Part 2: Perihnya hidup

1317 Words
“Mr. Bastard Blind Love” Author by Natalie Ernison ~ ~ ~ Jeremie sangat marah pada Jourell, yang ialah saudara laki-lakinya. Mereka terlahir dari Rahim  yang berbeda, karena Jeremie adalah anak dari istri kedua ayah mereka. Usia keduanya terpaut cukup jauh, Jourell berusia tiga puluh lima tahun, sedangkan Jeremie berusia dua puluh satu tahun. Akibat kecerobohan dari Jeremie, sahabatnya pun harus mendapatkan permasalahan baru lagi. “Kediaman keluarga Sheraah Bianca” Sepulang dari kampus, Bianca harus memasakan makanan untuk ayahnya. Ayahnya tidak dapat berbuat banyak, karena harus tetap beristirahat untuk pemulihan tubuhnya. Bianca terlihat sibuk mengemasi barang-barang dagangannya. “Bianca, bagaimana dengan tugas-tugas kuliahmu, apakah hal ini tidak mengganggumu?” Tanya sang ayah, sembari duduk di samping Bianca. “Tidak ayah, aku bisa mengatur waktuku dengan sebaik mungkin.” Balas Bianca sembari menyusun rapi barang dagangannya. “Kau akan mengantarkan semua ini kemana nak?” Tanya ayahnya lagi, dengan kondisi yang cukup memperihatinkan. “Ini adalah barang-barang yang telah dipesan oleh pelanggan. Aku  mengambilnya dari seorang rekan, ayah.” “Jaga kesehatanmu, nak. Maafkan ayah, ayah tidak dapat berbuat banyak,” sesal sang ayah. “Ayah cukup fokus dengan kesehatan ayah. Aku masih muda dan sangat sehat.” Bianca beranjak dari tempat ia sedang duduk, lalu berniat untuk pergi dengan mengendarai motor lamanya. “Jangan lupakan bekal makan siangmu hari ini.” Ayah Bianca memberikan sebuah tas yang berisikan  makan siang milik Bianca. “Aku pergi ayah!” Bianca melambaikan tangannya. Sedangkan ayahnya hanya berdiam diri di rumah. *** Panasnya cuaca tengah hari tak membuat Bianca menyerah untuk mengantarkan barang-barang para pelanggannya. Meskipun hanya mendapatkan beberapa persen dari keuntungan penjualan, Bianca sudah cukup bersyukur. Karena ia masih fokus untuk biaya hidup. Memiliki kecerdasan yang cukup, ia tidak dipusingkan dengan biaya kuliah. Ia juga mendapatkan berbagai bantuan tunai, yang ia manfaatkan untuk membeli peralatan kuliah. Hidup yang Bianca jalani cukup sulit, dan semua berawal semenjak ayahnya dinyatakan bangkrut sejak beberapa tahun yang telah lalu. Ayahnya di tipu oleh rekan  kerja kepercayaan selama puluhan tahun, dan semuanya hilang lenyap dalam sekejap mata. Semua barang-barang telah sampai di tangan para pelanggan, Bianca pun berhenti sejenak hanya untuk membasahi kerongkongannya. “Siang-siang begini masih berkeliaran di luar, Nona.” Ucap seorang wanita paruh baya, tempat Bianca menumpang duduk sembari menyantap bekal makan siang miliknya. “Yah bibi, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku.” Balasnya sembari menyantap bekal miliknya. Wanita yang memiliki kedai makanan di tempat itu pun melihat  isi bekal makan siang milik Bianca. Sang wanita menggeleng tak percaya, jika seorang gadis muda nan cantik hanya menyantap makanan super sederhana. “Hari ini kau  mendapatkan keberuntungan, ini gratis untukmu.” Ucap sang wanita, sembari menambahkan lauk pauk di atas makanan milik  Bianca. “Terima kasih bibi Djizi.” Bianca terlihat semangat menghabiskan bekal makan siang miliknya. Dari seberang jalan, sebuah mobil sport mewah berhenti. Salah seorang pria bertubuh tinggi dengan kacamata hitam pekat keluar dari dalam mobil sport tersebut. “Tuan Jourell, bukankah itu gadis yang tuan cari selama ini.” Ucap pria yang baru saja keluar untuk membeli minuman dari sebuah super market area tempat Bianca sedang berada. Jourell membuka kacamata berwarna hitam miliknya, ia memperhatikan dengan saksama lagi. Seringai senyuman terlihat jelas di wajahnya, setelah melihat seorang gadis yang ia cari selama ini. “Ikuti gadis itu!” Titah Jourell pada para pengawalnya. Bianca baru saja beranjak dari kedai tempat ia bernaung beberapa menit lamanya. Ia kini hendak melanjutkam perjalanannya ke sebuah toko barang, untuk mengambil barang pesanan para pelanggan. Dapat dikatakan, Bianca bekerja sebagai seorang kurir, namun hanya pada beberapa pelanggan saja. *** Jourell menggigiti ujung pena yang berada di tangannya. Ia memperhatikan secara saksama apa saja yang Bianca lakukan siang hingga menjelang sore hari. “Tabrak ban belakangnya!” Titah Jourell dengan menyeringai. “Sungguh tuan?” Tanya sang supir memastikan lagi. “Kau tuli?” ketus Jourell, hanya dengan sekali tatapan saja, sang supir merasakan hawa yang menakutkan. “Baik, tuan.” Ucap sang supir, dengan perlahan ia benar-benar menubruk bagian ban belakang motor milik Biacan. Namun Bianca tidak sedang mengendarai motor tersebut, Bianca sedang memarkirkan kendaraan miliknya di sisi jalan raya. Hantaman itu membuat seluruh barang jatuh berserakan. Bianca berlari menuju kendaraan miliknya, ia terlihat bingung. Sedangkan mobil yang telah dengan sengaja menubruk kendaraan miliknya pergi begitu saja. “Apa yang terjadi..” gumam Bianca, lalu perlahan mengumpulkan barang-barang miliknya. Ia tidak tahu siapa yang telah melakukannya, ia hanya mampu mengelus d**a, menahan diri, dan tidak tahu harus merah kepada siapa. *** Toko XXX Bianca melanjutkan perjalanannya, dan ia pun kembali ke tempat sumber barang-barang tersebut. Beberapa barang pecah belah terlihat tak utuh lagi. Hal itu disebabkan oleh tabrak lari sore hari ini. “Apa kau tahu berapa harga barang-barang ini! kau sanggup menggantikannya, huh!” Bentak seorang wanita yang merupakan bos tempat ia bekerja. “Maafkan aku Nyonya, aku sungguh tidak sengaja.” Bianca menunduk sedih, sedangkan bos tersebut terus saja memaki dan membentaknya tanpa peduli alasan dari kejadian tersebut. “Dasar gadis bodoh! Gara-gara ulahmu, aku rugi!” Wanita tersebut mendorong Bianca hingga hampir saja terjatuh, saat berdiri dii antara anak-anak tangga toko. “Aku akan menggantinya dengan gajiku, Nyonya.” Ucap Bianca memohon. “Baik, bulan ini kau tidak mendapatkan gaji sepeserpun, dank au harus kerja lembur hingga malam hari. Kau mengerti, bodoh!” Bentak wanita itu lagi. Bianca mengangguk paham, “baik Nyonya, aku mengerti.” Balas Bianca pilu. Sungguh hari yang tidak baik untuknya, ia bahkan tidak mendapatkan hak dari pekerjaannya, hanya untuk mengganti nominal dari barang-barang yang rusak. *** Pagi, siang hingga menjelang malam hari Bianca terus saja bekerja tanpa henti. Makanpun tak lagi beraturan, ia sungguh sangat lelah akan hal itu. Namun, semua harus tetap dijalani, karena mengeluhpun tidak akan menyelesaikan permasalahannya. Universitas XXX Bianca melewatkan beberapa hari untuk menemui dosen pembimbing akademiknya. Ia terlalu keras bekerja, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk datang bimbingan. “Apa kau masih ingin menyelesaikan pendidikanmu?” Tanya sang dosen. “Yah, Mister. Aku ingin menyelesaikan pendidikanku.” “Tapi kau sudah terlambat datang kemari, bahkan hampir seminggu lebih kau tak kunjung datang.” “Maaf, Mister. Aku harus menyelesaikan  jam kerjaku,” “Berhentilah mencari alasan, kau jangan lupa dengan statusmu di tempat ini. Kau bukan mahasiswi satu-satunya yang harus kuurus.” “Yah, Mister, aku akan segera menyelesaikan tugas-tugasku.” “Besok, bawa kemari seluruh tugas-tugasmu kemari. Jika tidak, aku tidak akan melanjutkan bimbingan ini.” Bhkk.. sang dosen pembimbing melemparkan setumpukan kertas hasil pekerjaan dari Bianca. Bianca memungut kertas-kertas itu, lalu pergi keluar. Dari luar ruangan, Jeremie mendengarkan apa yang terjadi di dalam sana. “Bianca!” Panggil Jeremie, namun Bianca hanya  menatapnya sekilas, lalu pergi begitu saja. *** Bianca kembali ke toko tempatnya bekerja, dan ia pun langsung diberhentikan dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas. “Nyonya, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Bukankah aku telah menyelesaikan ganti rugi barang-barang itu.” “Akulah yang berkuasa dan berhak atas seluruh kehidupan pegawai-pegawaiku. Ini adalah keputusanku.” Ucap sang bos pemilik dengan nada datar. “Aku mohon Nyonya, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Aku berjanji akan bekerja lebih giat lagi.” Bianca terus memohon papa bos tempatnya bekerja. “Selamat sore bos! Apakah ini ruangan tempatku bekerja mulai hari ini?” ucap seorang pria yang ialah pengganti Bianca. Bianca terdiam, dan kini ia paham bahwa posisinya sudah tergantikan oleh orang lain. “Ini untuk gajimu beberapa minggu ini.” Bos wanita itu memberikan sejumlah uang bagi Bianca. Dengan langkah terpaksa, Bianca melangkah keluar dari toko tersebut. Baru saja menyelesaikan tanggung jawabnuya untuk menggantikan barang yang rusak. Kini Bianca bahkan kehilangan pekerjaannya, yang sudah cukup untuk membantu ekonomi keluarganya. Melangkah  keluar, mencengkeram tali tas miliknya dengan d**a yang sangat sesak. *** “Apa yang harus aku lakukan sekarang. Uang ini tidak akan cukup untuk biayaku bersama ayah bulan berikutnya..” Derai air mata mengalir dipipi mulusnya. Bianca harus mencari pekerjaan yang baru, dan tentu saja tidak semudah berucap. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD