Kedengarannya memang seperti drama, aturannya sama persis seperti alur cerita yang sukar dipahami. Apalagi jika Robert harus tetap memenuhi permintaan Evelyn tentang seorang bayi, hampir saja Robert tertawa tapi apakah itu terlihat lucu? Bukan tidak mungkin, tapi memang Robert tidak pernah memiliki niat untuk merayu wanita lain terutama di ranjang gulat bersama Persia. Yang benar saja?
Kopi yang hampir kehilangan aroma itu Robert letakkan ke atas baki pelayan, lalu ia meminta seseorang mengganti minumannya. Bukan hasil olahan kafein ataupun gula, tapi Robert menginginkan minuman segar dari gingseng. Mungkin alkohol akan menjadi obat hari yang sangat melegenda karena pasalnya hari ini Evelyn menelpon untuk memberi kabar yang sungguh sialan dan juga membuat Robert menelan ludah. Bagaimana tidak, Evelyn secara tiba-tiba menelpon saat Robert berada di meeting room hanya ingin memberitahu jika Persia tengah berjemur bersamanya. Bahkan Evelyn mengirim hasil curian gambar potret Persia.
Hampir Robert menyentuh menu bar untuk membuang foto Persia tapi ia hanya menyentak kan laptopnya ke meja. Membuang napas kasar kemudian Robert berlalu agar otaknya tetap jernih ketika rapat nanti.
Sementara itu di rumah megah milik Evelyn terlihat ramai saat Hellen dan Ellen saling berebut kunci mobil. Mereka saling menyahut, membela sikap masing-masing.
"Kau sudah menggunakan mobil ini Ellen! Giliran aku yang memakainya." kata Hellen tanpa menyerah.
"Kau sudah memberikan mobil super mu itu untuk pacarmu Hellen, ini milikku. Robert yang memberikannya sebagai hadiah ulang tahun." Ellen bersikeras.
"Dasar i***t! Kau pikir hanya kau saja yang lahir tanggal dan tahun itu?" Hellen berusaha meraih kunci di tangan Ellen. "Berikan padaku!"
Mereka saling merebut bahkan memperkuat tim masing-masing agar salah satu dari mereka mampu mengendarai mobil terbaru yang Robert berikan. Meski Hellen tahu jika pemilik sah adalah Ellen tapi setidaknya seorang kakak harus menang, dalam segala hal. Ya, termasuk Ellen harus rela meminjamkan mobilnya.
"Kalian bisa pergi bersama-sama!"
Pertengkaran kecil berhenti. Persia berjalan kemudian memberikan solusi jika Hellen dan Ellen bisa merayakan akhir pekan mereka bersama.
"Kau tidak perlu ikut campur! Urus saja Joseph palsu itu!" jawab Hellen sinis.
Sabar! Persia tersenyum meski sebenarnya ia ingin memaki atau mencengkeram kuat rambut dua wanita kembar di depannya.
"Saudara kembar Robert? Apa wajahnya sama persis?" Apa-apaan? Persia merasa t***l dengan pertanyaan itu. Tapi bukankah ada sebagian saudara kembar tidak identik?
Semula Hellen dan kembarannya menegang namun akibat pertanyaan bodoh Persia mereka saling memandang,
"Mereka kembar identik Persia, sama seperti aku dan Hellen." jelas Ellen singkat.
"Memangnya kau tidak pernah bertemu dengan Joseph? Kau tidak tahu apa-apa tentang keluarga suamimu? Ck, istri macam apa?" timpal Hellen kini berhasil meraih kunci dari tangan Ellen.
Jelas Persia tidak tahu bahkan ia tidak ingin mengetahui apapun tentang Robert. Namun dirinya kini telah terlibat, karena Persia berhasil merengkuh hati Evelyn. Ya, itu terlalu menyulitkan untuk Persia.
Persia masih memikirkan ucapan Hellen mengenai ketidaktahuan Persia. Istri? Sumpah mati Persia tidak ingin jejak status itu ada dalam dirinya, meski pikirannya terpenuhi niat untuk lari dari kenyataan tapi entah Persia berdiam meski terlihat pintu gerbang terbuka lebar. Persia tahu jika tidak ada kata untuk kesempatan empat kali.
Tak ingin berlabuh pada kebimbangan Persia memilih masuk ke dalam untuk menemani Evelyn. Persia ingat pesan Evelyn, jika keluarga Luxembourg akan merayakan kelulusan Hellen dan Ellen. Mendengar hal seperti itu seolah pukulan bagi Persia, karena tragedi kecelakaan satu Minggu lalu Persia harus mendekam dalam tahanan Robert. Berpisah dengan ibu dan ayahnya terutama menunda-nunda Persia melanjutkan pendidikan S2.
Hari yang sangatlah sibuk saat itu Persia dan Evelyn baru saja kembali dari supermarket. Mereka membeli banyak barang dan juga keperluan pesta kecil nanti malam, Persia nampak antusias membawakan belanjaan dalam wadah besar karena Persia merasa Evelyn masih sangat lemah,
"Anda bisa berjalan lebih dulu!" sudah beberapa kali Persia lupa jika ia tidak perlu menggunakan bahasa formal kepada Evelyn.
"Ah, maaf. Ibu bisa lebih dulu masuk, biar aku yang membawanya." Yakin Persia percaya diri.
"Kau yakin? Tapi itu sangat berat nak!" Evelyn pun menolak kemudian ia bergegas membantu Persia mengangkat barang-barang.
Evelyn bukan wanita yang hanya efektif mengandalkan anak buahnya. Bahkan Evelyn selalu melakukan tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh pelayan tapi Evelyn meng-handle segala sesuatu sendiri. Kecuali Evelyn merasa tidak mampu dan memang harus mengandalkan seseorang,
"Tidak perlu ibu!" Persia yakin bahwa ia bisa mengangkat kantung karton yang memiliki berat tiga puluh kilogram'aduh, manis banget ini beratnya? Ya ampun bisa patah tulangku' tapi demi Evelyn Persia mampu dan secara bergantian Persia membawa dua kantung belanjaan ke dalam. Kemudian Persia mulai menyibukkan diri melihat ketangkasan Evelyn menata bunga-bunga di taman.
Kesukaan dalam menghias rumah dengan warna-warna indah bunga dan tanaman sudah menjadi kebutuhan bagi Evelyn. Ia seperti tengah merawat buah hatinya, karena perlakuan Evelyn sangat istimewa terhadap beberapa jenis tumbuhan di rumahnya maka tanaman hias di sana sangat cantik. Semua jenisnya mampu membuat Persia mengagumi keindahan bunga-bunga kecil yang tertata rapi,
"Anda yang... Em... Maaf," Persia tersipu. "Maksudku Ibu. Apa kau yang merancang ini semua? Taman di sini sangat bagus, aku kagum melihatnya."
"Iya nak, ini semua aku yang merancang. Tapi tidak sendiri." Evelyn berkata kemudian ia meminta seseorang mengambil pupuk kandang dan Evelyn segera mengenakan sarung tangannya.
"Boleh aku membantumu? Memang aku tidak pengalaman mengurus tanaman tapi setidaknya aku pernah melihat ibu memberikan vitamin untuk bunga-bunganya." Mengatakan sesuatu tentang ibunya memang tidak mudah, Persia hanya memendam perasaan rindu.
"Tentu saja Persia, ngomong-ngomong bagaimana kabar keluargamu hm?"
Padahal sangat sulit untuk Persia mengingat ayah dan ibu tirinya. Karena memang Persia tahu jika mereka sudah mengetahui kebohongan Persia saat mengatakan baik-baik saja di New York, tapi bukan hanya perkara itu saja yang tidak mudah. Persia mulai termenung melupakan tugas membantu Evelyn mengingat dirinya tidak akan pernah kembali ke Indonesia. Mungkinkah?
"Persia?" Evelyn memudarkan lamunan Persia.
"Ah, mereka sangat baik ibu. Kita sempat mengobrol kemarin, em... Tapi tidak lama karena ibu tidak ingin terus terbayang-bayang olehku, tapi secepatnya kita akan bertemu." jelas Persia berdusta.
Evelyn mengangguk pelan. Ia terlihat sangat gembira dengan sifat ceria Persia. "Kau tenang saja sayang, Robert pasti akan mengajakmu berlibur ke Indonesia. Kalian juga bisa mengajakku!"
Senyum Evelyn terlihat menggoda. Persia melindungi wajah sedihnya dengan cantik, ia masih bisa tersenyum lebar kemudian ia melanjutkan tugas membantu Evelyn.
"Apa kalian itu satu kampus?" tanya Evelyn menyingkirkan beberapa tanaman liar di dalam pot bunga.
"Tidak, kita bertemu secara tidak sengaja." memanglah seperti itu kenyataan yang Persia alami.
"Wah... Dulu Gabe juga tidak sengaja memesan tiket kereta untukku, awalnya aku pikir dia menyerobot antrian ku. Tapi ternyata Gabe memberi ku tiket secara gratis." ujar Evelyn mengulang memori bersama suaminya.
"Kita berpacaran mulai hari itu juga, waktu itu aku butuh teman dan pelindung saat aku diperjalanan," Evelyn merasa lucu dengan kenangan manisnya. "Tapi kau harus tahu, bahwa dia sangat mencintaiku Persia."
Memang sangat manis kenangan Evelyn di pendengaran Persia. Tapi tidak untuk masalah Robert,
"Oh maaf, apa aku terlalu bersemangat? Lalu bagaimana denganmu Persia? Bagaimana bisa kalian bertemu secara tidak sengaja dan menjalin hubungan hm?" Goda Evelyn mengangkat kedua alis.
Persia bimbang! Harusnya ia bisa memberitahu hal yang lebih gampang, bukan karena ketidaksengajaan bertemu dengan Robert. "Em... Tidak sengaja karena aku... Waktu itu... Di restoran. Aku... Menabraknya."
Kemudian Persia merasa menyesal karena jawabannya terdengar t***l! Persia merasa kisahnya bukan drama Korea, tapi kenapa bisa Persia memilah jawaban yang benar-benar i***t saat itu? Ah, semenjak mengenal Robert kehidupan Persia menjadi sesuatu yang sangat primitif. Persia tidak secerdas biasanya, selalu gugup setiap mendapat pertanyaan dari Evelyn atau yang lainnya. Entahlah!
Nyata saat itu Evelyn benar-benar merasa bahagia mendengar sepenggal kisah Robert dan Persia. Lalu Evelyn melanjutkan kisah perjalanan tentang kehidupannya bersama Gabe, Persia pun dengan seksama mendengar kisah romansa Evelyn dengan melanjutkan tugas memberi pupuk untuk tanaman di halaman.
[...]
Semua pernak-pernik berupa hiasan di meja makan, ruang tamu dan juga hadiah istimewa untuk si kembar pemarah dan penyayang itu telah dipersiapkan oleh Evelyn. Sebelum tamu spesial datang Evelyn dan Persia meng-handle semua kekurangan saat merancang dekorasi rumah, sampai beberapa menit kemudian Robert dan Gabriel datang. Mereka memberi sambutan berupa kecupan hangat untuk Evelyn, tapi tidak saat Robert menatap wajah Persia. Robert terpaksa memasang raut mesra untuk istri palsunya.
Hanya rangkulan. Itu saja yang Robert lakukan dan ia tahu jika Persia berusaha menyingkirkan lengannya. Tapi entah kenapa bukan hanya itu yang Robert inginkan, ia merasa gemas saat Persia mendengus dingin. Seketika Robert mengecup pipi Persia. Lama, hingga Persia mencubit paha Robert,
"Jangan bertingkah semena-mena tuan Gold!" Bisik Persia terbelalak, "dan jangan cari kesempatan jika kita bersebelahan, karena aku tidak sudi bertukar udara denganmu!"
"Bukan hanya udara Persia," Robert menarik pinggang Persia, hingga wajah mereka saling terpaut, "kau bisa menukarkan keringat mu!"
Gila. Langsung saja Persia mendorong d**a Robert, tapi ia melirik kearah sekitar agar pertikaian mereka tidak membawa kecurigaan di benak keluarga Luxembourg.
Persia meraup gaun yang menjuntai agar ia mudah berjalan saat menjauhi Robert. Karena langkahnya sangat cepat Persia tidak pernah menyadari jika sisa kain masih berada di atas lantai, kemudian kain berwarna cokelat kehitaman itu tersangkut di antara kaki meja kecil terdapat tumpukan gelas berisikan wine yang tengah di tuangkan oleh pelayan.
Persia tak dapat menghindar saat itu, ia hanya mampu membungkuk kemudian melindungi kepalanya dengan kedua tangan. Tapi tidak untuk bagian Persia dipermalukan malam itu, pasalnya Gabriel dengan tangkas menutupi sisi tubuh Persia. Dan tak bisa dihindari jika jumlah dari puluhan gelas yang sudah terisi penuh itu menimpa punggung dan kepala Gabriel. Jeritan tamu pun bersahutan sampai akhirnya terlihat banyak serpihan kaca serta cairan merah minuman anggur di sana,
"Ayah?" teriak Ellen tercengang.
Persia mendengar sekaligus melihat dengan seksama jika Gabriel mengeratkan rahang sekaligus menutup matanya, nampak wajahnya menahan hantaman terutama serpihan yang menyusup di balik pakaian.
"A... Anda tidak apa-apa? A... Anda tidak terluka kan?" Persia menyingkirkan pecahan gelas yang menumpuk di pundak serta punggung Gabriel.
Segera Robert mendatangi keberadaan Gabriel. Tangannya meraih lengan Gabriel agar Robert memastikan jika ayahnya baik-baik saja, kemudian Robert melarang tangan Persia menyentuh apapun serta tak mengijinkan Persia di dekat Gabriel.
"Minggir! Kau lagi, kau lagi! Apa kau itu tidak puas hah?!" tandas Robert mendorong tubuh Persia.
Persia menahan tubuhnya terbengkalai saat Robert menyatakan kebencian dengan perlakuan kasar, "aku... Tidak sengaja! Maafkan aku!"
"KELUAR!" bentak Robert mengarahkan jari telunjuk kearah pintu.
Persia mematung. Tubuhnya gemetar saat melihat mata emas itu mengulas tentang kebencian, wajah yang takkan sanggup berbuat keramahan pada dirinya terus menghakimi. Tapi darah segar mengalir di pelipis Gabriel terutama saat melihat banyaknya pecahan kaca di sekitar kaki, Persia hampir terkulai,
"Maafkan aku! A...aku... Tidak sengaja, sungguh." rintih Persia hampir mendekati Gabriel. Tapi sekali lagi, Robert menentang.
"Keluar!" terdengar suara Robert melemah.
Bukan menjadikan kata-kata Robert sebuah kesempatan. Tapi justru Persia sedikit memundurkan tubuhnya dan berusaha tetap tinggal. Ia tak sanggup menerangkan betapa menyesalnya melihat Gabriel terluka karenanya, meski bukan murni kesalahan tapi Persia tidak akan menerima hal yang mengerikan itu terjadi lagi. Cukup tragedi Hilda.
[...]
Suasana sepi seolah rumah megah milik Evelyn tak terjadi apa-apa. Tapi perasaan di sana bercampur aduk, dengan penuh tanya atas sikap dan perlakuan Robert terhadap Persia. Mereka hanya tidak percaya jika Robert membentak bahkan mendorong Persia saat tubuh Gabriel terluka. Beberapa sempat melirik kearah Persia ataupun Robert, tetapi tidak juga satupun di antaranya berkeinginan untuk mengetahui. Mungkin dalam benak mereka itu bukan urusannya.
Pesta selesai sejak satu jam Gabriel mendapat jaitan pada luka di ujung kepala sampai pelipis. Meski dirinya terluka tapi tidak sedikitpun Gabriel menaruh kebencian terutama menyalahkan Persia. Semua itu kecelakaan, hanya musibah yang sejenak singgah. Katanya sebelum Gabriel lihat tangisan Persia,
"Tidak nak, ini bukan salahmu! Ini keputusan ku sendiri yang ingin melindungi mu, dan kau tidak perlu merasa bersalah lagi." Gabriel menyingkap rambut panjang Persia.
"Aku... Ceroboh, dan aku menyesal karena kau mendapat luka seperti ini." tangan Persia bersikukuh untuk memohon maaf dengan menyentuh jemari Gabriel.
Tentu Gabriel menggeleng untuk kedua kalinya. Ia sangat tidak setuju dengan tuduhan Robert barusan, tapi Gabriel rasa itu juga bukan urusannya. Yang jelas gelengan kepala Gabriel menandakan jika Robert harus memperbaiki kualitas sikapnya terhadap wanita. Ya, itu komitmen dalam keluarga Luxembourg.
Meski secara terang Robert mengusirnya, namun Persia tetap tinggal tanpa ia beranjak dari rumah Evelyn. Namun karena Evelyn rasa semuanya baik-baik saja termasuk kondisinya, Persia menuruti perkataan Evelyn untuk tetap ikut bersama Robert. Kemudian Persia berlari kecil dengan memendam perasaan takut saat Robert tak sedikitpun berkata, tapi Persia tak berhenti menyerah untuk tetap meminta maaf walaupun Persia tahu ini sama sekali bukan kesalahan seperti waktu itu.
Di perjalanan Persia termangu melihat lampu-lampu kota New York saat itu. Persia rutin memperhatikan setiap pergerakan pada diri Robert yang sibuk dengan mengendarai mobil. Bukan tatapan waspada tapi entah Persia merasa bahwa dirinya mengulang kebencian lagi dan lagi untuk pria Gold di sebelahnya.