Bagian 2

716 Words
Kring.... Kring.... Gilsha terbangun dari tidurnya saat suara alarm dari hpnya menyapa pendengarannya. Dia meregangkan otot-ototnya dan menepuk-nepuk pipinya sebagai upaya menyadarkan diri dan mengumpulkan nyawa dari alam mimpi. Matanya masih memejam. Ingin rasanya Gilsha menjatuhkan diri lagi ke atas kasurnya kalau saja dia tidak ingat hari kerjanya. Gilsha turun dari kasur tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi setelah mengambil setelan baju yang akan dikenakan hari ini. Kemeja biru dipadukan dengan celana jeans hitam menjadi pilihannya. Beginilah kehidupan Gilsha, hidup menyendiri tanpa seorang pun disisinya. Sudah sejak 5 tahun lalu dia tingal sendiri. Ayahnya terlebih dahulu menghadap sang pencipta saat Gilsha masih berumur belasan tahun dan disusul ibunya 5 tahun yang lalu. Walau demikian Gilsha tidak pernah menyalahkan takdir hidupnya. Malahan dia sangat bersyukur akan lahirnya dirinya ke dunia ini. Dia sangat berterima kasih kepada kedua orang tuanya dan akan membuat mereka bangga memiliki seorang putri seperti dirinya. Orang tuanya memang sudah pergi menghadap sang ilahi dan Gilsha menyadari bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. *** "Gilsha!" Gilsha menghentikan aktivitasnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Dia adalah Reno, sahabat sekaligus kakak baginya. Setidaknya Gilsha masih memiliki orang yang peduli padanya. Memang sejak dia resmi sebagai yatim piatu, Gilsha akhirnya diangkat menjadi saudara bagi Reno. Mengapa Gilsha tinggal sendiri? Karena itu adalah pilihan Gilsha. Karena baginya rumah peninggalan orang tuanya adalah tempat kenangan yang sama sekali tidak bisa dilupakan Gilsha. Reno adalah tipe saudara yang ideal bagi Gilsha. Bisa dibilang seorang kakak idaman bagi Gilsha. Reno tahu menempatkan diri mengikuti mood yang dialami Gilsha. Tapi jangan salah Reno juga bisa bersikap tegas pada dirinya. "Ya..." Jawab Gilsha menghadap Reno. Gilsha melihat ada kekhawatiran di wajah Reno. "Sha, kamu dipanggil bos. Disuru ke ruangannya sekarang." Gilsha menganggukkan kepalanya dan segera berjalan menuju ruangan bos besarnya. Gilsha tahu kenapa dia dipanggil bos besarnya, dia sadar ada kesalahan yang telah dia perbuat. Kesalahan saat dia meninggalkan pekerjaannya begitu saja dan menyebabkan seorang pengunjung terjatuh karena lantainya yang masih basah. Gilsha sadar akan hal itu. oleh sebab itu, dia menerima segala konsekuensi yang akan diterimanya. Tok Tok Tok "Masuk!" Suara dari dalam menyuruh Gilsha untuk segera memasuki ruangan itu. Gilsha manarik napas dan menghembuskannya sebelum ia membuka pintu dan menghadap sang bos. Ceklek "Bapak memanggil saya?" Gilsha berkata saat dia telah berada dihadapan bosnya. "Kamu tahu kenapa saya memanggil kamu, kan?" Gilsha menganggukkan kepalanya. "Kamu tahu kan akibat dari kelalaian kamu itu?" Ucap Gunawan selaku atasan Gilsha. "Saya tidak akan mendapat gaji dalam satu bulan ini, Pak." Jawab Gilsha. "Apa kamu tidak ada pembelaan, mengapa kamu melakukan itu?" Tanya Gunawan memberi kesempatan kepada Gilsha untuk membela diri. Gunawan tahu Gilsha bukanlah gadis yang malas dan ceroboh makanya dia menanyakan hal itu kepada Gilsha. "Tidak, Pak." jawabnya. Gilsha tidak akan mencari alasan untuk pembenaran akan tindakannya. Dia siap menerima segala konsekuensi dari tindakan yang membuat orang lain celaka. "Jangan diulangi lagi, kalaupun ada urusan mendadak alihkan pekerjaan kamu ke orang lain dulu baru pergi." Gunawan memperingati. Setelah selesai dengan urusan dengan Gunawan, Gilsha keluar dari ruangan itu dengan langkah lesu. Bulan ini dia tidak akan mendapatkan gaji.Tidak apa-apa, itu pembelajaran baginya. "Huffff..." Gilsha menghembuskan nafas mengurangi sesak yang menimpanya. Ingin rasanya dia menangis. Tapi, tidak! Menangis hanya akan melemahkan jiwa dan raganya. Dan jelas itu tidak akan menyelesaikan masalahnya. Malahan makin memperumit. Semangat Gilsha! Jadikan setiap pengalaman menjadi pelajaran berharga! Batinnya menyemangati diri sendiri. Setelah merasa lebih baik, Gilsha berjalan menjauh dari ruangan itu. Tapi bagaimana pun juga Gilsha tetap menyayangkan gaji satu bulannya. Poor Gilsha! Dia melangkah lemas dengan kepala menunduk tanpa sadar telah melewati seseorang yang sedari tadi mendengar pembicaraannya dengan Gunawan. Orang itu terus memerhatikan kepergian Gilsha hingga akhirnya Gilsha tidak terlihat lagi. Dia menatap kagum dengan perbuatan Gilsha. Dia merasa bangga dengan tindakan yang diambil Gilsha. "Mantu idaman!" Gumamnya sembari melangkah masuk ke ruangan Gunawan. Gunawan yang melihat kehadiran kakaknya langsung berdiri dan menyalim kakaknya. Hal yang sederhana namun sudah menjadi rutinitas mereka sejak kecil. "Kakak tumben datang?" Tanya Gunawan karena tidak biasanya kakaknya berkunjung. "Wanita tadi pegawaimu?" Tanya Linda tanpa menjawab pertanyaan adiknya itu. "Iya. Ada apa, Kak? Tumben-tumbenan kakak bertanya tentang pegawaiku. Ada masalah?" Gunawan penasaran dengan pertanyaan Linda. Linda tersenyum mendengar jawaban yang diberikan Gunawan. Dia merasa langkah yang akan dia tuju semakin mudah dengan adanya adiknya ini. "Berikan data lengkap wanita itu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD