Catatan 20

1392 Words
Kenangan masa lalu yang terbesit dalam kepala membuatku ingat akan alasanku bertindak seperti w************n seperti saat ini. Alasan kuat berdasar rasa sakit hati dan kekecewaan karena berpisah dengan orang yang sangat kusayang, rasa terpaksa karena harus mengubur semua perasaanku kepada Nugraha dalam dan sakit hati karena tidak dapat menerima kenyataan, membuatku menanggalkan citra sebagai agen berkelas. Tapi tetap saja, seiring berjalannya waktu aku mulai dapat beradaptasi dan justru menikmati pekerjaanku sebagai agen yang bertindak murahan. Maafkan aku, Nugraha, kau harus mendekam di dalam jeruji besi seumur hidupmu. Suasana di dalam The Barista masih belum terlalu kondusif sejak aku meninggalkan Red Coffee. Meski memang aku mengetahui kondisi sebenarnya yang membuat Nova menjadi labil, tetapi tetap saja tidak serta merta dapat memperbaiki situasi yang ada. Bahkan ketika berada di Seaside Bar, Suasana antara aku dan Isac masih terasa canggung di mana aku dan dia masih saling tenggelam dalam diam. Pagi ini Kota Nelayan sedang dilanda mendung cukup pekat dan merata di seluruh kota. Subuh tadi Zayn menghubungiku dan memintaku untuk datang ke Atlantic Harvest sekitar jam 10 pagi. Sekitar jam 9 pagi aku telah bersiap meninggalkan Seaside bar, namun Isac memanggilku ke dalam ruang kerja miliknya. “Madame, maafkan aku, mungkin aku tidak dapat banyak membantumu. Tapi mungkin kau bisa membawa barang ini, siapa tahu dapat membantumu.” Isac menunjuk ke arah sebuah kotak berukuran sebesar telapak tangan di atas meja kerja miliknya. "Apa ini?" sahutku sambil menimang-nimang benda tersebut. "Bukalah, mungkin itu dapat sedikit membantu pekerjaanmu selama mengintai target." Suasana hati Isac sepertinya belum kembali seperti sedia kala setelah insiden perdebatan semalam. Ia terlihat murung dan menjaga jarak dariku. Memang apa yang terjadi malam itu, Isac berada di posisi di mana ia mendukung Nova untuk menghentikanku bergerak sendirian masuk ke dalam Hook. Dengan tatapan penuh tanda tanya, aku membuka kotak yang diberikan oleh Isac. Di dalamnya terdapat sebuah lensa kontak transparan yang diletakkan pada sebuah wadah yang cukup berat. “Lensa kontak yang memiliki fitur kamera, inovasi terbaru dariku. Kau bisa melakukan uji coba lapangan terhadap alat tersebut langsung pada Hook. Wadah dari lensa kontak tersebut memiliki baterai sebesar 10.000 mAh yang dapat digunakan untuk mengisi ulang ketika daya lensa kontak yang kau gunakan telah habis. Sedangkan lensa kontak yang kau gunakan dapat bertahan sekitar lima belas menit jika dipakai untuk merekam. Untuk mulai merekam, kau dapat menggunakan perintah melalui gelombang otak. Dalam wadah lensa kontak itu juga dapat diisi dengan kartu memori untuk menyimpan hasil rekaman. Tapi kau harus ingat, ketika digunakan, lensa kontak itu harus tetap berada di dekat wadahnya, dengan jarak maksimal 10 meter,” terang Isac. Alat yang diciptakan oleh Isac kali ini cukup bagus menurutku, tidak sia-sia ia menghabiskan waktu menyendiri di balik Seaside Bar yang sepi. “Waw, ini luar biasa, Isac. Aku akan menyimpan benda ini. Apakah aku dapat berangkat sekarang, Pria Kecilku?” Senyum nakal aku berikan kepada Isac, seakan tidak ingin meninggalkan pria kecil itu sendirian di dalam kedai kecil yang tidak terlalu ramai ini. Tatapan dari atas ke bawah kutujukan kepada pria yang mulai matang di depanku sembari memasukkan lensa kontak yang Isac berikan ke dalam tas kecil yang aku gunakan. “Jangan menggodaku, Madame. Aku tidak akan lagi mengomentari caramu bekerja di luar, dan aku harap kau juga tidak memberikan komentar terhadap caraku bekerja, kecuali jika pekerjaanku membuahkan hasil yang buruk,” jawab Isac dengan wajah datar dan tatapan mata yang ia alihkan dariku. Isac beranjak dari tempatnya duduk lalu berjalan kembali menuju bar. “Ah, kau tidak menyenangkan, Isac.” Aku menggoyang-goyangkan badanku manja, tetapi tidak dihiraukan oleh Isac yang terus saja berjalan melewatiku yang berdiri menggoda di depannya. Aku memperhatikan pria itu seperti sedang dalam kondisi hati yang tidak terlalu baik. Ketika Isac berjalan ke arah bar, aku mengikutinya dari belakang dan melihat tatapan mata penuh emosi dan kesedihan ketika membereskan alat bar miliknya. “Baiklah, aku berangkat, Pria Kecilku yang manis. Jaga dirimu baik-baik di sini.” Aku melambaikan tangan yang dibalas hanya dengan tatapan sepersekian detik dengan wajah yang sangat datar. Aku menghela nafas kesal, aku merasa tidak rela jika Isac yang mulai dapat membuka pikirannya untuk bekerja di luar dan mulai dapat mengikuti ritme kerjaku harus kembali ke dalam penjara di dalam pikirannya. Isac memiliki pola pikir yang terlalu lurus, sehingga jika ada orang yang menurutnya sesuai dengan cara ia berpikir, maka Isac tanpa ragu akan mengikuti orang tersebut. Hal itu juga yang berlaku dari Isac kepada Nova, di mana Nova dapat mengambil hati Isac untuk mengikutinya sejak Isac menjadi bagian dari The Barista. “Baiklah, semoga kau dapat bekerja dengan baik, Isac,” gumamku sebelum meninggalkan Isac dalam kesendiriannya menuju garasi yang ada di belakang Seaside Bar. Lagi, aku menggunakan mobil milik Isac untuk menjalankan misi. Ketika memasuki mobil milik Isac sebelum berangkat menuju Atlantic Harvest, aku mencoba untuk memasang salah satu lensa kontak yang diberikan oleh Isac. Ya, hanya satu yang aku pasang pada mataku, lebih tepatnya pada mata sebelah kanan. Aku memiliki alasan tersendiri kenapa hanya memasang sebelah lensa kontak. Alasanku adalah, ketika salah satu lensa kontak memiliki daya yang minim, aku dapat segera menggantinya karena bagaimanapun lensa kontak juga membutuhkan waktu untuk diisi ulang. Aku hanya ingin menggunakan cara yang praktis. Ketika lensa kontak itu terpasang, mata sebelah kananku terdapat beberapa tulisan yang dapat kulihat secara samar karena mata sebelah kiriku tidak dapat melihat tulisan tersebut. Tulisan itu berisi beberapa perintah seperti rekam, tangkap gambar dan berikan tanda. Ketika aku ingin menyorot ke salah satu perintah, maka kata yang aku sorot akan berkedip. Aku mencoba untuk menggunakan fitur rekam pada lensa tersebut, kemudian ada sebuah titik merah yang berkedip yang dapat kulihat di sudut mata sebelah kanan. Saat aku melihat wajahku pada kaca spion yang ada di atas kepalaku, aku menemukan jika lensa kontak yang terpasang pada mataku tidak terlihat sama sekali, seakan tidak menggunakan apapun pada mataku. Menurutku inovasi yang dilakukan Isac benar-benar bagus di mana lensa kontak ini dapat menggantikan peran kacamata perekam yang sudah mulai ketinggalan zaman. Ketika aku ingin berhenti merekam, aku hanya harus memikirkan perintah itu dan lensa kontak akan menerjemahkan gelombang otak yang dihasilkan menjadi sebuah instruksi yang akan ia jalankan. Dan ya, ketika aku berpikir untuk berhenti merekam, secara otomatis lingkaran merah yang aku lihat di sudut kanan lensa kontak ini berhenti berkedip dan mulai memudar dan menghilang. “Baiklah, aku hanya harus beradaptasi dengan penglihatanku yang memiliki pandangan berbeda antara mata kanan dan kiri. Mungkin di fase awal aku menggunakan lensa kontak ini, aku akan merasa pusing. Tetapi aku yakin jika berhasil beradaptasi, maka alat ini akan menjadi senjata mematikan yang digunakan oleh informan." Aku menghidupkan mobil milik Isac, dan mulai melaju menuju Atlantic Harvest. Aku harus menjalankan mobilku pelan menuju ke Atlantic Harvest karena masih harus beradaptasi dengan mataku. Benar saja, hanya sekitar lima menit aku menggunakan lensa kontak ini, kepalaku mulai terasa pusing sehingga aku harus menghentikan mobilku di tepi jalan. “Ah sial, rasanya aku ingin muntah!” Aku membuka kaca mobil, membiarkan hembusan angin pantai masuk ke dalam mobil agar membuat badanku menjadi lebih baik. Tetapi sayang, hembusan angin itu justru membuat keadaan menjadi lebih buruk. Kepala yang kurasakan semakin pusing membuatku harus keluar dari mobil dengan sempoyongan, menguatkan diri berlari ke sebelah kiri, bersembunyi di samping mobil dan memuntahkan isi perutku di rumput dekat dengan mobilku terparkir. “Ah sial! Seharusnya aku gunakan kedua lensa kontak ini. Perbedaan penglihatan antara kedua mata ini membuatku benar-benar kacau!” Aku kembali mengeluarkan isi perutku sehingga tidak ada yang tersisa. Bahkan ketika perutku kosong, kepalaku mendorongku untuk memuntahkan apapun yang dapat dimuntahkan sekalipun itu hanya udara. Air mata mulai menggenang di kelopak mataku, bukan karena aku menangis, melainkan karena dorongan dari perutku yang membuat kepalaku semakin tersiksa. Dalam keadaan aku yang masih berjongkok di samping mobil, aku melihat ke arah jam tangan yang aku gunakan di tangan sebelah kiri dan aku menyadari jika 15 menit dari sekarang aku harus sudah sampai di Atlantic Harvest sedangkan keadaan mataku masih kacau. “Ah! Apa aku lepas saja alat bod*h yang menempel di mataku ini?” Aku merasa hampir menyerah, tapi bagaimanapun aku harus dapat beradaptasi dengan mata ini. Aku ingin kembali ke Seaside Bar, tetapi aku tidak dapat membatalkan pertemuanku dengan Zayn karena dapat mengacaukan semua rencana. Dalam keadaan genting seperti ini, aku harus dihadapkan dengan pilihan sulit. Apakah aku harus bertahan dengan keadaan mata seperti ini, atau harus kulepaskan sehingga tidak mengganggu penglihatanku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD