Tuan Sakit

1270 Words
SCANDAL DENGAN NYONYA [Episode 1 ~ Tuan Sakit] City Max sedang berada di club dan sedang meminum Vodka entah yang keberapa kalinya, hingga membuat Beno, Jared dan Kevin melihat ke arah Max dengan tatapan khawatir dan sebal juga. Bagaimana tidak sebal, kalau ada asisten yang paling tidak tau terimakasih, mungkin Max adalah pemenang. Kenapa bisa menang? Karena dengan tidak tau malu dan tidak tau diri Max mencintai Bianca, sang Nyonya yaitu istri dari Tuan Zen, bos tempat Max bekerja. " Nggak guna tau nggak loe, mendingan sono ke kamar ngajak cewek cantik yang ada di sini. " Kata Jared yang otaknya selalu tidak jauh yang namanya s**********n, selalu on fire dan number one. Sialan! " Ngajak cewek, bercinta nanti juga yang di sebut-sebut juga Bianca siapapun namanya itu, gue jadi kasihan... " kata Beno dengan nada meledek tapi masih bisa bilang kasihan! Kalau kasihan jangan di tertawakan bambang! " Itu mah bukan bercinta tapi berhubungan badan, yang di nikmati aja bibir bawahnya aja, bibir atasnya nggak mau, takut berpaling. " Kata Kevin yang sedari tadi kalem dan sekarang ikut berkomentar. " Udahlah nggak usah sok tauk, kalau sampai sekarang loe nggak bisa lupakan Green! Sama aja tai... Nih gue tuh the real player (pemain sesungguhnya). " Kata Jared membanggakan diri sendiri, tapi apakah seperti itu bisa di banggakan? Memang teman luknut, udah tau Max sedang pusing malah berdebat sendiri. " Alah! tai loe, nggak pernah jatuh cinta mana tau loe. " Kata Max dengan sewot dan ternyata masih tersadar. " Eh masih sadar ternyata. " Kata Jared dengan tertawa. " Udah sikat aja sih Max. " Kata Beno yang ikut mengompori, benar-benar Jared dan Beno adalah otak s**********n. Hm! Tapi Max enggan bergeming walaupun di hadapan Max ada wanita cantik dan seksi. Hm! Dan malah mengatakan... " Bianca. " Kata Max dengan lirih tapi masih di dengar oleh Jared, Beno dan Kevin yang sontak membuat Jared dan Beno tertawa ngakak sedangkan Kevin tersenyum sinis. " Jatuh cinta level kronis. " Kata Kevin dalam hati. " Aku siap jadi Bianca malam ini. " Kata wanita yang sedari tadi mengincar Max dan sekarang memegang pundak Max dengan lancang karena selama ini Max enggan di sentuh siapapun tanpa seijin Max pasti. " Singkirkan tangan loe! " desis Max dengan galak yang sudah membuat wanita itu ketakutan dan lebih melepaskan tangannya dari pundak Max. " Loe tuh galak banget deh, jadi takut yang jadi Bianca loe malam ini. " Kata Beno dengan meledek. Sialan! " Sekali-kali tuh senyum, hidup harus di nikmati walaupun yang dicintai sudah ada yang memiliki. " Kata Jared dengan enteng dan terkesan seperti pujangga cinta padahal Jared adalah pujangga s**********n. " Ah bacot loe! nggak pernah jatuh cinta mana tau sih! " kata Max dengan sewot karena sedari tadi terus saja di ledek. " Nah! Karena gue engga kayak loe itu galau nya, makanya gue nggak mau yang namanya cinta... Cinta nggak bikin kenyang tapi bikin sakit hati. " Kata Beno yang di setujui Jared, memang mereka adalah otak s**********n saja, sedangkan Kevin hanya terdiam mendengar para temannya pada ribut. - Setelah pulang dari club yang tidak berfaedah itu malah membuat Max semakin pusing, Max menuju ke apartemen mewah yang berhasil Max beli dari gaji nya sendiri sebagai asisten Tuan Zen, mengingat Tuan Zen membuat Max pusing, karena bagaimanapun Tuan Zen adalah bos nya Max dan bagaimanapun Max pasti mengingat Tuan Zen. Ah kepala Max semakin pusing saja. Apalagi saat Max mengingat Bianca! Akhirnya Max lebih memilih untuk berbaring di ranjang empuk yang membuat kepala Max terpejam karena merasakan nyaman, hm! Vodka yang di minum Max tadi masih terasa dan itu membuat Max semakin pusing dan dengan setengah sadar mengatakan... Bianca. Dan dengan tertatih, Max berjalan dengan sempoyongan menunju ke balkon dan melihat bintang, duduk di kursi rebahan yang ada di balkon dan melihat bintang. No Family (tidak ada keluarga) Tidak ada saudara! Benar-benar sebatang kara. Max masih ada di balkon dan melihat bintang. Cinta pada pandangan pertama memang susah untuk hilang, akan selalu melekat. - Jika semalam Max teler karena mabuk, maka pagi ini jam enam pagi Max sudah rapi dan siap berangkat kerja. Walaupun semalam pulang malam, Max bisa membagi waktu dan bisa bangun di pagi hari. Karena Max tinggal sendiri di apartemen, Max juga membuat sarapan sendiri ya walaupun hanya roti yang di olesi dengan selai coklat dan juga secangkir kopi hangat. Max sarapan di meja makan sendirian dan dengan tenang. Dan saat akan makan suapan roti terakhir, tiba-tiba saja ponsel Max berbunyi dan menampilkan nama di karena panggilan telepon. " Nyonya Bianca. " Deg! Hati Max berdebar dengan kencang karena panggilan telepon di pagi hari. Dan setelah tersadar dari keterkejutan nya, Max langsung menggeser tombol hijau yang artinya menjawab panggilan. " Cepat kesini Max, suamiku sakit. " Kata Bianca dengan nada tercekat dan khawatir dan sebelum Max menjawab, Bianca sudah mematikan telepon sebelah pihak, dan dengan segera Max menunju ke arah lift untuk segera pergi padahal kopi yang di buat tadi belum sempat di minum. - Tiba di mansion Tuan Zen tiga puluh menit kemudian dengan Dokter keluarga yang siap untuk memeriksa kondisi Tuan Zen. " Kondisi suamiku bagaimana Max? " tanya Bianca pada Max dengan wajah khawatir dan itu membuat hati Max sangat sakit tapi bagaimanapun Max harus tetap profesional dan memilih untuk mengesampingkan perasaan terlarang itu dengan Bianca dan lebih memilih untuk mengatakan... " Dokter sedang menangani Tuan, Nyonya. " Kata Max dengan wajah datar khas sekertaris dan memanggilnya Bianca dengan embel-embel Nyonya karena memang seperti itu biasanya padahal dalam hati ingin memanggil Bianca dengan sebutan spesial tapi... Siapa dia? Hanya seorang asisten! Dan saat mendengar jawaban Max yang tidak memuaskan Bianca, Bianca lebih memilih untuk mondar-mandir saja padahal sedari tadi Max menawarkan Bianca duduk saja biar tidak capek dan lelah. Hm! Dan setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Dokter keluarga keluarga dari kamar Tuan Zen dan menatap yang ada di luar kamar dengan pandangan sedih dan mengatakan... " Tuan Zen harus banyak-banyak istirahat, Nyonya sudah bisa melihat Tuan lagi. " Kata dokter mempersilahkan Bianca masuk karena sedari tadi sudah merasakan resah dan setelah Bianca masuk tanpa mengatakan sepatah kata pun, sang dokter lalu mengajak Max berbicara berdua tentang penyakit Tuan Zen karena tidak mungkin dokter mengatakan pada Bianca yang terlihat khawatir itu dan kalau sampai mengatakannya pasti akan sangat tidak fokus. " Nyonya, ini makanan untuk Tuan agar segera minum obat. " Kata Max sudah mengetuk pintu lebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamar Tuan Zen itu dan membawakan nampan berisi makanan. " Bawa itu kembali Max, aku sedang tidak ingin makan rasanya hambar. " Kata Tuan Zen dengan cemberut tapi Bianca yang melihat itu sangat tidak suka, kalau begini, kapan suami nya itu akan sembuh, hm? " Kok kamu gitu sih, pokoknya makan, aku yang suapin. " Kata Bianca dengan wajah cemberut dan perkataannya yang tidak ingin di bantah. Dengan segera, Bianca mengambil bubur yang ada di mangkuk dan segera menyuapi Tuan Zen dengan perlahan. " Kamu sungguh pemaksa. " Kata Tuan Zen dengan terkekeh dan tersenyum melihat bagaimana Bianca yang begitu keras kepala. " Kayak kamu. " Kata Bianca yang masih sebal dan Tuan Zen hanya terkekeh mendengar perkataan istrinya itu dan lebih memilih untuk mengelus pipi mulus Bianca. Sedangkan Max yang melihat itu sungguh panas, hati Max panas namun tidak bisa berbuat apa-apa karena Max tidak pernah memiliki Bianca. Cinta bertepuk sebelah tangan. Max lebih memilih keluar dari kamar karena Tuan Zen dan Bianca memerlukan waktu berdua. Dan Max sadar akan itu, sebelum di suruh pergi, Max sudah pergi dahulu. Sungguh peka! Tapi sedari tadi Tuan Zen memperhatikan Max dan memanggil Max saat melihat Max akan pergi... " Max! " bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD