Su Ying dan aku mulai berciuman tanpa pamrih. Kami saling membelai. Beserta embusan napas Su Ying yang memberat, perlahan aku meletakkan pakaianku di tanah dan merebahkan Su Ying. Aku mulai menciumi setiap inci kulit Su Ying; dari leher, d**a, perut bagian bawah, dan akhirnya mencapai area misterius di antara kedua kakinya. Ketika hidungku menyentuh rambut kemaluan Su Ying yang lebat, perempuan itu berteriak, “Oops”.
Dia lalu segera menutup kawahnya dengan kedua tangannya, “Ye Fan, jangan mencium di situ. Bagian itu kotor.”
Aku melihat Su Ying menunjukkan senyum yang menurutku sangat riang. Lalu, dengan lembut kupegang tangan Su Ying yang lembut. Perlahan, aku menjauhkan tangan Su Ying dan menyingkap area misterius yang tampaknya memiliki kekuatan magis tiada akhir. Aku menarik napas dal
