"Mbak Mia mau ketemu sama Abang, kan? Aku udah bilang ke dia, kalau Mbak Mia mau ketemu." Anisa menghampiri Mia. Keduanya sudah kembali berakting seperti biasa. Empat hari setelah kepulangan Mia, Naisa menyusul karena wanita itu berhasil menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari target waktu yang disepakati. Anisa memang cerdas. "Abang bilang setuju." Ucap Anisa lagi. "Aku yang nggak setuju." Mia menoleh, membalas tatapan serius Anisa. "Kenapa nggak mau? Kan cuman periksa." Anisa masih tetap memaksa. "Lain kali aja, ya? Aku nggak punya waktu dan kayaknya aku udah nggak sakit juga." "Sekarang pasti nggak sakit, tapi gimana kalau nanti kumat lagi?" "Aku udah punya obat pereda nyerinya." "Itu hanya menunda, tidak menyembuhkan." Mia tersenyum. "Lain kali aja ya, kalau aku udah bener-

