Langkah Awal

1781 Words
Ketika mencintai seseorang  terasa berat, tetaplah mencintainya. Tetapi perlahan, pudarkan keinginan untuk (terus) memilikinya. -Anji . “Maaf.. maafin aku, Mas… aku nggak tahu kamu akan dateng…,” Nidya mengusap pipi Ray dengan mimik wajah yang menampilkan rasa sangat-sangat bersalah. “Iya, sayang… aku maafin. Ini juga karena kesalahan aku yang nggak ngecek chat kita dan langsung aja ke kost kamu.” Gentian Ray yang mengusap rambut panjang Nidya dengan lembut. Nidya mengangguk. Dia sudah memaafkan Ray, melihat wajah Lelah Ray semakin membuat Nidya tidak bisa merasakan kesal sama sekali. “Kita masuk, yuk. Kamu pasti udah laper, kan?” ajak Nidya. Ray mengangguk menyetujui ajakan Nidya. Wanita yang sempat hampir menjadi sasaran kekesalannya karena diantar pulang oleh pria lain tanpa mengambarinya dulu. Apalagi saat melihat kalau si pria sepertinya dari kalangan atas. Dia takut Nidya berselingkuh darinya padahal dia sudah akan mengajak kekasihnya ini untuk bertunangan. Sedangkan Nidya kemudian mempersilakan Ray untuk duduk di depan kostnya lalu dia masuk ke kamar kostnya untuk mengambil piring untuk mereka berdua tidak peduli dia sudah makan malam tadi. Dia tidak mungkin membiarkan seorang Raynara Surendra makan sendirian padahal pria itu tadi berniat untuk mengajaknya makan malam bersama.   /// Setelah melakukan rapat sampai memakan waktu berbulan-bulan untuk menyiapkan salah satu acara besar bagi kakak tingkat untuk adik tingkatnya yang baru bergabung yaitu OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus), berbagai organisasi mahasiswa akhirnya selesai menyiapkan acara mereka masing-masing meski itu masih butuh beberapa pembenahan tapi secara garis besar mereka sudah menyelesaikan dan menunggu waktu eksekusi tiba. OSPEK yang akan dilalui para mahasiswa baru atau MABA melewati tiga fase yaitu OSPEK Universitas, OSPEK Fakultas dan OSPEK Jurusan. Yang katanya setara dengan tiga neraka di awal kehidupan kuliah yang bahkan kuliahnya saja belum dimulai. Di universitas tempat Aska dan Fania mengenyam pendidikan Strata 1, kegiatan ini akan dilakukan selama kurang lebih satu bulan atau paling padat 3 minggu, lengkap dengan hari libur yang tetap akan penuh dengan agenda kegiatan. Bagi mereka berdua yang sudah melewati fase ini berharap Maba untuk ambisius dan semangat tanpa kehadiran yang bolong-bolong saat OSPEK. Karena bisa dikenakan sanksi dengan hukuman paling berat adalah mengulang OSPEK lagi. Itu adalah hal paling merugikan dan akan menyebalkan karena harus memulai dari awal algi bersama teman asing lainnya. Mentor-mentor untuk mahasiswa baru kemudian dipilih melalui kekreatifan mereka dalam membuat iklan masyarakat. Ada sekitar 250 mentor terpilih untuk mendampingi Maba. Kemudian di tanggal 1 Agustus kegiatan dimulai dnegan rangkaian pertama adalah sambutan yang selalu mendapat respon kantuk dari anggota keluarga baru di kampus. Ada sekitar 3000 kepala dalam satu balairung tentu itu sangat padat. Kemudian tanggal 2, 3, dan 4 Agustus ada kegiatan Orientasi Belajar Mahasiswa dimana bentuk kegiatannya seperti di kelas. Rangkaian kegiatan tersebut akan dikenalkan cara belajar mahasiswa di kampus ini yang berbeda dengan kampus lainnya kemudian juga mengunjungi perpustakaan juga sosialisasi system web kampus menyangkut kegiatan kemahasiswaan yang harus dimengerti Ketika kuliah sudah benar-benar dimulai. Aska sebagai anggota BEM kampus, kegiatannya lebih banyak mengawasi jalannya kegiatan walau segudang kesibukan lainnya juga menantinya apalagi dia ini ketua dari divisi dalam orgnisasi intra mahasiswa. Dia sudah pasang muka galak tapi malah banyak mahasisa baru yang menggodanya, Aska jadi malu dan takut karena keberanian beberapa mahasiswa perempuan itu. “Elo disapa sama maba bening malah bales galak, nggak bisa nyante itu mulut emang.” Sigit, salah satu anggota BEM tiba-tiba menghampiri Aska yang tadi beru saja menggertak mahasiswa yang menyapanya dan mencoba ngobrol dengannya. Aska bukannya mau sombong atau bertindak sok menjadi senior, tapi dia memang tidak suka dibegitukan. Terus masih ada banyak hal yang dilakukan pada maba itu dari pada membuang waktu untuk menggodanya. “Kagak suka gue, lagian ngapain sepik-sepik gitu.” Aska menenggak air minum mineral di dalam botol hingga tersisa setengah isinya. Cuaca Jakarta hari ini sangat panas sampai dia beekali-kali minum, alhasil dia juga jadi beser. “Elo punya modal muka di atas lumayan, jelas maba itu pada tertarik.” TImpal Sigit yang kemudian merebut botol minum Aska dan menghabiskan air yang tersisa di sana. “Yaelah malah bahas tampang. Kagak ada apa-apanya ini tampang ketimbang otak encer elo, Git!” cibir Aska. Sigit ini mahasiswa kedokteran yang pintar dan selalu mendapat pujian dari dosen-dosen, tapi ikut banyak organisasi, supel dna punya tampang lumayan. Satu kekurangannya cuma tidak bisa bersikap galak. Dan itu membuat beberapa mahasiswa menjadi baper karena dia malah memarahi balik senior yang berubah jadi galak bak titisan singa di OSPEK ini. “Oh iya, otak gue memang hal yang sepertinya harus gue asuransikan.” Sigit tersenyum jumawa. Wajah Aska langsung datar mendengar kenarsisan temannya ini. “Lagian ya, Ka… gue itu bingung napa elo betah banget jadi kaum jomlo padahal cewek banyak yang kasih kode ke elu. Apa elo emang nggak se peka itu?” Aska sadar beberapa mahasiswa perempuan menyukainya tapi lagi-lagi dia cuma berharap kalau itu adalah Fania yang bisa membalas perasaannya. Tapi dari mereka SMP hingga sekarang hal itu tidak pernah terjadi, yang ada Fania justru semakin menjauh darinya entah karena apa. Bahkan saat Panji mengenyam pendidikan di Singapura, yang bisa menjadi kesempatan dirinya bisa mengubah perasaan Fania, namun tidak ada efek apa pun. Fania tetap menyukai kakaknya itu dan dirinya hanya bisa tersenyum miris memikirkan cinta bertepuk sebelah tangannya. “Jadi jomlo kan enak, bro… kagak di ambekin, nggak diganggu juga waktu nge game apalagi waktu lagi muncak kagak usah ngabari siapa-siapa.” Aska berjalan menuju kumpulan mahasiswa yang sedang dimentori oleh 3 orang senior. Sigit juga mengikutinya karena mereka masih melanjutkan obrolan. “Iya emang gitu. Tapi pernah nggak sih elo di usap-usap pipinya kalo capek atau butuh perhatian. Dikhawatirin sama seseorang dan dirindukan sampe elo ngrasa dia butuh elo. Like.. kit aitu pahlawan buat mereka.” “Ada, emak gue.” “Si, b**o!” Sigit naik pitam lalu menggeplak kepala Aska, saat temannya ini malah melenceng dari pembiacaraan. “Gue juga tahu itu! Tapi rasanya kan tetep beda, rasanya perut elo mau melilit kalo liat mereka lagi manja ke elo.” Aska mendengus, mereka bisacara tanpa bertatap muka karena masih mengawasi jalannya kegiatan. “Iya deh yang punya cewek.. gue mah apa atuh!” “Makanya cari cewek, nyuk!” umpat Sigit. “Anak mama dari tadi ngumpat mulu, aku bilangin ke mama Tari kalo anaknya nakal, nih!” “Ngaduan kek cewek!” “Biarin!” Mereka berjalan menjauh menuju kumpulan mahasiswa lainnya yang mendapat bagian di tim 15. Sigit memberikan laporan tiap tim yang baru saja dibacanya pada Aska sambil berbicara. “Cari cewek lah, bro.. ada banyak cewek bertebaran siap untuk bonceng vespa atau motor ninja elo, kok.” “Males gue... enakan gini.” Balas Aska dengan nada suara yang sama dengan ucapannya. “Atau elo punya cewek yang jadi inceran, ya?” Aska langsung menoleh pada Sigit. “Sok tau!” “Wah beneran ada kalo sampe jawab gitu sih! Siapa? Jangan bilang yang suka pulang bareng elo itu? Anak BEM Fakultas elo yang rambutnya pendek sama badannya mungil itu, ya?!” Sigit menebak-nebak dan dia justru teringat soal perempuan yang terkadang pulang menumpang pada Aska bahkan sejak mereka OSPEK. Aska berdecak. “Ngaco lo lama-lama, Git!” “Halah.. ngaku aja kalo elo suka dia eh dia suka sama cowok lain.” Aska langsung menonyor kepala Sigit dan itu dilihat oleh Presma mereka, Afzam yang geleng-geleng kepala melihat keduanya. “Berarti bener... cinta elo bertepuk sebelah tangan. Udah ngenes tambah kagak beruntung lo.. ck ck ck.” Sigit menggelengkan kepala dengan miris. “Kagak ada larangan buat suka sama siapa pun juga.” “Sama bini orang kagak boleh, bro.” “Iya, gue tahu!” Aska sekali lagi menoyor kepala Sigit. “Gini aja deh... coba elo deket sama cewek lain buat liat reaksi dia. Kan elo juga harus melakukan tes kayak gini biar siapa tahu dia ngiranya masih suka ke cowok lain padahal dia juga suka sama elo.” Usul Sigit. Aska mendadak memikirkan usul mahasiswa kedokteran ini untuk kisah cintanya yang tidak pernah maju bersama Fania. Benar juga, selama ini dia selalu menjadi tameng untuk Fania dan tidak pernah menunjukan penolakan apa pun ketika Fania membutuhkannya. mungkin sudah saatnya juga dia bisa bergerak maju dan membuka hatinya untuk orang lain. “Nanti jatuhnya gue malah manfaatin cewek lain itu, bro...,” Aska berpikir keras tiba-tiba. “Ya elo juga harus deket sama cewek melalui jalan yang normal biar elo juga nggak manfaatin cewek lain itu. Ini ibarat elo buka lembarna baru walau elo masih punya dia di dalem hati. Pelan-pelan prosesnya, gue tahu move on nggak ada yang sebentar. Kalo cepet ya berarti dia bukan orang yang berarti buat elo.” Aska terdiam mendengar Sigit yang menyuruhnya mendekati perempuan lain selain Fania. Dia bingung harus bagaimana karena selama ini dia terus stuck dengan satu sosok munigl dengan wajah jutek tapi sama sekali tidak mengurangi kadar keimutan di wajahnya sehingga setiap Aska mendapatkan respon ketus dari Fania, dia justru semakin gemas pada putri semata wayang Tante Sandra. “Gue harus mulai dari mana misal harus ngelakuin apa yang elo saranin?” Sigit yang sedang menulis sesuatu di kertas langsung menoleh pada Aska dengan raut wajah takjub. Dia tidak menyangka Aska akan langsung menanyakan hal ini padanya. “Mmm.. ini awal yang harus elo lakuin, dan ini juga yang paling berat.” Kata Sigit. “Apa?” Aska menaikkan satu alisnya. “Elo harus mulai jangan terlalu peduli sama dia. Mulai untuk menolak kalau dia butuh elo.” Ujar Sigit yang langsung mendapatkan tatapan pelototan dari Aska. “Gila, lo! Masa gue harus pura-pura nggak peduli?!” protes aska. “Nah.. ini memang langkah gila, tapi elo harus nyoba juga buat bisa liat gima respon dia karena elo tiba-tiba menjauh dan lama-lama menghilang!” Aska mendecak lagi, tapi dia tidak bisa membalas perkataan Sigit yang memang ada benarnya. Dan dia tidak tahu harus kapan memulai langkah pertama ini. Karena ada rasa tidak rela menjauh dari Fania dan ada rasa tidak tega kalau semisal dia harus pura-pura tidak peduli. Lalu sosok berambut pendek yang sednag Aska pikirkan tiba-tiba muncul dengan dua orang yang berjalan bersamanya menuju ke arah aggota BEM Universitas yang lain. Mata Aska mengikuti ke mana langkah Fania melaju hingga Sigit kemudian menyadarinya. “Elo mau nyoba hal paling pertama buat cewek ngerasa nggak dihargai?” Sigit bersuara dengan melihat Fania juga yang masih berbicara dengan mahasiswa lain. “Apa lagi itu?” “Elo nyoba melengos waktu dia ngeliat ke arah elo. Dan gue akan lihat reaksinya.” Aska terdiam lagi dan berpikir. Tapi Sigit kembali menginterupsinya, “dia ngeliat elo sekarang.” Aska yang mendapatkan informasi itu kemudian menoleh ke arah kanan di mana Fania yang menunggunakan celana jeans biru donker dengan blus warna putih serta almamater warna kuning sedang berdiri melihat ke arahnya. Bibir Aska sudah siap untuk tersenyum seperti biasa ketika dia bertemu dengan Fania, tapi dia kemudian teringat kata-kata Sigit. Alih-alih tersenyum, dia malah melengos dan melihat ke arah kumpulan mahasiswa yang masih ada melakukan kegiatan di lapangan kampus. “Dia kaget.” Aska menaikan alisnya ketika Sigit tiba-tiba menyeltuk. “Dia keliatan kaget sama elo yang melengos tadi. Dan temennya sampai harus narik dia karena keliatan ngelamun abis kaget tadi.” Setelah mendengar itu dari Sigit, Aska menoleh pada posisi di mana Fania tadi berdiri. Sudah tidak ada sosok perempuan itu di sana. Tapi dia masih ingat bagaimana dia melakukan langkah awal dari apa yang Sigit usulkan padanya jauh lebih awal. “Ini awal yang enggak buruk. Elo pasti bisa lewatin! Semangat, bro!” Sigit menepuk pundak Aska lalu beranjak menjauh dari pria yang kisah cintanya jauh dari kata mulus. Tapi bukannya senang mendapatkan dukungan itu, Aska justru tersenyum kecut.   /// Instagram: Gorjesso Purwokerto, 10 Agustus 2020 Tertanda, . Orang yang abis minum obat sariawan . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD