Catatan 16

1521 Words
Pikiranku masih belum tenang kala melihat Nova dalam keadaan tidak stabil seperti yang tampak kemarin ketika rapat di Red Coffee. Sikap yang ditunjukkan Nova berhasil membuat seorang Lilia yang biasanya tidak begitu peduli dengan perasaan orang lain menjadi ingin tahu lebih lanjut tentang sesuatu yang terjadi di balik layar. Rasa khawatir serta janji yang telah terucap dari mulutku bahwa aku akan membantu mengembalikan diri Nova yang mengalami trauma atas kejadian masa lalu yang menimpanya, membawaku pergi ke markas tertinggi kepolisian negara yang berada di Pusat Kota. Di dalam sebuah ruangan bertuliskan Unit Intelijen Khusus, aku bertemu dengan seorang lelaki yang merupakan teman seperjuanganku sejak aku masuk ke The Barista. Lelaki yang merupakan informan pribadiku yang juga agen khusus yang bekerja secara langsung di bawah Badan Intelijen di luar The Barista, terlihat tengah duduk santai ketika aku masuk ke dalam ruangan miliknya. Pria berusia akhir dua puluh tahun itu menoleh ke arahku ketika mendengar suara gagang pintu diputar dari luar. Sebuah senyum hangat yang mengisyaratkan kerinduan tergambar jelas di wajahnya. “Waw, lama tidak berjumpa denganmu, Maria.” Aku terkejut ketika mendengar pria itu memanggilku dengan nama Maria, bukan Lilia. “Hei! Kenapa kau memanggilku dengan nama itu?” gerutuku ketika duduk di kursi depan meja kerja pria itu. “Ah maafkan aku. Terkadang aku masih ingin menggodamu,” sahut pria berwajah latin dan berambut ikal itu. “Apa yang membuatmu datang ke tempat ini? Kau bukanlah tipe orang yang datang dengan tangan kosong, Lilia.” Lagi-lagi kalimat itu muncul dari orang yang bertemu denganku. “Karena itulah kau tidak memiliki teman saat ini, Lilia. Kau hanya datang ketika memiliki kepentingan. Sedangkan ketika waktu senggang, kau lebih suka menghabiskan waktu seorang diri.” Seorang perempuan berpenampilan seperti laki-laki ikut campur dalam pembicaraanku dengan lelaki manis di depanku ketika ia memasuki ruangan pria ini tanpa kusadari. “Wah lihatlah, seorang perempuan yang telah kehilangan jati dirinya muncul tanpa diundang.” Aku menoleh ke arah perempuan itu masuk dan memberikan tatapan sinis kepadanya. “Hei, meski penampilanku seperti ini, tetapi setidaknya aku masih tetap setia dengan pujaan hatiku! Benar bukan, Sayang?” Perempuan yang berpenampilan seperti pria itu duduk di paha pria di depanku dan bergelayutan manja seakan tidak peduli akan kehadiranku di tempat ini. “Astaga, padahal di luar kau terkenal dengan seorang agen yang sangat keras, Eva. Ternyata di balik itu kau juga memiliki sifat j*lang.” Aku menepuk kepalaku dan menggeleng melihat pemandangan di depanku yang membuat siapapun yang melihat ini akan muntah. “Hei Juan, entah kenapa sekarang kau terlihat seperti pria penyuka sesama jenis ketika bermesraan dengan Eva seperti ini!” Pria bernama Juan di depanku terlihat tidak begitu peduli dengan ucapanku dan tetap membiarkan wanita tomboy itu bergelayutan padanya. “Eva? Wah aku juga sudah lama tidak dipanggil dengan nama itu.” Perempuan jadi-jadian itu tampak tidak dapat menerima nama yang kusematkan kepadanya, sama sepertiku yang terasa canggung ketika ada orang yang memanggilku dengan nama Maria. “Kalian mengganti nama sejak saat itu, bukan?” Juan merangkul pinggang Eva, kepalanya muncul dari balik leher Eva. “Lilia sang penyusup handal,” ucap Juan sambil melihat ke arahku, “dan Sea sang koordinator berhati batu.” Mata Juan bergeser melihat ke arah kekasihnya yang tersenyum manja. Eva atau yang biasa dipanggil dengan nama Sea oleh para agen adalah seorang koordinator dan perencana strategi The Barista, penanggung jawab seluruh agen yang ada di negara ini. Bukan hanya di pusat kota, melainkan juga di kota-kota lain di mana ada The Barista. Aku juga merupakan agen yang secara hirarki berada di bawah Sea. Sayangnya aku adalah orang yang tidak pernah patuh terhadap aturan dan tidak pernah menghormati Sea serta Juan yang merupakan atasanku. Penampilan Sea yang tampak seperti lelaki membuat banyak agen berpikir jika perempuan tomboy itu tidak menyukai laki-laki. Sikapnya yang tegas, keras, dan tidak memiliki perasaan membuat banyak agen segan kepadanya. Sea juga merupakan orang yang mengawasi Bianka secara langsung ketika Bianka baru pertama kali masuk ke The Barista. Sedangkan orang yang tengah menjadi kursi bagi wanita tomboy namun manja itu adalah Juan. Lebih dari 10 tahun lalu Sea, Juan dan aku terjebak pada sebuah permainan bertahan hidup yang mengerikan. Penyelenggara permainan itu seakan tidak memiliki rasa kemanusiaan di mana dari sekian banyak peserta yang mengikuti permainan itu hanya beberapa orang beruntung yang dapat keluar dari sana dalam keadaan hidup. Eva adalah nama asli dari Sea, sedangkan Maria… aku tidak ingin membahas nama itu di sini. “Lalu apa yang membawamu kemari, Lilia?” ucap Sea sambil terus bergelayutan dan memberikan senyum nakal seakan memamerkan kemesraan dengan kekasihnya di depan wanita lajang yang telah berumur di depannya. “Ah benar! Aku hampir lupa dengan tujuanku datang ke sini. Aku ingin bertanya, apakah ada sesuatu terjadi di dalam organisasi? Sepertinya Nova mengalami hari yang buruk, dia terlihat kacau.” Aku menyalakan rokok dan menghisapnya dalam di depan pasangan yang terlihat tengah dimabuk asmara ini. “Hei di sini ruangan bebas asap rokok, Lilia!” seru Sea ketus kepadaku. “Ish, tempat ini tidak cocok untukku!” Aku mematikan rokok dengan ujung jariku. Ada rasa panas yang kurasakan, namun rasa panas itu perlahan menjadi hangat dan menghilang seiring bara api yang padam. “Sayang, turunlah sebentar dari pangkuanku.” Sea mendengus kesal, dengan sedikit kasar ia beranjak dari pangkuan kekasihnya dan duduk tidak sopan di atas meja. Aku menahan tawa ketika melihat pemandangan itu. “Kau ingat dengan pertandingan bertahan hidup yang pernah menjerat kita, Lilia?” Juan meletakkan kedua siku tangannya di atas meja, telapak tangan Juan menutupi mulut dan hidungnya, matanya menatap tajam ke arahku. “Ada apa? Apakah ada orang lain yang membuat permainan serupa? Apakah seorang Ramagendhis muncul di permukaan lagi?” Aku melihat ke arah Sea dan Juan bergantian di mana wajah manja Sea telah sirna, berganti dengan wajah serius yang ditakuti oleh para agen dan Juan mulai tampak gelisah di depanku. “Jadi benar jika ada sesuatu yang terjadi di tempat ini!” seruku melihat dua orang yang terdiam di depanku. “Bukan seperti itu, Lilia. Akhir-akhir ini ada sebuah acara di internet yang menunjukkan permainan bertahan hidup ditayangkan secara luas di permukaan. Banyak orang yang menganggap jika acara tersebut hanya sebatas hiburan karena ditayangkan dengan suasana yang menyenangkan dan lucu.” Sea mengatakan hal itu sambil mengotak-atik ponsel miliknya. Tidak lama kemudian, ia menunjukkan sebuah situs yang menayangkan permainan bertahan hidup tersebut. Di dalam situs itu tertulis jika tayangan tersebut telah ditonton oleh lebih dari 10 juta orang dan disukai sekitar 3 juta orang. “Banyak mafia kelas teri yang terinspirasi dari tayangan tersebut dan membuat permainan bertahan hidup milik mereka sendiri. Banyaknya peminat tayangan di internet tersebut membuat para mafia sangat mudah menjaring peserta dari masyarakat umum. Akibatnya, banyak di antara peserta yang tidak dapat pulang dalam keadaan hidup. Badan Intelijen telah mengirim banyak agen ke beberapa permainan bertahan hidup yang diadakan, namun tidak satupun dari agen berhasil pulang. Sayangnya, tidak ada satupun informasi yang berhasil didapatkan meskipun korban jiwa ada di mana-mana. Badan Intelijen menyerahkan kasus itu kepada The Barista, sayangnya dua orang agen yang dikirim ke permainan itu juga tidak berhasil selamat dan tidak membawa informasi apapun,” ucap Juan. Aura tempat ini berubah menjadi sedikit mencekam dan menyedihkan. Di balik apa yang aku ketahui, ternyata pemerintah serta Badan Intelijen tengah berjibaku memecahkan kasus yang berasal dari tayangan internet. “Apakah aku harus terjun dalam kasus ini juga? Aku merasa penasaran dengan permainan itu. Aku khawatir Ramagendhis adalah orang di balik permainan mengerikan yang tengah berlangsung itu.” Mengikuti Juan, aku meletakkan kedua siku ke atas meja dan menutup mulutku dengan telapak tangan. “Kau jangan terjun langsung, lebih baik fokus dengan kasus yang sedang kau selidiki, Lilia. Aku dapat memastikan jika permainan-permainan itu bukan dibuat oleh Ramagendhis, karena orang licik sepertinya selalu membuat segala permainan menjadi tidak tertebak, sedangkan para mafia kelas teri ini hanya mengandalkan sisi sadis dalam permainannya.” Ucapan Juan benar-benar memantik trauma di mana aku melihat orang lain mati di depan mata ketika mengikuti permainan bertahan hidup tersebut. “Bangs*t! Setelah lebih dari 10 tahun, kenapa sekarang kita harus menghadapi permainan menjijikkan ini lagi?!” gerutuku. “Masyarakat awam juga bod*h! Mereka tidak paham betapa mengerikan permainan bertahan hidup yang ada di dunia nyata! Mereka termakan hype dan dengan polosnya mengikuti permainan itu secara sukarela!” Sea mulai terlihat marah, tangannya mengepal erat di atas meja. “Baiklah, aku mengerti dengan apa yang terjadi. Aku akan mempercayakan kasus permainan bertahan hidup kepada kalian. Setidaknya sekarang aku mengerti tentang apa yang terjadi dengan Nova.” Aku beranjak dari tempatku meninggalkan ruangan milik Juan. “Hei Lilia, kau tidak ingin menjenguk Nugraha?” Ucapan Sea menghentikan langkahku yang hendak keluar dari ruangan ini. “Nugraha? Orang yang sedang ditahan di penjara khusus itu? Maaf, lebih baik tidak,” jawabku sambil melangkahkan kakiku hingga Juan dan Sea tidak dapat melihatku lagi di ruangannya. Hatiku tiba-tiba merasa sakit, ada luka lama yang berhasil mereka taburi garam ketika Juan dan Sea menyebut nama Nugraha, nama yang seharusnya tidak mereka sebut di depanku. Mendengar nama itu lagi setelah beberapa tahun, membuat ingatanku mundur ke hari itu, hari di mana semua masih terasa indah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD