Bab 81

1752 Words
Di sebuah ruangan dengan lantai dansa yang begitu indah dan besar, sepasang suami istri tengah membuka acara perayaan pernikahan mereka berdua. Sepasang suami istri itu yang tak lain adalah Jordan dan Rose, kedua orangtua dari Harmoni. Semua keluarga mereka berkumpul di sana dan tak lupa pula, para rekan Jordan dari sesama pengacara kondang, sampai beberapa pengusaha yang pernah bekerjasama dengan Jordan dan beberapa petinggi negara yang memang sangat tahu siapa Jordan Sudarmanto. Gerakan pasangan yang sudah setengah abad itu tak setangkas saat mereka masih muda dahulu, faktor usia yang menjadi penyebabnya. Semua pasang mata tertuju pada Jordan dan Rose namun, artis dari acara malam ini nampak tak terlalu fokus dengan tarian yang ia lakukan bersama dengan suaminya karena sang putri masih belum menampakkan batang hidungnya. "Kemana Harmoni?" tanya Rose dalam hati dengan mata yang masih terus berkelana mencari keberadaan Harmoni. Jordan yang sadar akan gerak-gerik sang istri, langsung berbisik di telinga Rose, "Apa yang kau pikirkan?" Tak ada tanggapan dari mulut Rose, yang ada hanya sebuah senyuman karena ia tak ingin orang lain tahu, jika dirinya tengah memikirkan Harmoni yang masih tak kunjung datang. Setelah asyik-asyiknya berdansa, seorang gadis cantik dengan balutan gaun gold dengan hiasan berlian di sekujur tubuhnya melenggang masuk ke dalam ruangan tersebut. Gadis itu menggunakan rancangan busana desainer ternama tahun ini dengan nuansa glamour. Rambut yang sengaja di gelung dengan riasan sebuah mutiara yang berkilau, menambah kesan mewah pada diri gadis itu. Bukan hanya gadis tersebut yang menjadi pusat perhatian para tamu namun, seorang pria yang jarang mereka temui juga ikut andil masuk berjalan beriringan tepat di samping Harmoni dengan gagahnya. Tinggi badan yang sangat mendukung, tubuh tegapnya, badan gagah, serta wajah tampan yang tak perlu diragukan lagi, semakin menambah nilai plus pada diri pria itu. Lensa mata biru dengan bulu mata yang tak bisa dikatakan remeh, semakin membuat tatapan para tamu tertuju pada pria tampan dan gadis cantik yang saat ini melenggang dengan apiknya ke arah ballroom, dimana sepasang suami istri yang saat ini tengah menghentikan gerakan dansa mereka karena terpaku pada pesona dua anak manusia beda jenis yang sangat serasi itu. Mereka adalah Dewa dan Harmoni, tamu yang paling ditunggu oleh Jordan dan Rose. "Harmoni!" sapa Rose pada Harmoni. Seorang ibu yang sudah menua namun, masih terlihat cantik itu melepaskan dirinya dari sang suami. Ia memilih berjalan ke arah putrinya dan memeluk Harmoni sangat erat. "Selamat hari pernikahan untuk Papa dan Mama! semoga menjadi sepasang suami istri yang selalu bahagia, harmonis, dan dalam lindungan Tuhan," tutur Harmoni pada sang ibu. "Terima kasih, Sayang!" Dewa yang masih belum pernah bertemu dengan kedua orangtua Harmoni, hanya bisa berdiam diri disamping sang kekasih. Sementara tatapan mata Jordan sudah menyorot pria yang sedari tadi menyita perhatiannya. Jordan melangkahkan kakinya menuju arah Dewa dan Harmoni. CEO cantik tersebut yang melihat ayahnya datang menghampirinya, akhirnya melepaskan pelukan sang ibu dan berjalan ke arah Jordan. "Selamat ya, Pa!" ucap Harmoni pada sang ayah. "Terima kasih, Nak!" balas Jordan mengecup kening putri semata wayangnya. Arah tatapan mata Rose kini tertuju pada Dewa. "Apa kau pria yang bernama, Dewa?" tanya Rose pada calon menantunya itu. "Iya, Bibi!" sahut Dewa dengan sangat sopan. Mendengar sahutan dari mulut Dewa, perhatian Jordan yang awalnya terfokus pada sang putri, kini arah tatapan mata pria setengah abad itu kembali terfokus pada Dewa. "Apa dia kekasihmu?" tanya Jordan pada sang putri. Harmoni melihat ke arah Dewa sembari berkata, "Ya, Pa! dia Dewa! kekasihku!" Karena namanya disebut oleh Harmoni, Dewa tersenyum ke arah Jordan dengan sangat manisnya. Karena acara dansa yang dibuka oleh Jordan dan sang istri telah usia, akhirnya satu persatu para Paman dan Bibi Harmoni mendekat ke arah keluarga Jordan. "Wah, siapa ini? Harmoni, ya?" tanya seorang pria yang memiliki wajah cukup mirip dengan sang ayah. Harmoni yang sangat kenal dengan suara itu menoleh ke arah sumber suara dan benar, itu suara sang paman yang sama kentalnya menganut tradisi keluarga dan pamannya itu adalah salah satu orang yang juga ikut menentang profesinya sebagai seorang pengusaha. "Apa kabar, Paman!" sapa Harmoni pada pria berkacamata tersebut. "Pastinya aku baik-baik saja karena aku tak melanggar tradisi keluarga Sudarmanto, bagaimana dengan dirimu, Nak? apa kau dalam keadaan baik atau malah sebaliknya?" tanya Paman Harmoni dengan sangat blak-blakan tanpa rasa sungkan sedikitpun pada sang kakak yang tak lain adalah Jordan. Harmoni hanya tersenyum manis menanggapi ocehan tak jelas sang paman yang memang dari dulu cukup sentimental padanya. "Aku masih baik-baik saja, Paman! terbukti dengan keberadaanku di sini, bukan?" sahut Harmoni balik menyindir pamannya. "Hah, kau benar! kau dalam keadaan baik-baik saja, tapi aku yakin, ancaman kematian pasti ada di setiap harimu, Nak! berbeda dengan kami, yang mentaati tradisi keluarga, pasti akan terlindungi dari kesialan," sarkas paman Harmoni tersebut. "Bisa kau hentikan ini?" tanya Jordan membuka suaranya untuk pertama kalinya di hadapan para keluarganya dan itu terkesan membeli sang putri. "Kenapa, Kak? apa kakak sudah muak dengan gadis pembangkang ini?" tanya Paman Harmoni tersenyum remeh pada Jordan. "Apa kau sungguh tak bisa menahan emosimu di acaraku? apa kau ingin berdebat denganku?" tanya balik Jordan pada sang adik. Rose yang tak mau ikut campur urusan saudara sedarah itu hanya bisa mendekati Harmoni, menyentuh punggung gadis tersebut dan mengusapnya perlahan karena insting seorang ibu tak mungkin salah dan benar saja, Harmoni hanya tampak kuat di luar, di dalamnya, gadis itu rapuh. Harmoni saat ini menahan air matanya, air matanya agar tak jatuh di hadapan sang paman yang memang sudah terkenal sangat tidak menyukai dirinya semenjak Harmoni bisa membangun perusahaannya sendiri tanpa bantuan dari keluarga Sudarmanto yang mereka elu-elukan itu. Dewa hanya bisa mempelajari setiap konflik yang ia lihat saat ini. Dewa tak bisa langsung menyambar ikut campur dalam urusan keluarga Harmoni, jika ia tak tahu seluk-beluk permasalahan keluarga ini lebih dulu namun, kini Dewa mengerti, apa penyebab Paman Harmoni bisa begitu sentimental terhadap Harmoni. Karena suasana sudah kembali hening dan para tamu juga tahu apa yang saat ini terjadi di tengah-tengah lantai dansa itu, mereka lebih memilih diam karena urusan keluarga Sudarmanto bukan bagian dari mereka. "Kita lanjutkan acara dansanya," pinta Jordan pada semuanya, termasuk Dewa dan Harmoni. Sedangkan paman Harmoni hanya bisa menatap keponakannya dengan senyum meledek. "Sudah, Pa! jangan seperti itu," peringati sang istri yang bersikap netral karena ia tak mau ikut campur urusan keluarga dari suaminya. Sebelum acara dansa kembali dilanjutkan, Jordan berjalan ke arah kue tart dengan tinggi yang cukup menjulang. "Sebelum acara dimulai, saya sebagai tuan rumah beserta istri mengucapkan terima kasih atas kedatangan para tamu undangan sekalian karena hari ini hari di mana tuhan mengikat janji kami untuk bersedia hidup bersama baik suka maupun senang, ini sebagai bentuk wujud syukur kami karena Tuhan telah mempersatukan kami menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia," tutur Jordan memberikan sambutan hangatnya. Sebelum Jordan memotong kue tart berukuran besar itu, tangan Rose sang istri ditarik olehnya dan kini kedua tangan mereka sudah berada dalam satu genggaman yah sama untuk bersiap memotong kue tart berukuran besar tersebut. Jordan dan Rose hendak memotong kue tersebut namun, suara Harmoni terdengar. "Tunggu dulu! ucapkan harapan kalian sebelum memotong kuenya," pinta Harmoni pada kedua orangtuanya. Jordan dan Rose yang paham akan maksud dari putrinya hanya bisa mengangguk. Keduanya sudah saling menutup mata dan mengucapkan doa mereka untuk kebutuhan keluarga serta kebahagiaan keluarga mereka, terutama sang putri. Setelah selesai, akhirnya Jordan dan Rose mulai memotong kue tersebut dengan gerakan pelan. Tepuk tangan yang sangat meriah diberikan oleh para tamu. Jordan dan Rose tersenyum penuh rasa haru karena mereka masih diberikan umur yang panjang dan bisa merayakan ulang tahun pernikahan mereka sampai detik ini juga. Jordan memberikan potongan kue pertama itu pada sang istri "Selamat ulang tahun pernikahan, semoga kebahagiaan selalu menyertai rumah tangga kita dan keluarga," doa Jordan pada sang istri. "Aamiin!" respon Rose atas doa suaminya. Jordan mengecup kening Rose di hadapan para tamu dan putrinya dan lagi-lagi suara tepuk tangan yang sangat meriah terdengar ditelinga para kaula yang datang. Jordan segera mengulurkan tangannya pada Rose untuk kembali memulai acara dansa di lantai dansa ruangan itu yang terlihat cukup menganggur. Dengan senang hati, Rose menerima ajakan suaminya. Paman Harmoni yang masih berada sangat dekat dengan keponakannya menatap ke arah Harmoni dibarengi senyuman sinisnya. "Mari kita ikut berdansa," ajak paman Harmoni pada sang istri dan mereka sudah berada di tengah lantai dansa bersama Jordan dan Rose. Para tamu lainnya juga ikut melakukan hal yang sama dengan Jordan dan Rose. Harmoni dan Dewa masih diam tak melakukan apapun hanya berdiri seperti patung menatap indahnya para tamu bergerak mengikuti alunan lagu yang sudah di putar oleh bagian operator acara. Dewa melirik ke arah Harmoni dan tanpa ia sadari, ternyata ada pria lain yang juga mengincar Harmoni di tempat ini. "Jadi dia datang juga rupanya," gumam Dewa dalam hatinya karena pria itu baru datang dari arah toilet. Dewa tak ingin buruannya yang sudah ada dalam genggamannya direbut oleh pejantan lain, akhirnya dengan gerakan tak terduga, pria bermata biru itu berlutut di hadapan Harmoni dengan tangan yang diulurkan ke arah gadis cantik dengan balutan gaun yang seksi dan pas di tubuhnya. "Sudikah Anda menerima ajakan pria seperti saya?" tawar Dewa pada Harmoni. CEO cantik itu yang diperlukan seperti layaknya seorang Dewi bagi Dewa, dengan senyum manisnya, Harmoni menerima tawaran Dewa dan meletakkan telapak tangannya di atas tangan Dewa. "Bawa aku bersamamu, Tuan!" respon Harmoni atas ucapan Dewa. Senyum di bibir keduanya terbentang indah dan pastinya mereka menjadi pusat perhatian para tamu, bahkan para tamu yang berdansa juga terlihat tak fokus dengan gerakan mereka kala melihat adegan romantis yang dipertontonkan oleh Dewa dan Harmoni. Pria yang berada cukup jauh dengan Harmoni, hanya bisa tersenyum kecut melihat kenyataan yang ada. "Ternyata mereka sudah jadian," gumam pria tersebut yang tak lain adalah Jason. Harmoni dan Dewa saat ini sudah berdiri dengan jarak yang cukup dekat dan cukup intim. Lagu yang begitu romantis membuat mereka mengikuti kemana alunan nada membawa saraf-saraf mereka untuk bergerak seindah mungkin. Tangan Dewa sudah bertengger di pinggang ramping Harmoni, sementara kedua tangan gadis itu sudah berada di leher Dewa. Tatapan mata mereka menyatu satu sama lain. "Kau sangat cantik malam ini? apa aku boleh berbuat lebih selayaknya kekasihmu yang sesungguhnya?" tanya Dewa sekaligus meminta izin pada Harmoni. "Lakukan apa yang kau inginkan," sahut Harmoni memberikan lampu hijau pada Dewa. Senyum di bibir Dewa terukir apik namun, hati pria itu tak sebahagia wajahnya saat ini. "Aku akan membuat malam ini akan menjadi malam yang sangat bahagia bagimu dan kau pasti tak akan melupakan malam ini, meskipun aku pergi untuk selamanya dari hidupmu," gumam Dewa dalam hatinya. Harmoni masih tak sadar akan tanda-tanda kepergian Dewa karena gadis itu saat ini masih fokus menikmati kebahagiaan yang Dewa berikan padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD