Bab 6 : Perkenalan Keluarga

1054 Words
"Wah, kalian beneran jodoh deh kayaknya. Jadi, Alea ini murid di sekolah Pelita?" ucap Kanaya hampir tidak percaya bahwa ada kebetulan semacam itu terjadi pada hidup putranya. Tidak! ini pasti karena Alea dan Jeje berjodoh! "Tahu nggak, Tania. Aku tuh waktu itu bilang, semoga anakku ini dapat jodoh anak yang masih SMA. Nggak nyangka ya? Mungkin nggak sih, mereka ini jodoh?" kata Kanaya sambil tertawa renyah. Ucapan Kanaya itu membuat semuanya tertawa. Kecuali Alea dan Jeje yang justru dingin, diam tanpa kata. Alea ingin menghindari obrolan yang semakin menjurus ke hal-hal tidak diinginkan olehnya. Namun dia tidak mungkin pergi kemana pun, sangat tidak sopan. Apalagi mereka adalah tamu penting orang tuanya. Bersabar sajalah, Aleandra. "Mami benar juga, kalau dilihat-lihat mereka cocok lho," komen Steve yang juga keliatan sangat menyukai Aleandra. Satu-satunya hal yang Alea kagum adalah Kanaya dan Steve. Mereka berdua tampak harmonis dan mesra di usianya yang tak lagi muda. Dan lagi, menurutnya, mereka berdua orang yang ramah. Tapi, dia tidak menyangka kalau mereka adalah orang tua dari Jeje. Seandainya Jeje bisa lebih ramah, mungkin pria itu bisa masuk kriterianya. "Je, kenapa Keano tidak ikut?" tanya Kanaya tiba-tiba teringat tentang putra bungsunya. Ya, adik Jeje itu juga pulang bersama daddy-nya ke Indonesia, tapi kenapa dia tidak ada di sini? Padahal awalnya Kanaya mengajak Keano, bukan Jeje. Wajah Jeje tampak datar saja. "Keano bilang dia nggak bisa datang. Tadi Jeje kira Mami sengaja minta Jeje datang. Jadi, Jeje ikuti kata-kata Keano, datang ke sini menggantikan dia." Kanaya senyum-senyum mendengar jawaban Jeje seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Oh gitu, oke deh. Nggak apa-apa kalau Keano nggak datang." Keano? Kenapa Aleandra merasa tidak asing dengan nama itu. Nama Keano seperti nama orang yang dia kenal. Tidak mungkin, dia pasti salah ingat. Mana mungkin dunia sesempit itu. Sedangkan nama Keano itu termasuk nama yang pasaran, bukan hanya satu di dunia ini. Jeje tanpa sengaja menatap Lea, saat gadis kecil itu juga menatapnya. Mereka pun saling menajamkan mata. Sama-sama kelihatan tidak suka. Lea makin tidak tahan berada di sisi pria itu. "Bisa nggak sih dia itu ramah dikit," ucapnya pelan. Jeje melirik tajam ke arah Lea. Gadis itu hanya tercengir kaku. Semua senyuman yang dia tunjukkan jujur hanya dipaksakan demi kedua orang tuanya. Sedangkan Jeje bersikap apa adanya, dia memang dingin dengan siapa pun. Tidak terkecuali pada Aleandra. "Tidak jelas," ketus Jeje. "O Astaga Tuhan, semoga ini cepat berakhir." Ia bergumam pelan sambil memejamkan mata dan menggeram tertahan. Sementara orang tua mereka sedang mengobrol santai. Kanaya dan Steve melirik satu sama lain, mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu. "Keano? Apa itu anak kedua Mbak ?" sambung Tania menanggapi ucapan Kanaya tentang putra bungsunya. "Iya, Keano itu saudara laki-laki, Jeje. Tadinya Keano yang saya ajak ke sini," terang Kanaya. "Tapi, itu anak baru pulang jadi mungkin masih capek ya. Dia nganterin daddy-nya kemarin baru sampai langsung nginep di hotel. Makanya Jeje juga nggak tau kalau daddy dan adiknya pulang ke Indonesia," tutupnya. "Oh gitu ...." jawab Tania tersenyum. Kanaya menyentuh telapak tangan suaminya, mengisyaratkan agar suaminya memulai obrolan ke intinya. Dua orang itu sudah saling melempar kode sejak tadi. Jeje bukan tidak tahu, hanya dia tidak mau peduli. Apa pun yang akan dikatakan kedua orang tuanya, dia yakin pasti akan membuatnya repot nantinya. Namun silakan saja, Jeje tidak akan mau disusahkan sedikitpun. Steve mengerti, kepalanya mengangguk memahami maksud sang istri tercinta. Kanaya tersenyum ramah pada orang tua Aleandra. Sedangkan Aleandra tampak bosan, ingin segera menyelesaikan pertemuan yang membuatnya kesal. "Sebelumnya terima kasih untuk Harry dan istri yang telah menyambut baik dan ramah kehadiran saya dan istri juga Jeje, putra sulung saya," kata Steve membuka obrolan ke arah yang lebih serius. Semuanya fokus mendengarkan, kecuali Aleandra, dia terlihat malas. "Hem, sebenarnya kedatangan saya dan juga istri saya kesini, untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga kamu Harry." Harry menanggapi dengan senyum. Dia juga senang karena Steve dan Kanaya mau datang berkunjung. "Juga yang terpenting, tadinya saya ingin memperkenalkan anak kami yang bernama Keano, yang baru saja menyelesaikan study S1-nya. Tapi, Keano malah tidak hadir. Jadi saya pun memutuskan untuk memperkenalkan Jeremy, putra sulung saya," tutur Steve melanjutkan ucapannya sambil tersenyum ke arah Jeje. "Jeje ini sudah lulus dan sekarang mengajar. Dia menjadi dosen di salah satu universitas. Begitu kira-kira," ujar Steve masih membahas seputaran tentang Jeje saja. Jeje mulai tidak nyaman, kenapa sejak tadi yang dibahas jadi dirinya terus. "Memang, Jeje lebih cenderung berbeda. Dia tidak tertarik membangun perusahaan seperti saya," imbuh Steve. "Daddy seharusnya tidak perlu membahasnya," gumam Jeje tidak peduli. Aleandra mendengkus memperhatikan ekspresi om-om ketus di sebelahnya. "Apa dia sedang bosan sama sepertiku," ucap Alea pelan sambil bertanya-tanya. "Jujur aku lapar," tambahnya sambil memegang perut. "Je, kenalan sama Alea dulu," ucap Naya meminta sang anak pertamanya untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan sejak tadi. "Udah kenal," jawab Jeje santai dan tidak terduga sama sekali. "Ih kamu mah, maksudnya kenalan lebih dekat. Jangan judes gitu ih. Liat Alea lucu banget, masa kamu galak gitu?" tegur Naya tidak senang dengan sikap putranya yang terlalu dingin dan cuek bebek. Alea mendengkus sambil mengerucutkan bibir. Lagi-lagi hal itu terlihat oleh Kanaya, dan wanita itu malah semakin gemas dengan tingkah Aleandra yang menurutnya sangat lucu. "Tuh kan liat deh, Lea lucu banget, Jeje." Gerak-gerik Kanaya bisa terbaca oleh Jeje dengan sangat jelas. Tapi Jeje sama sekali tidak terprovokasi. "Alea sayang, kamu mau kan, kenalan dengan anak Tante?" Alea tentu saja tidak dapat menolaknya, Kanaya terlihat begitu lemah lembut dan juga baik hati. Meski dia juga enggan kalau melihat om-om di sebelahnya. "Ah, iya Tante," jawab Naya tak enak. Semuanya merasa lega, karena Alea bahkan mau mengulurkan tangannya lebih dulu kepada Jeremy. "Salam kenal, Aleandra." Jeje menatap ke arah Alea, gadis itu hanya memasang wajah ketus. "Hem." Jeje menerima uluran tangan Alea dengan terpaksa. "Dasar Om ngeselin!" umpatnya pelan. Aleandra tidak mau memperpanjang hal itu. Ia tidak mau terlihat tidak sopan di hadapan tamu kedua orang tuanya. "Je, kenapa sih ditekuk terus wajahnya? Kamu yang bener dong kenalannya." Lagi-lagi Kanaya menegur putranya. "Iya, Je." Steve juga merasa tidak enak, padahal Alea sudah sangat ramah dan menyenangkan. Pantas saja putranya itu belum menikah sampai sekarang, pikirnya. "Iya, salam kenal ya. Aleandra." Jeje mencoba tersenyum pada gadis kecil itu. Alea terpaku, dia tidak menyangka kalau Jeje bisa tersenyum semanis itu. Padahal itu hanya senyum yang dipaksakan. Alea belum tahu jika Jeje tersenyum lebih tulus lagi, dia mungkin akan pingsan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD