Sweet Sinner | 1.1

984 Words
     Sengatan matahari waktu itu menimpa wajah terpenuhi rasa bersalah dan air mata. Persia bersimpuh dengan hampir menggapai tumit pria yang kini berdiri tegas siap menyeret Persia ke pengadilan. Kesalahan Persia terbentuk tepat di hari terakhirnya di Indonesia sekaligus hari terakhir Persia akan menjadi nyonya Mahardika. Tapi semua itu terpental jauh saat Persia mendengar bahwa wanita yang tak sengaja ia tabrak telah tiada, dengan luka serius di bagian d**a serta meremukkan jantung pengantin bernama Hilda Luxembourg.      Persia tak pandai meminta maaf tapi sekarang ia bersimpuh, mendongakkan kepala dengan jemari saling menyatu untuk mengobarkan harapan jika keluarga Hilda memaafkan kesalahannya. 'Nggak mungkin!' bisik Persia pesimis. Ya, karena kesalahan Persia bukan seperti menunda sebuah skripsi melainkan merenggut nyawa seseorang,      "Aku nggak sengaja, aku mohon maaf. Plis aku nggak mau dipenjara!" slogan Persia dalam sejarah hidupnya saat ini.      Di aula gedung pernikahan Persia mengintai tatapan pria yang berdiam tanpa menjawab. Persia meneliti wajah asing bukan dari kalangan orang biasa dengan menebak jika Robert berasal dari negara lain. Meski kata-kata Persia tak didengar tapi pria itu memberi kesempatan agar Persia mengiba.      "Sumpah aku nggak sengaja, tuan..," lagi-lagi Persia gemetar saking takutnya. "A... Aku nggak sengaja, maaf."      Robert melirik sekilas kemudian ia membungkuk serta meraih beberapa helai rambut Persia menggunakan cengkeramannya hingga Persia mengaduh. "Sebelum sumpah mu itu terdengar aku sudah bersumpah jika kau tidak akan lari dengan mudah!"      Robert meradang. "Sekarang juga kau akan menggantikan posisinya!" Kembali Robert mendermakan keinginan.      Tanpa menanti jawaban dari bibir tipis bergetar itu Robert seketika menegakkan punggung kemudian ia menyuruh anak buahnya menyeret paksa Persia. Meski melawan itu sangatlah percuma, Persia berteriak dengan suaranya yang tersendat hingga Persia tepat di atas altar.      Pesta sederhana yang dihadiri beberapa orang itu menyaksikan tangis Persia menolak pernikahan satu pihak. Persia semakin terisak mengingat sosok ibunya. Seandainya Persia tetap bertahan sampai pesawat membawanya ke Amerika, tentu musibah ini takkan pernah terjadi dan Persia tidak akan merasakan sebuah kesalahan besar yang akan membuatnya terkurung dalam jeruji besi. Tapi apalah semua itu hanya angan Persia sampai ia merasakan tangan keras Robert meraih jemarinya.      Bukan hanya Persia mematung melihat sekeliling. Namun Persia tak beranjak dari tempat dimana seorang wanita tak bersalah merasakan kematian dari dosa Persia.      Cincin dengan batu permata natural itu melingkar di jari manis Persia tanpa lagi sang tuannya berkehendak dengan memaksa Persia. Percakapan singkat dari bahasa menyatukan sebuah ikatan menjerit di pendengaran Persia dengan isak tangis seorang Persia pertama kali menegaskan kesengsaraan dirinya. Persia tidak mempersulit setiap masalah timbul dalam hidupnya, namun kilatan berlian di jemarinya memperkenalkan Persia pada kesalahan dan jeratan hukum Robert.      Beberapa menit kemudian ...      Rasa sakit dan tidak percaya akan satu hari Persia menerima takdir dalam hidupnya terus membendung pikiran. Persia berusaha mencari cara agar segera menghubungi ibunya namun Persia gagal karena anak buah Robert terus mengawasi. Di dalam mobil mewah berwarna merah Persia menyangga wajahnya dengan tangan melihat ke arah wanita yang kini terbungkus oleh peti jenazah. 'Maafin aku, ini kecelakaan.' Sesal Persia merasakan suasana kesedihan para tamu undangan.      Dari kejauhan Robert menyelidiki wajah Persia di balik kaca film. Persia bergidik dengan mata indah berwarna emas itu menajam, benar-benar menyeramkan karena Persia tidak pernah menerima tatapan seperti itu.      Sekali lagi Persia melihat arah sekeliling dan tepat menatap mobil Mercedes miliknya terparkir di depan gedung. Kemudian Persia menyeka lagi air matanya karena mobil bekas itu satu-satunya peninggalan ayah tiri Persia. 'Ini bukan kemauanku ayah, maafin Persia ayah dan ibu. Persia sudah menjadi pembunuh'. Batin Persia meronta setelah melihat seorang pria yang sama sekali tidak Persia kenal yang secara hukum negara sah menjadi suaminya.      Cepat-cepat Persia menjauhi panel pintu saat tubuh tegap dengan aroma mint itu memasuki badan mobil. Dengan mulut terkunci Robert membanting punggungnya dengan kasar kemudian tak lama roda mobil Robert mulai berputar hendak meninggalkan lokasi pernikahan.      "M... Anda akan membawaku kemana?" Persia harus segera tahu kemana pria tampan di sampingnya akan membawanya pergi.      Sepi. Persia hanya bisa mengikuti pemandangan jalanan dari jendela, sesekali Persia menatap wajah Robert yang terdiam bahkan tak bergerak sedikitpun.      Sempat Persia berpikir Robert akan membawanya ke kantor polisi. Tapi kembali ia teringat akan cincin dan sebuah ikatan yang terjadi beberapa menit lalu, Persia pun kembali cemas dengan keadaan yang sebenarnya sangat aneh dan mustahil jika Robert hanya menuntutnya untuk menjadi istri pengganti,      "Turunkan aku!" tiba-tiba Persia berteriak.      Segera Persia meraih handle pintu mobil namun Robert dengan tangkas meraih lengan Persia. Kemudian menyudutkan tubuh Persia dengan tatapan matanya.      "Diam dan jangan membuat waktuku terbuang percuma!" tutur Robert menekan pergelangan tangan Persia.      "Ke mana kau akan membawaku pergi? Ampuni aku tuan! Aku... Minta maaf dan tolong jangan bawa aku ke kantor polisi!" pinta Persia menangis lagi.      Robert menyukai bagian dari permohonan Persia. Ini kesempatan bagi Robert Luxembourg membalas kematian istrinya. "Lalu ke mana aku harus membawamu Nona?"      Persia semakin terisak ketika wajah Robert begitu dekat dengan manik matanya. Kemudian Persia menyingkir dari deru napas yang mengenai kelopak matanya.      "M... Maafkan aku... Aku tidak sengaja, aku... Bukan seorang pembunuh." napas Persia tercekat saat teringat tubuh wanita itu terkapar.      Robert mengeratkan genggaman pada pergelangan tangan Persia. Ia merasa tidak harus mengabulkan permintaan Persia. Ya, untuk apa? Wanita di depannya dengan lancang merenggut nyawa istrinya. Meski hal itu sebuah kecelakaan tapi Robert takkan mengenal lebih lagi tentang sebuah alasan dari mulut Persia.      Tak ada lagi jawaban yang harus Robert lontarkan. Ia hanya memberi isyarat kepada anak buahnya dan hanya hitungan detik Robert menerima benda cair di dalam botol kecil, dan seketika Robert membuka tudungnya kemudian ia berhasil menuangkan cairan obat bius kedalam mulut Persia tanpa suatu halangan.      Satu menit Persia melawan pengaruh dari zat yang membuatnya pening, lalu Persia hanya mampu mengedipkan mata saat Robert semakin mendekati wajahnya, begitu dekat hingga Persia mampu menghirup aroma bekas tembakau dari bibir Robert.      "Sleep and wake up to see the punishment from me," Robert mendongakkan kepala Persia hingga ia mampu melihat caruk leher mulus Persia. "Sweet sinner."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD