hati! Hook sudah memiliki orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing! Jangan hanya karena berhasil melakukan beberapa transaksi kecil, kau berbuat semena-mena terhadap organisasi ini!” Alea ikut memberikan suaranya dengan sinis. “Ah lihatlah, selir kita satu ini sudah mulai omong besar rupanya, hahaha… selama ini aku hanya diam ketika kau menatapku dengan kebencian yang terpendam! Tetapi semakin ke sini, kau terlihat semakin membenciku ya, Alea?” Aku berkacak pinggang dan menatap Alea dengan tatapan merendahkan. “Kau...” Alea mengacungkan jarinya kepadaku, keningnya berkerut dan tampak ada urat yang mulai menonjol di dahinya. “Oops, maafkan aku, hahaha…” Aku mengangkat kedua tangan di depan Alea. Bukan bermaksud untuk menyerah, melainkan aku ingin sedikit merendahkan wanita jal*ng yang selama ini selalu menatapku curiga. “Sudahlah, Tuan Zayn, aku tidak akan mengacaukan rencanamu. Mungkin sekarang kau tidak akan suka melihatku seakan ikut campur terlalu dalam dengan urusan lapangan Hook. Namun ketika pulang dari Kota Industri, aku janji akan memberikan sesuatu yang menarik untukmu!” Tanpa menunggu Zayn menjawab kalimatku, aku segera berbalik menuju mobil yang akan digunakan menuju Kota Industri. Ketika sampai di garasi, aku melihat dua orang tengah bersiap-siap. Salah satu dari mereka tengah memeriksa kondisi mobil sementara satu lainnya tengah memasukkan sesuatu ke dalam tas ransel yang mereka bawa. Ada pisau, borgol, dan beberapa alat lain yang aku tidak dapat melihat dengan jelas. Saat mereka sedang sibuk bersiap-siap, aku hanya memantau dari jauh. Saat dua orang itu masuk ke dalam mobil dan terlihat akan berangkat, aku segera menghampiri mereka dan berkata, “hei, Tuan Zayn bilang untuk membawaku ikut serta dalam perjalanan.” Dua orang yang sedang berada di kursi depan saling pandang seakan tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan. “Sudahlah, kalian pasti mendengar rumor tentangku dari Tuan Zayn. Meski aku seorang wanita, tetapi aku tidak akan merepotkan kalian. Ayo jalan!” Tanpa menunggu mereka memberikan jawaban, aku segera masuk ke kursi belakang tanpa merasa bersalah. “Kenapa kalian hanya diam? Sudahlah, ayo jalan!” Aku kembali berseru kepada dua orang yang terlihat bingung di kursi depan. Aku mencium aroma rasa tidak percaya dari mereka, akhirnya aku memajukan tubuhku sehingga kini aku berada di tengah-tengah di antara kursi depan. Aku menoleh ke kanan dan kiri, memperhatikan raut wajah dua orang di depan yang seakan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. “Tenanglah, tampan. Aku dapat meyakinkan kalian bahwa aku tidak akan menjadi beban!” Ucapanku sama sekali tidak membuat dua orang ini bergeming. “Ah baiklah! Jika aku mengacau atau menjadi beban, kalian bebas membunuhku dan Zayn tidak akan menyalahkan kalian atas kematianku. Sekarang ayo jalan!” Dua orang di depanku hanya menghela nafas kesal, sepertinya cukup sulit mengambil kepercayaan dari para bawahan Zayn. Terbukti dari Alea yang hingga saat ini masih curiga, ditambah dua orang di depanku yang juga tidak percaya. Ternyata memang mengambil kepercayaan dari orang rendahan seperti mereka tidak mudah, aku semakin salut kepada Bianka yang dapat mengambil alih Arena seutuhnya dan bahkan menjadikan Arena yang dulu merupakan sarang penyamun menjadi markas mata-mata sipil miliknya. Anggota Hook di depan akhirnya dengan terpaksa menjalankan mobil ini meski di kepala mereka masih menyimpan rasa kesal terhadapku. Perjalanan ke Kota Industri memakan waktu empat jam melewati Pusat Kota hingga akhirnya tiba di kawasan dengan banyak gedung tinggi berjejer rapi mencakar langit. Dua orang di kursi depan benar-benar membuatku tidak dapat menikmati perjalanan kali ini. Berkali-kali secara bergantian mereka melirik ke belakang melalui kaca spion atas sehingga membuatku tidak nyaman. Mobil yang aku tumpangi berbelok ke salah satu gang kumuh yang terlihat berbanding terbalik dengan kawasan Kota Industri secara umum. Sama seperti Pusat Kota, Kota Industri memiliki ketimpangan sosial yang tinggi di mana kemiskinan merajalela. Mobil berhenti di salah satu rumah di dalam gang kumuh tersebut. Ketika keluar dari mobil, aku dan rombongan Hook dari Kota Nelayan disambut oleh seorang perempuan yang terlihat seumuran denganku dengan mata besar dan rambut pirang. Ketika berjabat tangan dengan dua orang pria di depanku, aku dapat melihat tato bergambar kail pancing di pergelangan tangan kanannya. Wanita itu kemudian memberikan amplop coklat kepada kedua pria di depanku, lalu salah satu pria berkata kepadaku, “kau tunggu sini! Jangan mencoba untuk kabur atau melakukan sesuatu yang merugikan Hook. Jika kau melakukannya, akan kupastikan kau tidak akan pulang dalam keadaan selamat!” Ah! Ini sangat menyenangkan! Diperlakukan secara semena-mena oleh orang yang lebih rendah dariku benar-benar membuat darahku mendidih! Tatapan curiga yang aku dapatkan dari mereka dan perlakuan salah satu dari mereka yang dengan sengaja menyenggol ketika melewatiku berhasil membangkitkan hasratku akan lelaki. Aku sampai kesulitan menahan gejolak di dalam dad*ku, namun aku harus tetap menahan sikapku, jangan sampai sisi liarku terungkap secepat ini. “Pria-pria itu benar-benar gagah ya, Nona?” ucapku ketika melihat punggung kedua lelaki yang berjalan menjauh. “Sepertinya kau orang yang menarik, Nona…” “Madame, Madame Lilia. Aku tidak terbiasa dipanggil ‘Nona’ oleh orang lain,” sahutku memotong ucapan wanita di sampingku. Wanita itu memutar badannya sehingga berhadapan denganku. Ia melipat tangan di depan dad*nya, memberikan senyum sinis dan berkata, “Alex, panggil aku Alex. Tanpa Nona, tanpa Madame, apalagi Nyonya. Hanya Alex.” Alex mengulurkan tangan kepadaku yang segera aku sambut dengan uluran tanganku. “Apa kau orang baru di sini? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya,” ucap ALex sambil tetap menjabat tanganku. “Benar, baru dua hari aku bergabung,” jawabku. “Tuan Zayn biasanya sangat membenci orang yang ikut campur dalam divisi orang lain, tetapi bagaimana caramu bergabung dalam misi ‘pengumpulan koleksi’ seperti ini?” “Pengumpulan koleksi” adalah istilah baru yang pertama kali aku dengar. Aku berasumsi jika kalimat itu bermakna misi penculikan yang sengaja disamarkan untuk dapat berbincang bebas di depan umum. “Ah itu… Aku hanya merayu Tuan Zayn, tidak lebih,” jawabku sambil melepas jabat tangannya. “Mau menunggu di tempat yang lebih nyaman? Aku tahu tempat minum teh yang enak di sekitar sini.” Alex mengacungkan jempolnya ke arah kanan, memberikan isyarat untuk mengajakku ke tempat lain. Tanpa ragu aku segera mengikuti langkahnya melewati pemukiman kumuh dengan keadaan yang sebenarnya tidak layak huni. Di kanan dan kiri aku dapat melihat aliran air yang kotor penuh dengan limbah industri, anak-anak dengan kondisi kurang gizi yang mengenaskan, serta beberapa orang dewasa yang terlihat tengah mabuk di depan rumah mereka. Setelah beberapa saat berjalan kaki, akhirnya aku dan Alex tiba di salah satu bar kecil pinggir jalan. Meski bar yang aku datangi terlihat kotor dan tidak kalah kumuh dengan lingkungan di sekitarnya, namun bar ini terlihat ramai pengunjung. “Waw hebat! Meski terlihat tidak layak, tapi tempat ini cukup ramai,” ucapku takjub. Alex yang berjalan di depanku menoleh kepadaku sambil memberikan senyum dan berkata, “jangan remehkan kawasan bawah tanah Kota Industri, Madame!” Ketika aku masuk melewati pintu bar tersebut, aku dikejutkan oleh apa yang ada di dalamnya. Bukan, bukan karena istilah “minum teh” yang digunakan oleh Alex ternyata merujuk kepada minuman beralkohol, melainkan aku melihat sesuatu yang tidak asing di atas rak yang berada di belakang bartender dengan botol alkohol yang tertata rapi di dalamnya. Sesuatu yang terlihat seperti...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD