Sweet Sinner | 2.1

1960 Words
     "Sebenarnya ini bukan niatku, tapi kau terlalu indah dan menggemaskan. Aku sudah mulai tergoda denganmu, Persia!"      Hampir Persia berteriak saat teringat wajah Robert benar-benar menyentuh keningnya. Persia segera mengusir bayangan tangan dan bibir Robert kala itu memberikan ancaman. Satu kali saja Persia menentang keras keinginan Robert maka Persia takkan pernah tahu dengan nasibnya, baru sebuah tatapan dari mata Robert saja Persia sudah merasakan pening bukan main. Apalagi Persia harus merasakan sentuhan hangat tangan keras Robert saat itu. Benar-benar diluar nalar jika pesta malam itu Robert membuktikan kata-katanya, tapi memang Persia masih bisa menghirup udara segar dalam kondisinya yang masih utuh. Ya, utuh secara jasmani.      Sempat Persia menahan napas ketika Robert terus memperhatikan hal-hal yang aneh seperti Persia mulai gelisah menunggu mobil berhenti. Tapi memang Persia pandai mengendalikan diri sehingga ia hanya bisa meratapi keindahan jalanan dari jendela, tapi jemari tangan Persia saling meremas merasakan keringat dingin di sekitar celah-celah.      Tujuan utama mobil milik Robert adalah kearah dimana Robert sudah berjanji kepada Evelyn akan mengajak Persia menikmati panorama indah Kanada. Tapi itu hanyalah janji di depan Evelyn, bukan saat Robert sudah mendapatkan Persia menuruti kemauannya untuk ikut ke suatu tempat.      Tepat satu jam tanpa perbincangan karena menurut keduanya tidak ada yang perlu dibicarakan, mobil pun telah berada di sekitar area tepi jurang. Robert segera meraih panel pintu dan tak lupa mengenakan baju hangat, tanpa peduli Persia akan mengikuti atau tidak itu bukan merupakan tugas Robert lagi. Ia hanya ingin bisa mengulang kenangan terindah bersama Hilda, tempat yang pernah mempertemukan mereka.      Tatapan Persia mengintai. Angin kencang menyambar rambut panjang Persia sehingga Persia tidak akan meninggalkan mobil barang sebentar, ia masih bimbang dengan sikap yang bisa disebut aneh pada diri Robert. Terkadang pria bermata emas itu seperti pria penyayang karena Persia tahu jika Robert sangat mencintai ibunya. 'Ugh! Apaan sih? Dia itu orang sinting gara-gara istrinya meninggal!' Persia termenung ketika lubuk hatinya masih menyimpan sebuah tragedi menyeramkan.      Saat semua pikiran Persia terkurung lebih dalam, tak sengaja Persia mendapati ponsel Robert masih tertinggal di dalam mobil. Langsung saja Persia menyambar benda pipih di sebelahnya berlanjut Persia meraih handle pintu mobil. Tapi bukan keberhasilan melainkan Persia harus mencari cara agar dirinya bisa keluar dengan cepat. Persia selalu meyakini firasat dan ia merasakan sesuatu yang tidak beres karena Robert mengajaknya ke tengah-tengah bukit.      Perlu beberapa menit sampai Persia mampu membuka atap mobil sport, dengan tombol otomatis di sana Persia menunggu sejenak kemudian melewati pintu mobil dengan tergesa-gesa.      Tak melulu Persia harus menuruti perintah dan keinginan Robert yang bahkan bisa lebih dari sebuah pernikahan. Persia tak sanggup menerangkan betapa dirinya ketakutan saat Robert hampir menciumnya, meski itu hanya permainan Robert saja tapi Persia tetap mencurigai kesungguhan Robert untuk menikmati tubuhnya.      Masih meneliti area yang sepi Persia mencoba untuk menghubungi nomor ibunya. Setelah beberapa detik Persia kini mendengar suara merdu ibunya.      "Halo? Ini siapa?" Persia menutupi mulutnya dengan satu tangan.      "Maaf, ini siapa ya? Ini bukan nomor Indonesia!" ulang ibu Persia mencoba mengetahui siapa yang menghubungi.      Persia mencoba membenamkan isakan. "Hai Ma! Gimana kabar Mama sekarang?"      "Persia?" terdengar suara jeritan bahagia dari ibu Persia. "Kamu kemana aja sayang? Mama udah nyari kemana-mana tapi nggak ketemu juga, di rumah Edo, temen-temen kamu juga semua nggak ada!"      Persia masih memendam suara tangisannya dan kemudian Persia mencoba memperbaiki suaranya dengan menirukan batuk kecil. "Persia ada di New York, Mama tenang aja disini Persia banyak temen kok. Nanti Persia hubungi lagi ya? Persia ada kelas!"      Dengan pandangan menyelidik Persia segera mematikan ponsel Robert. Ia tak ingin keberadaannya dapat diakses oleh Robert bahkan kini Persia menjauh dari tempat dimana Robert berteriak memanggil namanya. [...]      Lari atau tetap tinggal bukan perkara mudah. Karena Persia kini tidak tahu harus berbuat apa dan kemana harus pergi. Butuh waktu sekitar lima jam Persia mencari jalan raya, setelah Persia berhasil dan kini berada di tengah-tengah keramaian ibukota provinsi Ontario, Persia merasakan lelah dan rasa lapar yang teramat sangat. 'Aku harus kemana? Aku butuh biaya buat pergi ke New York. Nggak mungkin aku minta uang sama Mama.' hingga batin Persia tersirat niat untuk menelepon kembali ibunya. Tapi sekali lagi Persia tidak akan sanggup merancang jawaban jika ibunya bertanya. Kalaupun mungkin, itu tidak akan bisa jika Persia masih mengingat kesalahannya.      Gemerlap lampu malam di kota membuat Persia semakin pening. Bukan hanya kebimbangan kemana Persia harus melangkah setelah terbebas dari Robert, tapi kini masalah baru timbul saat Persia hanya bisa menatap bangunan-bangunan di Toronto. Tapi Persia masih memiliki harapan dengan niat menjual ponsel milik Robert. Segera Persia mencari toko alat elektronik dan jarak yang dicari tak jauh dari Persia berdiri, kemudian di sana Persia mewujudkan niatnya.      Setelah menyelesaikan satu masalah dengan menjual ponsel Robert, Persia dapat menikmati hidangan malam di salah satu kedai kopi. Tapi Persia tidak memerlukan waktu lama dan ia langsung bergegas menuju stasiun. Semakin besar harapan Persia di benaknya ketika melihat sebuah taksi yang siap membawanya menuju stasiun. Kemudian Persia berniat untuk pergi ke kota New York dan di sana Persia dapat menikmati kebebasan bersama pamannya.      "Bawa aku ke stasiun terdekat pak!" pinta Persia setelah memasuki badan mobil.      "Ya Nona!" sopir taksi mengiyakan dengan mulai melajukan mobil.      Persia dapat tersenyum manis ketika gemerlap kota mengiringi perjalanan menuju kereta bawah tanah. Bangunan-bangunan yang sempat mengerikan layaknya tatapan Robert sudah tidak menjadi sebuah kengerian. Tapi Persia masih memasang waspada dengan melihat sekeliling jika Robert berada di sekitar tempatnya berada.      Tiga puluh menit kemudian...      Rasa lelah dan kantuk membuat Persia tidak mampu menahan kebiasaan buruknya. Persia sempat tertidur pulas hingga beberapa menit kemudian Persia merasa seseorang telah membangunkannya,      "Oh, ah... Maaf aku tertidur disini!" ucap Persia membela diri ketika sopir taksi membuat tidurnya terputus.      "Kita sudah sampai Nona!" sopir taksi menjelaskan tentang tujuan Persia.      Masih berusaha mengumpulkan beberapa nyawanya yang sempat hilang akibat kantuk Persia mengusap-usap wajah dan tentu kelopak mata. "Baiklah, te..,"      Tunggu! Persia tidak menemukan keramaian seperti di dalam stasiun-stasiun pada umumnya. Tapi sebuah rumah besar yang dipenuhi dengan penjaga berpakaian rapi.      "Tunggu! I... Ini di mana pak? Anda salah tujuan dan ini... Bukan rumahku!" jelas Persia kebingungan.      "Maaf Nona, tapi alamat yang tertera disini benar. Aku diperintahkan untuk membawa Anda ke alamat tuan Luxembourg!"      Tulang dan otot Persia seolah kehilangan fungsinya. Tapi belum sempat Persia menjelaskan, secara terang pintu taksi terbuka lebar. Kedua kalinya tangan Persia terkuasai oleh cengkeraman kuat bahkan ini lebih erat saat Robert menariknya secara paksa untuk keluar dari mobil.      Persia menjerit, meronta bahkan ia memukuli wajah Robert. Tapi tenaga Persia hanya membuahkan hasil kemarahan Robert dan Persia mulai kewalahan menghadapi tangan yang membawanya masuk ke rumah besar milik Robert. Persia dapat melihat kembali bangunan megah penuh kedengkian yang sempat Persia hindari, tapi kini usahanya sia-sia karena Robert terlihat semakin membara.      "LEPASKAN AKU!" teriak Persia menarik rambut Robert.      Tidak ada gunanya! Pasalnya Persia telah melihat pintu besar kamar Robert dan pria yang berhasil menggendong tubuhnya itu tak bergeming dan sesekali mengerang menahan amarah.      Sikap dan perilaku Persia terlalu memuakkan hingga Robert berlaku kasar dengan menjatuhkan tubuh Persia di atas lantai. Kemudian Robert berjongkok agar memudahkan Robert meneliti wajah cantik Persia saat mendongak.      "Sebenarnya sudah cukup hanya dengan pernikahan sialan ini," Robert membelai kemudian menekan dagu Persia dengan jemarinya. "Kau hanya perlu memerankan tokoh sebagai istriku, kemudian kau bisa menikmati apapun yang aku berikan tapi kau memang tidak bisa diatasi dengan kelembutan. Baby!"      Baby? Sumpah demi martabatnya Persia ingin meludahi wajah Robert, tapi ia urung ketika mata itu rutin memancarkan kebencian terhadapnya.      "Kita akan bernegosiasi dengan mudah jika memang kau ingin terbebas dariku!" Robert memulai sebuah penawaran terbaiknya.      "Tidak! Aku tidak ingin apapun termasuk penawaran dari b******n sepertimu!" jawab Persia dengan nada meninggi.      Benar-benar k*****t! Robert terus memperhatikan bibir tipis Persia mengucapkan sesuatu, meski terdengar sangat keras dan memuakkan tapi Robert buta dan hanya menikmati aroma manis dari bibir Persia.      "Claudia Pricilia, berusia dua puluh lima tahun, lahir di Jakarta dan diasuh oleh pasangan Rachel, dia diadopsi saat usianya masih empat bulan," Robert mencela. "Setelah dua puluh empat lebih delapan bulan gadis yang disapa Persia telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan!"      Mata Persia terpejam merasakan panas ketika air matanya menetes, Persia hanya terdiam memperhatikan setiap memori dalam hidupnya dari mulut Robert.      "Dari mana kau tahu itu semua?" bibir Persia gemetar.      "Kira-kira kapan aku bisa membawa pulang surat penangkapan untukmu hm?" tidak ada yang perlu diperjelas jika Robert tahu semua identitas Persia saat ia mengobrak-abrik mobilnya, banyak status Persia yang tersimpan di dalam berkas yang selalu Persia bawa kemanapun. Robert mendekati wajah cantik yang mendongak, meski terlihat berantakan tapi Persia sangat mengagumkan.      Hampir Persia ingin menjawab entah itu sebuah pertanyaan atau sebagai asumsi bahwa Persia takkan berhasil menemukan tempat bebas lagi sekarang. Tapi Persia merasakan berat di kerongkongan dan juga lidahnya kelu mendengar ucapan Robert, kata-kata yang menegaskan bahwa Persia hanya seorang anak asuh dan... Sekali lagi, seorang tersangka.      "Jangan lukai wajah cantikmu dengan air mata sayang," kini ibu jari Robert menyentuh kelembutan bibir Persia. "Ini bukan siksaan seperti yang kau bayangkan, aku memberimu surga tapi jika kau menginginkan hal sebaliknya. Dengan senang hati aku mengabulkan permintaan mu."      Persia menghempaskan tangan Robert dari wajahnya, kemudian Persia menunduk tapi Robert kembali membuat tatapan mereka saling beradu. Terutama agar Robert lebih mudah melihat garis-garis leher yang menurutnya menggiurkan untuk dicium.      "Apa kau pernah membayangkan bagaimana jika ibu mu tahu bahwa kau sudah pernah membunuh orang?" giliran Robert menghardik.      "Aku... Tidak membunuh, itu..." lagi-lagi Persia gemetar mengingat sosok wanita bersimbah darah di depan mata.      "Begitu sebaliknya jika ibuku tahu bahwa menantunya yang asli sudah meninggal. Dan berapa lama aku harus melihat ibuku tidak tersenyum lagi? Mungkin itu tidak akan pernah terjadi lagi Persia. Itu artinya kau cukup menjadi istriku dan..," Robert menyeringai. "Ibu dari anak-anakku!"      Deg! Degup jantung Persia seakan terhenti oleh perkataan Robert barusan. Tapi Persia menajamkan pendengaran agar sekali tidak salah menangkap perbincangan mengerikan malam itu,      "Heh, kau..." tiba-tiba Persia tertawa kecil, ia merasa tak waras dengan ucapan Robert.      Kemudian Robert tak memerlukan perbincangan lebih panjang. Ia hanya bangkit serta mengulurkan tangan.      "Itu yang kau bilang negosiasi? Heh tuan Gold, kau itu kaya raya. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau bahkan kau bisa mengadopsi anak sama seperti orang tuaku," Persia membuang napas kasar. "Atau mungkin kau bisa meminjam rahim wanita lain untuk..."      "Aku memilih rahimmu, Baby! Dengan cara yang alami!"      Perkataan Robert semakin mendalam terhadap niatnya. Meski membayangkan saja hal yang mustahil, dan mencerna bagaimana ia bisa meniduri wanita yang sudah membunuh istrinya tapi Robert kembali mendekati wajah Persia. Sempat tangan Persia menghalangi tapi Robert menjeratnya ke belakang tubuh Persia, melingkarkan tangan Persia agar Robert leluasa menjerumuskan bibirnya menyentuh leher Persia.      Percuma Persia menargetkan tenaga untuk melawan apapun termasuk pelukan Robert. Meski meronta namun hangat dari lidah dan rahang berbulu Robert seolah menjadi racun. Tapi Persia mencoba dan terus berusaha mencari cara agar Robert menggagalkan keinginan.      "Aku tidak mau! Lepaskan aku!" bentak Persia gigih.      Kecupan Robert berjalan sepersekian detik, walaupun bagi Robert itu hanya sebentar tapi aroma pada caruk leher Persia sudah menjalari pikiran. Namun sudah menjadi hal yang tidak mungkin bagi Robert harus melakukannya, dengan wanita lain dan itu adalah Persia!     "Catat baik-baik Baby, jika kau berusaha lari lagi kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana kaki dan," Robert mendekatkan bibirnya tepat di telinga Persia. "Milikmu itu mati rasa!"      Bukan hanya terbelalak mendengar perkataan Robert yang terkesan berterus terang, Persia ternganga ketika Robert dengan berani menggigit daun telinga Persia.      Seakan balasan Robert kali ini lebih dari cukup. Robert pun bangkit dan sedikit membenarkan perasaan yang sebenarnya sudah di ambang batas kekuatan. Tapi Robert masih bisa bertahan jika mengingat kembali istrinya, dan Robert rasa hal mustahil jika ia harus bercinta dengan wanita yang sangat dibencinya. Meski permintaan Evelyn mengenai cucu sangat menekan batin Robert, tapi setidaknya Persia bukan alasan yang kuat untuk ia b******u.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD